The beginning: the guilty one
Theresa POV
TRIIIING TRIIIIIINNG
Suara nyaring dari jam weaker yang tepat di sebelah ranjang ku sudah berbunyi. Sebenarnya aku sangat malas untuk bangun, hari ini pasti sangat membosankan untukku.
Namun, karena keinginan ku untuk merubah takdirku dan untuk membantu ibuku, akhirnya dengan semangat aku beranjak dari ranjang ku yang sangat nyaman ini.
Pagi ini sangat dingin, hingga tubuh kuyub ku yang hanya berbalut handuk putih ini rasanya seperti membeku. Lantas aku segera mengambil seragam sekolah ku dari almari.
Setelah semua kurasa sudah siap, aku buru - buru mengambil tas ku dan berangkat ke sekolah.
"Eomma, aku berangkat dulu yaa..." pamitku
"Y-ya! Makanlah dulu Theresa! Nanti kamu kelaparan seperti kucing bagaimana?"
"Tidak sempat eomma, aku buru - buru. Aku pergi ya.."
"Dasar anak itu" aku mendengar ucapan eomma ku dan aku hanya meringis kecil
Aku melihat jam tangan yang melingkar di tanganku, ternyata sudah pukul 06.35. Aku terkejut dan segera berlari menuju halte bis, namun bis yang sedang aku tunggu - tunggu ini ternyata tidak kunjung datang.
"Astaga bagaimana ini, tinggal lima belas menit lagi jam 7 dan aku bisa - bisa telat" Keluhku
Setelah lama aku menunggu, akhirnya bis itu datang juga. Aku segera melangkahkan kaki ku dan masuk ke dalam bis itu.
Di dalam bis, aku terpaksa berdiri sebab tempat duduk di dalam bis itu penuh. Di dalam bis, mataku tertuju pada remaja laki - laki seusiaku yang dengan santai nya duduk dengan memakai hendset di telinganya. Ia memakai seragam sekolah yang sama denganku dan juga terdapat logo yang terletak di saku bajunya yang sama dengan bajuku.
'apakah dia juga salah satu murid SMA Yeonchan. Tapi aku tidak pernah melihatnya sebelumnya' batinku
Sadar jika aku telah menatapnya, ia pun menoleh pada ku dengan tatapan dingin. Aku langsung memalingkan pandangan ku ke sembarang arah. Mungkin dia berfikir aku aneh, sebab telah menatapnya seperti di introgasi.
Sesampainya di pemberhentian aku bergegas membayar bis itu dan keluar. Aku berlari sekencang - kencangnya menuju ke sekolah dan berdoa agar aku tidak telat. Namun nihil, gerbang sekolah SMA Yeonchan sudah tertutup rapat. HUH SIAL!
Saat aku mencoba untuk membuka kunci gerbang, tiba - tiba ada suara dari belakang yang mengagetkan ku. Aku menghentikan kesibukanku mengotak - atik kunci gerbang yang sudah dikunci.
"Hey kau! percuma kau berusaha membukanya bodoh. Pintu itu sudah dikunci"
Aku berbalik dan melihat tajam kearah laki - laki sialan itu dengan santainya berdiri sambil memasukan kedua tangan disaku celananya dengan hendset yang masih terpasang di telinganya. Tak lupa tatapan dingin di wajah tampannya itu yang mungkin membuat anak - anak perempuan di luaran sana menggila, tapi tidak buat ku. Aku benci tatapan itu.
"Ya aku tau, tapi setidaknya aku akan berusaha membuka gerbang ini" Kataku, sambil mengotak atik kuncinya.
"Ckk dasar, lebih baik kau pulang dan bersenang - senang seperti remaja perempuan di luaran sana"
Dia mengatakan itu dengan nada seakan sedang meremehkanku."Apa katamu, bersenang - senang?! Maaf aku tidak sebodoh kamu. Dan apa maksutmu mengatakan hal seperti itu?! Apa kau tidak memikirkan orang tua mu yang sedang susah payah mencari uang hanya untuk bisa menyekolahkan anaknya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
Teen FictionAku tersiksa dengan banyak topeng yang terlihat indah namun menyakitkan. Bahkan ketika matahari terbit itu tetap terlihat gelap. Mengapa dunia ini sangat kejam? Tolong aku!