Prolog

28 6 1
                                    

OCEHAN DIA

Malam itu aku dan kamu berawal menjadi kita.

Dering telopn terus berbunyi sedari tadi di digenggaman Ariel, menunggu seseorang mengangkat telponnya.

“angkat ryan...” gumam Ariel dengan cemas

tring...

tring...

tring...

Halo

Akhirnya telponnya tersambung.

“gue gak bisa nunggu lagi riel”
terdengar panik

“ryan lo dengerin gue, lo jangan pergi bisa jadi lo bakal di jebak sama mereka!”

“ini serius, ini gak mungkin gue dapet telpon spam kaya gitu! Gue gak bisa diem aja disini sedangkan kaila dalam bahaya disana!”

“engga biar lo tunggu kabar dari kaila, lo gak boleh gegabah dan panik kaya gini!”

“gue pergi riel! gue udah nelpon dia berkali kali tapi gak juga diangkat”

tut...

“halo...halo yan....ah sial!” ariel berdecak kesal.

Sambungan telepon tertutup sepihak.

Sekarang ariel panik setengah mati dia bingung harus apa, bisa jadi sahabatnya di jebak oleh seseorang yang mengatakan bahwa kaila dalam bahaya padahal kaila baik baik saja. Terlebih lagi ryan pergi sendirian, di malam hari dengan keputusan bodohnya. Ariel sudah menelpon kaila berulang kali namun tidak dijawab juga, makin lama ariel makin panik dengan tidak ada jawaban dari kaila.

Tiba tiba telponnya dijawab oleh kaila

“hallo riel ada apa? Sorry hp gue tadi gue tinggal di kamar”

“lo dimana? Baik baik aja kan lo!” dengan panik ariel menanyakan keberadaan kaila.

“gue dirumah dari tadi, ada apa sih lo panik banget”

Tanpa menjawab pertanya kaila ariel langsung mematikan ponsel lalu menelpon pihak polisi dan mengirim kan alamat yang disebutkan ryan kepadanya tadi saat ditelpon, dengan terburu buru ariel langsung pergi menjemput temannya yang dalam bahaya. Menggunnakan motornya dengan kecepatan penuh, pikirannya hanya tertuju pada ryan yang dalam bahaya.

Sesampainya ariel disana terlihat gedung tua kumuh dan sepi seperti gudang yang sudah tidak tepakai lagi, tanpa habis pikir ryan langsung berlari dan mendobrak pintu gedung tua itu.

Brak...

Suara pintu terbuka berkat tendangan ariel

“RYAN...RYAN LO DIMANA!” mencari ryan dengan berteriak

Lalu ariel berjalan mendekati tumpukan kardus

“RYAN...” 
betapa terkejutnya ariel melihat Ryan yang sudah bersimbah darah.

“Ryan maafin gue...” Setetes air mata mengalir di pipinya

" Aaaa......" Jeritnya dengan rasa sesal

*

Anindya tepat berada di dapan ruang tunggu rumah sakit Helista yang tak jauh dari rumahnya, bersama keluarganya menunggu kelahiran bayi kecil yang tak lain anak dari tantenya.

Duduk bersebelah dengan neneknya dan mamahnya, yang terlihat cemas sama halnya dengan kerabat lainnya.

“nek...” ucap anindya sambil memegang tangan neneknya yang terlihat cemas

“mau aku beliin minum, nenek tunggu sini yah aku beli minum di luar.”lanjutnya, dan langsung pergi membeli minuman

Sesampainya dia langsung mencari air mineral yang tidak dingin, dan membuka lemari pendingin mengambil minuman bervitamin yang pasti untuknya. Tak lupa dia mengambil beberapa roti dan tisu, tanpa lama lama dia langsung membayar ke kasir dan pergi dari minimarket yang berada di rumah sakit itu sambil berjalan cepat.

Bruk...

"Aww..." Menyeringih kesakitan sambil memegang jidatnya.

Tepat setelah di ambang pintu minimarket rumah sakit dia tak sengaja bertarakan dengan seseorang, karna saking buru burunya mungkin hingga tak sadar bahwa didepannya ada seseorang.

“maaf...”

menoleh ke arah orang yang berada di depannya dan lebih tinggi dari dia, seorang cowo yang terlihat menggunakan hoodie merah maroon, mengenakan tudung kepalanya, mulutnya dan hidungnya tertutup masker, tak sengaja anindya menatap mata orang yang berada didapnnya itu terlihat dengan jelas matanya merah berlinangan air mata.

Cowo itu hanya membalas dengan anggukan dan langsung meninggalkan anindya, yang masih terpaku diam.

Dalama pikirnya kasian sekali, mungkin dia sedang berkabung. Hingga matanya memerah dan berlinangan air mata.

*

Huweee....

Suara tangisan bayi terdengar dari ruang persalinan, akhirnya keluarga anindya merasa lega dan bersyukur atas kelahran bayi tersebut.

Tak lama setelah ada persetujuan dari dokter mereka sudah bisa melihat bayinya.

“lucunya...” ucap anindya
“ganteng dong cucu nenek ini” ucap neneknya menambah perkataan anindya.
“kamu dulu juga selucu ini nindya, nenek ingat sekali kamu menangis lalu nenek gendong dan ketika di ayun ayunkan lalu kamu diam”
“hmm nenek emang tebaik” ucapnya sambil senyum.

*

Anindya sedang berada di taman rumah sakit, sambil melihat ke arah jam tangannya sudah jam9 malam. Berjalan jalan menghirup udara segar diiringi lagu yang  ia setel melalu hpnya dialirkan melalu kabal putih panjang menuju  telinganya, mengenakan pakainya yang nyaman dan tak lupa jaket agar dia tetep hangat.

Tak sengaja dia melihat cowo yang sama di taman, cowo yang tak sengaja ia tabkrak di minimarket. Duduk sendirian terlihat sedang sedih, entah kemauan dari mana anindya mendekatinya dan duduk di sampingnya. Canggung tak ada pembicaraan apapun ya itu yang sedang terjadi akibat nekat.

“nih buat lo” menyodorkan tisu pada cowok itu

Cowo itu hanya diam tanpa menanggapi perkataan anindya, anindya yang melihatnya merasa kasihan. Memang terdengar gila dia tiba tiba memberikan tisu lalu memasangkan headsetnya kepada cowo itu bermaksud mengiburnya. Ya respon cowo itu hanya diam ajh

“hmm malem malem gini enaknya denger lagu sambil menghirup udara segara”
“hwah...indah banget, itu bintang paling terang  yang pernah gue liat” kagum anindya pada bintang bintang malam itu.

Cowo itu menoleh ke atas langit indah malem itu
“lo tau icarus bintang yang paling susah untuk dilihat, dan sirius bintang paling terang diantara bintang lainnya. kalo menurut gue icarus itu emang paling sulit dilihat, tapi itu yang membuatnya sepesial kaya harus ada usaha dulu buat ngeliatnya heheh..” ocehan anindya

Cowo misterius itu cuman dengeriin dan merhatiin ocehan anindya tanpa membalasnya. Lagu yang sedari tadi di setelpun kalah sama ocehannya anindya

“oh iya nama gue anindya, siapapun lo semua orang udah punya takdirnya masing masing jadi jangan terlalu lama terlalut sama kesedihan lo. Sorry gue gak maksud nyeramahin lo atau apa...”

“hmm...jadi nama lo siapa?”

Tak lama hpnya berdenting, yang menandakan sebuah pesan masuk ke hpnya. Tertulis di layar itu mamahnya, yang berisikan untuk anindyaa cepat kembali karna mereka akan pulang.

“gue harus pergi, makasih” pergi meninggalkan cowo itu dengan terburu buru, dan gak jelas mengucapkan terimakasih padanya. Tapi masuk akal juga sih terimakasih sebagai tanda udah mau dengerin ocehannya yang gakjelas itu, bermaksud menghibur ,malah lari kemana mana sampe tuh bintang bintang di langit yang jadi sasarannya.

###

Thanks 💕
Follow akun Arthara dan tambahkan cerita ini di reading list kamu, sebagai dukungan kalian pada karya arthara 😉

Ig.arthara_bita

See you...

Find Me Under StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang