3

164 19 6
                                    

Junhoe dan Jinhwan berjalan bersama menuju pintu gerbang sekolah yang diiringi oleh celotehannya Jinhwan.

"Ingat ya Jun kau tidak boleh dekat dekat dengannya.. walaupun dia bosmu.. aku tidak suka.. apa wajar ada seorang bos yang memperlakukan salah satu karyawannya dengan beda? Aku tau dia pasti menyimpan rasa padamu"

"Hyung.. sudah berapa kali aku bilang.. jangan khawatir.. dan dihatiku cuma ada dirimu hyung.. Sudahlah aku tidak suka yang seperti ini darimu hyung kau terlalu over" balas Junhoe. Dan seperti biasa, Jinhwan akan meninggalkan Junhoe dengan menghentakkan kakinya setelah mendengar balasan Junhoe.

"ITU KARENA AKU MENCINTAIMU!! AKU TIDAK INGIN KAU DIAMBIL SIAPAPUN! ARGH DASAR!!" teriaknya setelah dia berbalik lalu melanjutkan lagi jalannya. Junhoe memandang kepergian Jinhwan sendu.

'Selalu seperti ini'
.
.
.
.
Junhoe membuka pintu sebuah kafe tempat dia bekerja, seperti biasa bosnya, Jiwon akan menunggunya dibelakang kasir.

"Hai Jiwon hyung" sapa Junhoe. "Eo? Kau sudah datang, cepat ganti seragammu, lalu untuk hari ini gantikan aku dikasir karena ada teman lama yang sedang berkunjung sekarang, bisakan sayang?"

"Ayolah Jiwon hyung, aku tidak suka kau panggil begitu. Kau tau aku punya Jinhwan hyung" balas Junhoe. Jiwon tersenyum kecut dan mengangguk, Junhoe pun berjalan kedapur untuk mengganti seragamnya dan meletakkan barang barangnya diloker.

Tak lama Junhoe keluar dan langsung menggantikan Jiwon diposisi kasir, Jiwonpun menuju ruangannya dimana katanya ada teman lamanya berkunjung.

Lonceng dipintu masuk berbunyi tandanya ada pelanggan datang. "Selamat datang~ mau pesan apa?" Sapa dan tanya Junhoe ramah dengan senyum manisnya. Lalu pelanggan itu menyebutkan pesanannya. "Baiklah nanti kami akan antarkan kemeja anda. No 3 kan?" Lanjut Junhoe. Pelanggan itu hanya mengangguk lalu tersenyum menanggapi dan berjalan kemejanya.

Begitulah keseharian Junhoe saat bekerja. Kalau di hari weekend dia akan bekerja double, sebagai pelayan dan penarik pelanggan dengan suara indahnya.
.
.
Junhoe sedang mencatat sesuatu dibuku kecilnya. Sangat serius sehingga tidak menyadari Jiwon dan teman lamanya sudah ada didepannya. "Jun?" Panggil Jiwon. Junhoe menengadahkan kepalanya dan membulatkan matanya seketika setelah melihat orang yang bersama Jiwon didepannya. Orang itupun sama terkejutnya.

"Kau?!"

"Chunhee?"
.
.
.
.
Junhoe keluar dari mobil Hanbin dan berjalan cepat sesekali menghentakkan kakinya kecil. Hanbin yang baru saja keluar dari mobil melihat itu hanya geleng geleng kepala. Bagaimana mereka bisa bersama? Yah seperti kejadian tadi pagi. Sebuah bentakan seorang Park Hanbin kembali berhasil membuat si Bulba itu tak berkutik. Bagaimana mereka bertemu? Yah Hanbin adalah teman lama Jiwon yang berkunjung di kafe tadi sore. Dan saat tahu Junhoe kerja disana, Hanbin dengan setia menunggui Junhoe selesai kerja di pojok ruangan kafe untuk pulang bersama. Bukannya Hanbin bilang dia akan pulang terlambat? Yah itu karena tadinya dia berniat bersenang senang dulu dengan Jiwon. Tapi dia batalkan saat tau Junhoe kerja di kafe Jiwon. Dan dia sudah memutuskan untuk sering sering berkunjung ke kafe itu untuk mengontrol Junhoe.

Hanbin melepas sepatunya dan masuk ke dalam rumah. Dia menemukan Heenim sedang menonton televisi diruang keluarga sekaligus ruang tamu.

"Eomma Kim aku pulang" ujarnya. Heenim menoleh terkejut, "Eoh? Bukannya kau akan terlambat Binnie? Dan tadi baru saja Junhoe pulang.. apa kau pulang bersamanya?" Tanya Heenim. "Ahh itu aku membatalkannya Eomma Kim. Dan juga aku tidak sengaja bertemu Junhoe di tempat kerjanya yasudah aku ajak pulang bersama saja" jawab Hanbin setelah duduk disamping Heenim. Heenim mengangguk mengerti, lalu mengelus puncak kepala Hanbin lembut. "Kau sudah makan Binnie?" Tanya Heenim. "Belum, kau masak apa Eomma Kim?" Jwabnya sekaligus menanyakan menu makan malamnya. "Hahaha baguslah.. sebaiknya kau bersihkan dirimu dulu sementara Eomma memasak sup Kimchi untuk kalian, nanti kalau sudah turunlah. Kita makan bersama" ujar Heenim sambil tersenyum. Hanbin mengangguk dan berdiri hendak menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya hari ini. Heenim menatap kepergian Hanbin sendu.

'Wajahnya begitu mirip denganmu, Hyukjae ya. Saat ingat perlakuan kalian padaku dan Junhoe, kadang aku merasa sedih. Tapi tidak, mulai sekarang aku berusaha melupakannya. Demi kebaikan bersama. Aku juga sudah memaafkanmu Hyukkie, tenanglah disana. Jaga dia'
.
.
.
Setelah makan malam bersama yang dilewati dengan sunyi, ahh tidak.. sunyi bagi Junhoe saja, karena dia hanya fokus pada makanannya sedangkan Heenim dan Hanbin sesekali membicarakan pekerjaan Hanbin di perusahaan. Setelah selesai Junhoe langsung masuk kedalam kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sekarang disinilah dia berada, didepan meja belajarnya sedang mengerjakan pr fisika yang seharusnya sudah dua hari yang lalu dikumpul tapi dengan berbagai alasan dia meyakinkan gurunya disekolah dan meminta sedikit waktu untuk mengumpulkannya nanti. Sungguh murid teladan, teladatang maksudnya.

"Haishhh apa apaan semua angka ini. Sungguh tidak penting!" Omelnya dengan tetap mencoret coret untuk menghitung jawaban yang tepat sesekali membuka buku catatannya untuk melihat rumusnya disana.

"Arghhh sungguh tidak penting!! Menghitung berapa besar gaya untuk membuat mobil bergerak?! Tinggal injak pedal gaspun mobil akan bergerak melaju tanpa harus adanya gaya! Ataupun perhitungan!! Lalu untuk apa menghitung amuba membelah diri tiap jamnya yang wujudnya saja tidak jelas terlihat!!! Diminta memperhatikan orang orang yang dilewati kereta api? Nanti aku naik MRT kesekolah!! Dan untuk apa menghitung massa apel jatuh ketanah?!!  Astaga!! Ini membuatku pusing!! Ini adalah hari paling sial bagiku!!! Arghhh sialan!!" Teriaknya mengeluarkan emosinya.

Tok tok

"Eomma boleh masuk Jun?"

Junhoe menghela nafasnya, merasa lega karena Heenim yang masuk bukan Hanbin. Kalau Hanbin yang masuk, Itu akan membuat emosinya meledak lagi dan akan membuatnya botak seketika.

"Masuklah"

Heenim masuk kedalam kamar Junhoe dengan membawa segelas susu putih. "Eomma~~ sudah kubilang aku sudah besar dan tidak perlu susu lagi. Kau ingin aku yg tinggi ini akan lebih tinggi lagi seperti pencakar langit begitu?" Omelnya saat melihat apa yang dibawa Heenim. "Hahaha ini Hyungmu yang membuatkan, dia pikir kau butuh ini untuk meredakan stressmu, dia ingin memberikan langsung tapi takut disembur api oleh Bulbanya Eomma yang sedang emosi ini hahaha" balas Heenim. Wajah Junhoe kembali memerah setelah mendengar ejekan Heemim dan nama Hanbin disebut sebut. Lalu dengan kesalnya dia merebut kasar gelas susu itu dan menguknya hanya dengan satu tegukan dan langsung habis seketika. Heenim yang melihatnya membulatkan matanya, "Sudahkan? Eomma keluarlah bersenang senang dengan penjahat itu, aku sibuk!" Ujar Junhoe sambil mengusir Hernim. Setelah sadar dari keterkejutannya, Heenim tersenyum dan mengelus sayang puncak kepala Junhoe dan mengecup pelan pipinya. "Jangan tidur terlalu larut sayang. Selamat malam Bulbasaurku" ujarnya lalu keluar dari kamar Junhoe dengan senyum yang mengembang. Junhoe menghela napas pelan dan melanjutkan prnya lagi.
.
.
Junhoe menutup bukunya, ya dia sudah menyelesaikan prnya, lalu dia merenggangkan tubuhnya sebentar dan melirik jam dinding dikamarnya.

'Jam 00.00'

Dia mengucek matanya pelan dan menguap lebar. Lalu dia beranjak dari kursinya dan berjalan keluar kamar, dia bingung tidak mendapati Hanbin diruang tamu.

'Apa dia sudah pulang? Baguslah'

Lalu dia berjalan kearah dapur untuk membasahi tenggorokan keringnya. Setelah itu dia berjalan lagi untuk kembali kekamarnya, tapi saat melewati kamar Heenim dia berniat untuk melihat Eommanya itu, sudah tidur atau belum.

Sebelum memutar knop pintunya, Junhoe mendengar samar samar suara orang berbicara, 'Eomma berbicara dengan siapa?' Batinnya. Diapun menempelkan telinganya kedaun pintu.

'Eomma akan selalu ada disampingmu sebelum kamu pergi Hanbinnie, Eomma juga akan membantumu untuk mencari pedonor yang tepat untuk jantungmu. Tenang saja'

'Terima kasih Eomma Kim, terima kasih! Maafkan aku karena perilaku burukku dimasa lalu Eomma Kim maafkan aku'

'Tak apa Hanbin, Eomma sudah memaafkanmu jauh sebelum kau meminta maaf'

'Lalu bagaimana dengan Chunhee?'

'Serahkan dia pada Eomma. Biarkan Eomma yang menanganinya, kau fokus pada hidupmu saja ya sayang'

'Nde Eomma Kim. Sekali lagi terima kasih'

'Sama sama'

Junhoe menjauhkan dirinya dari pintu kamar Heenim dengan wajah heran setelah tidak mendengar lagi suara Heenim dan Hanbin.

'Apa maksunya? Pendonor? Jantung? Kenapa? Penjahat itu sakit apa?'

Hate is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang