9. See Through

178 33 1
                                    

Dua tangkai bunga daisy itu dikurung dalam gelas flute. Terlihat menawan dalam genangan wine pekat. Warna putihnya sangat kontras dengan warna merah tua.

Tentu hal itu menarik perhatian hidung Hyena untuk segera merasakan aroma dari cairan tersebut. Tak sampai gelas itu menempel dengan indra penciumannya, alis Hyena mengernyit. Sedikit aneh.

Bukankah aroma yang seharusnya aroma manis yang akan menjadi candu? Tapi ini berbeda. Justru seluruh usus dan lambung dalam perutnya terasa melilit. Wangi itu terlalu kuat hingga Hyena menganggapnya bau amis darah.

Sekuat tenaga Hyena menahan rasa mual di perut, akhirnya dia tak tahan. Nyaris sebagian yang ia konsumsi dalam pencernaanya keluar.

Hyena terduduk dari tidurnya. Tiba-tiba saja perutnya bergejolak karena bermimpi aneh itu lagi.

Bayangan tentang gelas, bunga, dan cairan merah itu selalu sukses membuatnya terperanjat dari tidur. Hyena pusing tiap kali harus terbangun secara mendadak. Aliran darahnya tak selancar itu untuk menanggapi spontanitasnya.

Alhasil dia harus menahan rasa perih di area hidung, alis hingga dahinya. Mungkin seluruh darahnya mulai terkocok. Tak jarang penglihatannya mengabur dan berputar—semakin menambah mual.

Setelah merasa lebih baik, Hyena berjalan menuju wastafel dekat toilet.
Satu helaan napas lolos dari mulutnya.

Tidak bisakah satu malam saja dia tak bermimpi aneh? Hyena lelah merasakan sakit kepala hingga rasa mual. Terkadang mulutnya selalu kepahitan karena dia tak punya bahan untuk mengeluarkan apapun yang bisa dijadikan muntahan.

Hyena memang tak pernah menganggap mimpi itu serius. Dia hanya kesal. Bagaimana pun dia mendambakan mimpi indah meski segala isi dalam mimpi itu takkan pernah terjadi pada dunia nyata.

Jalannya gontai tak lupa kakinya saling tersandung dengan kaki lainnya. Jujur malam ini dia lebih lemas sebab perutnya belum memakan apapun seharian. Terlebih beberapa detik lalu dia harus mengeluarkan seluruh liurnya lagi.

Karena merasa kehausan, Hyena menuju dapur. Dari tempatnya berdiri—mini bar di dapur, akan terlihat jelas pemandangan seluruh ruang tamu hingga pintu-pintu ruangan lainnya.

Satu minggu lalu matanya menangkap pria pucat itu tengah terbaring di sofa dan sekarang sofanya sudah terbebas dan luas buana. Ada rasa kosong begitu mengingat hal itu.
Setidaknya hari itu dia merasa tak sendirian.

Tapi malam ini dan beberapa hari lalu, pria itu tak pernah mengunjungi rumahnya lagi. Entah dia sibuk atau memang sengaja.

Sungguh Hyena ingin ada seseorang yang setiap kali dia terbangun—dia akan ditanyai seperti :

Kau baik-baik saja?

Atau,

Apa bermimpi buruk lagi?

Atau apapun yang membuatnya tidak kesepian seperti sekarang ini.

Hyena nyaris menertawakan dirinya sendiri begitu hal konyol barusan terlintas dibenaknya. Dia seperti sudah terlalu berharap banyak dan tak masuk akal.

***

Rokok kedua yang telah Yoongi sesap sepanjang malam ini.

Dia tak habis pikir. Seharusnya dia memporsir asupannya tentang benda haram itu. Jika saja agensi atau rekan-rekannya tahu, maka Yoongi sudah pasti diwejangi seharian. 

Jam sudah menunjukkan pukul 21:02. Saat semua orang sudah keluar dari gedung agensi, Yoongi justru menyelinap ke ruangan khusus merokok. Takkan ada yang melarangnya untuk menyecap satu rokok lagi.

RUINAWAY | Min Yoongi FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang