5

186 22 7
                                    

"Jun! Bangun.. Sudah pagi!"

"Eunghh 5 menit eomma"

"Hhah kau masih sakit?"

"Iya aku masih mengantuk"

Kretek

Seketika itu mata Junhoe terbuka dan melihat Heenim menggenggam tangannya kuat dengan senyuman lebar.

"Masih mengantuk ya? Hm?" ujar Heenim. Junhoe terkekeh dan langsung bangkit lalu melewati Heenim dengan pelan lalu secepar kilat memasuki kamar mandi.

"Hhahh anak itu"
.
Junhoe keluar dari kamarnya dengan seragam lengkap, dia menelusuri penjuru rumah dan mengerutkan keningnya.

'Aneh seperti ada yang kurang' batinnya. Tapi seketika itu dia mengangkat bahunya tidak peduli dan duduk dimeja makannya.

Dia menyesap segelas susu hangat yang diberikan Heenim padanya dan menyantap sandwich tuna miliknya. Heenim duduk disamping Junhoe. Dan menyantap sarapannya juga.

"Hanbin tidak bisa pulang karena pekerjaannya jadi dia kembali ke rumah utama" ujar Heenim. Junhoe yang mendengarnya hanya diam mendengarkan.

'Pantas saja ada yang kurang. Tapi baguslah'
.
.
.
"Hyung apa yang kau katakan?"

"Yang kukatakan kurang jelas untukmu ya Jun? Baik aku akan ulangi. Aku memintamu untuk berhenti bekerja ditempatnya dan bekerja saja ditempatku" jelas Jinhwan. Sekarang mereka ada diatap sambil menyantap makan siang mereka. Junhoe yang mendengarnya tidak percaya apa yang dikatakan kekasih mungilnya.

"Hyung, dengar! Mencari pekerjaan mudah dengan gaji yang tinggi itu sulit, aku sudah bekerja dengannya sangat lama, aku berjuang mendapatkan posisi kasir dan penyanyi disana untuk  mendapatkan gaji yang tinggi dengan jumlah 2 kali lipat hyung. Kau ingin aku berhenti hanya karena keegoisanmu? Lalu apa tadi kau mau aku bekerja denganmu? Di klubmu? Sebagai penggoda maksudmu? Tidak maafkan aku hyung aku tidak bisa" balas Junhoe dengan sedikit amarah. Jinhwan menatapnya diam lalu menghela napasnya kasar.

"Kalau begitu aku juga tidak bisa bertahan dengan segala kecemburuanku pada kekasihku yang keras kepala. Sepertinya kita sampai disini saja, maaf ya Jun" ujarnya lalu berdiri dan meninggalkan Junhoe diatap sendirian.

"Hiks apa apaan dia.. Dia egois sekali. Baik hiks aku juga tidak tahan padanya! Hhah aku benci orang yang egois. Aku pikir setelah tak melihatku kemarin dia akan khawatir.. Ternyata itu hanya pemikiranku.. Hiks.. Hanbin hyung"

Junhoe menekuk lututnya dan menangis disana tanpa sadar dia menyebut nama Hanbin dalam sela tangisannya yang terdengar memilukan bagi yang mendengarnya.
.
.
.
"Jun kalau kau sedang sakit lebih baik kau pulang saja"

"Tidak hyung aku tidak sakit" jawab Junhoe. "Tapi daritadi kuperhatikan kau sepertinya kurang fokus dan selalu melamun, ada yang kau pikirkan?" tanya Jiwon lagi. Kali ini Junhoe menanggapi pertanyaan Jiwon dengan gelengan lemah, Jiwon yang melihatnya menghela napas pelan.

"Yasudah, aku ada diruanganku kalau kau butuh aku" ujarnya lalu berjalan memasuki ruangannya. Junhoe menegakkan kepalanya dan melirik kearah ruangan Jiwon.

'Dia teman penjahat itu kan?'
.
.
.
Junhoe berkali kali menengok kebelakang merasa ada yang mengikutinya semenjak dia keluar dari bis, tapi saat dia berbalik tidak ada siapapun dibelakangnya. Junhoe mempercepat langkahnya, 'Huh sial! Siapa yang mengikutiku? Mengawasiku? Hm? Apa si penjahat itu? Diakan selalu mengawasiku setelah apa yang kulihat dilaptopnya' batinnya dengan terus melangkah cepat. Saat akan melewati rumah Eugene, tiba tiba ada yang menepuknya.

"Yak!"
.
"Lebih baik kau tidak usah bekerja lagi Junhoe ya. Itu bahaya jika orang  yang menguntitmu adalah orang yang jahat"

"Ne ahjumma. Tapi aku harus membantu eomma memenuhi ekonomi. Aku juga ingin mandiri dengan membayar sendiri kuliahku nanti" jawab Junhoe

"Tapi Jun, aku tidak tau apa yang akan terjadi kalau aku tidak menegurmu tadi. Kau tau dunia malam itu jahat" ujar Johnny. Junhoe menunduk sambil menatap coklat hangat yang diberikan Taeyong padanya.

"Hhahh aku mengerti jika kau ingin mandiri tidak apa apa itu bagus. Tapi bisakah kau tidak usah bekerja sampai malam?" usul Eugene lagi. Junhoe mendongak menatap Eugene lalu dia terlihat berpikir.

"Aku setuju dengan yang dikatan eomma Jun. Kau pinta saja pada Bobby kalau kau tidak bisa bekerja setelah matahari tenggelam. Kau jangan memberitau alasannya, kita tidak tau siapa yang mengikutimu kau tidak bisa memercaya siapapun sekarang kecuali orang orang terdekatmu" lanjut Johnny. Junhoe kini menatapnya dan terdiam.

"Kalau aku mengambil shift sampai sore gajinya akan menjadi kecil hyung" jawab Junhoe. "Keselamatanmu lebih berharga Jun" balas Taeyong.

Junhoe terdiam sebentar lalu menatap Eugene, Johnny dan Taeyong bersamaan. Diapun tersenyum lalu memganggukkan kepalanya.

"Terima kasih! Kalian perhatian sekali padaku. Terima kasih banyak" ujarnya. Semuapun tersenyum mendengar perkataan Junhoe.

"Habiskan coklat hangatnya Jun, Johnny akan mengantarmu nanti" ujar Eugene hangat, Junhoe mengangguk senang dan mulai menghabiskan coklat hangatnya.
Johnny dan Junhoe berjalan bersama menuju rumah Junhoe, mereka sesekali berbicara hal menarik dan tertawa bersama.

Tepat didepan pintu pagar rumah Junhoe, mereka menghentikan tawa dan langkah mereka saat melihat sebuah siluet tengah terduduk didepan pintu sesekali berbicara asal. Sepertinya dia mabuk.

"Mianhae hiks mianhae hiks"

Deg!

Junhoe kenal suara ini, dia mendekat dan membulatkan matanya saat melihat orang itu. Perkiraannya benar, dia Hanbin.

"Johnny hyung bisa bantu aku?"
.
Johnnypun merebahkan tubuh Hanbin yang berbau alkohol itu disofa. Awalnya Hanbin berontak dan memukul mukul punggung Johnny, tapi tak lama dia tenang dan tertidur.

"Jun aku pulang dulu ya" pamit Johnny.

"Ne hyung gomawo"

Sepulangnya Johnny, Junhoe menatap Hanbin yang kini tengah terbaring lemas disofa, dia mendecak.

"Selalu saja menyusahkan"

Belum sempat Junhoe membuka pintu kamarnya! Dia mendengar suara orang muntah. Junhoe menghela napas kasar.

"Hahh apalagi sekarang?"

Diapun pergi kedapur dan mengambil kain lap dan segelas air dingin. Dia memberikan air dingin itu untuk Hanbin yang langsung diterima Hanbin dan meneguknya habis. Junhoe membersihkan muntahan Hanbin sebelum baunya menyebar diruangan itu dengan telaten.

Hanbin yang setengah sadar menatap Junhoe. Tiba tiba ia meneteskan air mata dan terisak.

"Hiks maafkan aku Jun. Maafkan aku, tidak seharusnya aku seperti ini hiks maafkan aku hiks maafkan aku hiks aku.. Hiks mencintaimu" setelah mengatakan itu Hanbin terbaring dan tertidur. Junhoe yang daritadi hanya mendengarkan sambil tetap membersihkan sisa muntahan Hanbin membulatkan matanya dan memegang dada kirinya yang berdetak tak karuan setelah mendengar ungkapan perasaan dari Hanbin(?).

'Apa apaan ini'

Hate is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang