Misi

7 1 0
                                    

Sesampai di kamar, aku hanya berkomat-Kamit dengan perasaan kesal, "dasar menyebalkan, aku terlihat bodoh kan didepan mereka, udah tau gak bisa masak masih aja kamu paksain Citra...Citra" ucap sesal ku.

Berlarut dengan rasa malu ku, aku memikirkan tentang sekolah ku, rasa-rasanya tidak sabar masuk sekolah dan bertemu kembali dengan teman ku, aku memiliki 3 orang sahabat bernama Lisa, Rumi dan Gista, tetapi Gista lah yang mengerti Aku karena dia bukan hanya sahabat yang baru kutemui tetapi dia pun sahabat waktu kecil ku juga. Tiba-tiba aku teringat dia. Aku berinisiatif menghubungi sahabat kecil ku yaitu Gista.

Aku mendial nomor nya dan tersambung, rasanya tidak sabar menceritakan semua kejadian yang ku alami disini.
"Gisssssttttaaa, gue kangen banget sama lo", dia hanya cekikikan dan membalas ucapan ku.
"Gue lebih kangen Lo, apa kabar lo disana???, Betah banget lo disana, cepetan balik." Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.
"Oke, nanti Minggu gue balik ko, gue mau cerita soal kejadian yang gue alami disini" aku sedikit merasa tidak enak jika membicarakan ini lewat via telepon.
"Oke, ceritain aja, gue juga penasaran sama yang lo alami disana perasaan lo betah-betah amat dahh".

Aku menceritakan semua yang ku alami kepadanya tidak terlewatkan satu pun. Sampai ia terkejut mendengar cerita ku dan aku hanya bisa pasrah dengan keadaan yang terpaksa ini, aku meminta pendapatnya mengenai masalah yang ku hadapi.

"Iya,lo harus batuin lah, lo kan udah janji juga mau bantuin mau gak mau yah lo harus lakuin" ucapnya dengan sedikit tegas kepadaku.
"Tapiii, sayang nya gue takut" ucap ku dengan bergetar.
"Citra penakut" sosok itu lagi, ucap Dewi batin ku.

"Dasar nyebelin, keluarrrrr" aku berteriak agar mereka berdua keluar yahhh siapa lagi kalau bukan Bella dan gladia.

"Apaaan sihhh lo cit, gue niatnya ngebantuin juga, dasar aneh lo, udah gue mau tidur dan lo harus bantuin dia karena lo dah janji" tiba-tiba sambungan nya terputus, Ok fix gue bingung sekarang.

"Ngapain sih kalian berdua tiba-tiba masuk ke kamar orang"ucap ku dengan nada kesal.

"Tapi kami kan bukan orang, kami hanya anak kecil, iyakan gladia??" Ucap nya meminta dukungan gladia, mata ku beralih menatap gladia, dia hanya mengangguk seolah membenarkan ucapan Bella.

Aku hanya melotot kan mata ku kepada nya, dia hanya mengangkat bahu nya.

"Ya ampun kalian, buat aku migran tau gak??" Sembari memijat pangkal hidung ku dengan memandangi Setumpukan buku diatas meja belajar.

"Gladia, migran itu apa??", pertanyaan nya membuatku beralih dari menatap Setumpukan buku itu yang berada di meja belajar menjadi teralih padanya.
Baru saja ingin menjawab tapi gladia sudah menjawab terlebih dulu.

"Migran itu tanda-tanda kalau dia akan gila bella", ucap nya sembari menatap ku balik "dan contohnya Citra yang akan gila, iya kan Citra, aku benar??",aku hanya mendelikan mata ku mendengarkan cekikikan nya.

"Sudah kalian duduk di kasur ku, aku akan memikirkan bagaimana caranya membantu wanita itu" tapi mata ku terasa berat rasanya ingin cepat-cepat berbaring di kasur empuk ku.
"Besok saja aku akan memikirkan caranya" dan sayup-sayup aku mendengar mereka menyebut ku gila, dan menggelap.

Pagi hari nya, aku terbangun karena ibu yang mengetuk pintu sangat keras dan berteriak,"citraaa, sayang bangun udah adzan subuh cepat mandi lalu shalat".
"Iya Bu, ini udah bangun",ucap ku sembari melangkah ke kamar mandi.

Seusai mandi dan shalat, wanita itu datang menemui ku "Citra aku tau dia sedang berada dimana", kening ku berkerut, "dimana??" "Kalau kamu tau ayo kita kesana", lanjut ku.

"Ayo ikut aku", ucapnya dengan yakin "baiklah,ayo!" Aku menuruni tangga dan melihat ibu ku sedangkan menyiapkan makanan.

"Pagi ibu ku yang sangat cantik" aku tersenyum padanya dengan tangan memeluk ibu ku.

"Pagi juga sayang" ibu ku berbalik dan menatap ku dari ujung kepala sampai ujung rambut ku.

"Kamu mau kemana sayang, pagi-pagi gini udah rapih" tanya nya yang sedikit membuat ku bingung, "mau keluar sebentar Bu" jawab ku.

"Yaudh hati-hati di jalan, tapi kamu tau kan jalan nya?? Atau mau ibu temani??" Pertanyaan ibu ku membuat ku sedikit gugup.

"Hmm...Gak usah bu, aku tau ko jalan nya, aku juga pakai motor bibi jadi cuma sebentar" ucapku dengan senyuman.
"Iya".

Sesampainya di tempat yang ditunjukan wanita ini, aku melihat suaminya sedang bersama wanita muda nya.

"Dia itu pengganti ku, dia yang merebut suami ku", aku beralih menatap nya kasihan.

"Sabar, mungkin dia belum menyadari sikap nya terhadap mu" ucap ku agar ia tidak berlarut-larut dalam kesedihan.

"Nama ku Lita" senyuman tulus diberikan kepada ku, dia melihatkan wajah asli nya, aku hanya menutup mata dan melihat ada wanita yang begitu cantik.

"Itu kamu???" Tanya ku masih dengan menutup mata,
"Iya Citra, itu aku", aku membuka mata ku dan melihat dia yang sedang menatap suami nya.

"Mereka begitu serasi" aku menatap nya dan mencoba mengalihkan.

"Baiklah, kaki ku pegal sekali" aku mengerucutkan bibirku,
Dia tertawa seakan-akan tidak ada masalah, begitu lepas.

Setelah puas melihat nya tertawa mata ku kembali tertuju pada 2 insan itu, "Tapi lihat mereka seperti sedang bertengkar", dengan menunjuk kearah 2 insan itu yang berada di depan ku.

Dengan pelan-pelan aku berjalan mendekati arah mereka, samar-samar aku mendengar kalimat "Aku sungguh menyesali perbuatan ku yang menyakiti nya sehingga dia meninggalkan ku selamanya" ucapan nya yang sedikit membuat ku bahagia bahwa suami dari wanita ini menyesali perbuatannya.

Aku menatap wanita di samping ku, dia pun sama seperti ku dia sangat bahagia.

"Sudah lah mas jangan terus-terusan mengingat wanita sialan itu", aku ingin sekali menampar bolak-balik perempuan itu, ucapannya benar-benar keterlaluan.

"Ini semua gara-gara mu, aku pasti tidak akan kehilangan nya, kau penyebab nya, kau yang memberikan minuman sialan itu, dan kalau saja aku tidak meminum minuman itu dan kau tidak mengompori ku pasti dia masih di samping ku", aku melihat dia sangat terpukul dan frustasi.

Lita tersenyum kearah ku, aku pun sama hal nya, dia memberi tahu bahwa ada barang yang ingin dia berikan pada ku.

Aku ke rumah Lita lewat jendela dan menuju kamar nya yang tidak terkunci itu, kamar nya sangat luas dan wangi sekali, aku melihat kearah nya dia hanya menunjuk kearah lemari, aku berjalan pelan-pelan agar tidak menimbulkan curiga.

Aku melihat ada kunci, kening ku berkerut tak mengerti maksudnya apa, dia menghampiri ku "tolong buka kotak ini lalu berikan ini kepada suami ku"

"Baiklah.", Ucap ku sedikit bingung, karena dalam kotak itu hanya berisi kemeja berwarna biru dan sepucuk surat.

"Ini kado yang akan ku berikan waktu itu, karena aku dengan suami ku sudah 3 tahun lamanya, tapi Tuhan belum mengizinkan ku memberikan langsung padanya" .














"Jangan mudah menyimpulkan sesuatu hal yang belum tentu ada kebenarannya"









Maaf kalo banyak typo nya teruuusss maaf juga kalau pemborosan kata yahhh guys maklumin soalnya baru belajar

Makasihhh😘😘



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CITRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang