4

158 19 11
                                    

Junhoe bangun dari tidurnya. Dia memegang kepalanya yang terasa berat dan menyentuh keningna sendiri.

'Hahh sepertinya aku demam' batinnya. Lalu dia menuju ke kamar mandi dengan bertumpu dinding di sampingnya. Dia hanya mencuci wajahnya dan menggosok giginya, dia tidak mandi karena demam. Diapun keluar kamar mandi masih dengan bertumpu pada dinding. Hanbin yang melihatnya terkejut dan mendekati Junhoe.

"Mwo? Kau sakit?" Tanya Hanbin sambil menuntun Junhoe untuk duduk dikasurnya. Junhoe ingin melawan tapi tenaganya cukup lemah hari ini. "Lebih baik kau tidak usah sekolah. Aku akan beritahu eomma Kim" ujar Hanbin lalu berdiri dan meninggalkan Junhoe sendirian dikamar setelah merebahkan Junhoe dikasurnya. Junhoe meletakkan tangannya diatas kepalanya dan memajamkan matanya, sampai sebuah suara menginterupsinya.

"Jun, minum ini, ini akan meredakan sakitnya" ujar Heenim dan menyodorkan obat dan air putih ditangannya pada Junhoe. Junhoe bangun dibantu Hanbin. Dia tidak protes karena dia tidak punya tenaga untuk protes.

Setelah meminum obatnya Hanbin merebahkan kembali Junhoe. Heenim mengelus puncak kepala Junhoe dengan senyuman teduhnya. Junhoe menutup matanya dan tertidur.

Heenim dan Hanbin keluar dari kamar Junhoe.

"Hanbin ah bagaimana ya? Hari ini eomma harus bekerja tidak bisa menjaga Junhoe apa kau bisa menjaganya?" Tanya Heenim. "Ah eomma.." belum sempat Hanbin menyelesaikan perkataannya Heenim memotongnya.

"Ahh bodohnya aku, kau pasti tidak bisa cuti dengan dadakan begini kan hahh yasudah eomma telpon bos eomma saja"

"Eomma dengarkan aku. Aku presdir di perusahaanku aku bisa melakukan apa saja. Aku akan menjaga Junhoe dirumah dan mengerjakan pekerjaanku dirumah saja. Jadi aku bisa sambil sedikit santai" ucap Hanbin sambil menahan pundak Heenim yang tadinya ingin menelpon atasannya. Heenim tersenyum.

"Terimakasih"
.
.
.
Hanbin mengerjakan pekerjaannya dengan berkutat pada laptopnya sesekali menaikkan kacamatanya turun dari hidungnya.

"Hm sepertinya aku butuh menu baru untuk menarik kembali pelanggan" gumamnya. Dia meraih cangkir teh di meja dekat sofa yang kini tengah dia duduki.

Lalu meletakkan kembali keatas meja. Dia kembali berkutat pada laptopnya tanpa menyadari Junhoe yang kini berada disampingnya tengah merebahkan kepalanya di punggung sofa.

30 menit berlalu, Hanbin meletakkan laptopnya ke atas meja. Diapun bersandar dan betapa terkejutnya dia saat mendapati Junhoe kini disampingnya.

"Aigo. Kau mengagetkanku" ujarnya. "Lebay sekali, kaunya saja gila kerja" balas Junhoe masih sambil menutup matanya.

Hanbin menghela napasnya. "Kenapa kau keluar? Istirahat saja sana" ujarnya.

"Aku bosan"

"Mau makan? Mau kuambilkan sarapan yang disiapkan eomma kim atau kau mau memesan sesuatu?"

Junhoe membuka matanya dan melirik kearah Hanbin.
.
.
.
Hanbin dan Junhoe kini berada di meja makan yang penuh dengan pesanan Junhoe. Junhoe mengambil jjangjangmyeon lalu memakannya. Hanbin menatap Junhoe yang tengah makan dengan lahap sepertina demamnya lenyap. Merasa diperhatikan Junhoe menghentikan acara makannya.

"Mwo? Kau tidak makan?"

"Aku sudah makan"

Junhoe mengangguk lalu melanjutkan lagi acara makannya. Hanbin kembali menikmati pertunjukan didepannya. Jarang sekali bukan? Hanbin menyipitkan matanya saat melihat noda saos di pipi kanan Junhoe, Hanbin mendekat membuat Junhoe berhenti makan dan menatapnya aneh.

"Mwo?!"

"Diam" ujar Hanbin. Junhoepun diam. Hanbin mendekat dan mengelap noda saos tadi dengan jempolnya lalu menyesapnya. Junhoe yang melihatnya menahan napasnya.

"Sudah selesai"

"Ahh apasih buat kaget saja" ujar Junhoe lalu meminum colanya, belum sempat gelas cola itu menempel di bibir Junhoe, Hanbin menahannya dan menghempaskan gelas cola itu kelantai yang membuat Junhoe terkejut. Hanbin mendekat tiba tiba. Dia menatap langsung kearah manik Junhoe.

"Kau tau kau sakit membuatku kehilangan kesadaran. Aku tidak tahan. Maafkan aku"

Setelah mengucapkan itu Hanbin langsung melahao bibir tebal Junhoe dengan ganas. Junhoe berontak dan matanya kini sedikit berair. Dia mendorong Hanbin tapi karena dia sedang sakit tenaganya sekarang menjadi kurang dan pasrag akan apa yang Hanbin lakukan.

Hiks..

Hanbin sadar dan menjauhkan dirinya dari Junhoe saat mendengar isakan itu. Dia menatap Junhoe takut, sedangkan Junhoe menatapnya tak percaya dengan air mata yang tergenang dimatanya.

"M-maafkan aku Jun"

"Pergi!! Hiks"

Hanbin terkejut dan berdiri dari meja makan lalu berlari kearah pintu rumah. Tak lama terdengar suara pintu tertutup dari sana.

Junhoe menangis sejadinya setelah menyadari dirinya kini sendirian.

"Hiks mianhae Jinhwan hyung, aku sudah kotor. Bodoh! Junhoe bodoh! Hiks.. hiks"
.
.
.
Junhoe membuka matanya dan mengangkat kepalanya yang terasa berat dan lehernya terasa pegal setelah berjam jam tertidur di meja makan.

'Jam berapa ini?' batinnya lalu melirik jam dinding diatas televisi dengan mata yang bengkak.

"Hhahh selama itu ya" ujarnya lalu dia berusaha bangun dari duduknya tapi gagal. Tubuhnya terasa sangat sakit membuatnya kembali terduduk di kursi makan.

Dia melirik laptop Hanbin yang berasa diatas meja di depan sofa. Dia terisak kembali saat mengingat kejadian sebelumnya.

"Park bodoh!"

Lalu dia menguatkan dirinya dan bangkit dari kursina lalu berjalan kearah sofa dengan pelan dan membuka laptop milik Hanbin.

Dia mengutak atik laptop iu sampai dia menemukan sebuah file dengan nama 'Chunhee'.

'Ige mwoya?' diapun membuka file tersebut dan membulatkan matanya saat melihat apa isi file itu. AAda banyak sekali video rekaman ponsel ataupun cctv yang menampilkan dirinya disana. Setiap video diberi tanggal.

'Mwo?! Jadi selama ini dia mengawasiku?!'

Hate is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang