Entah apa yang coba mereka sembunyikan?
🍁🍁🍁
"Ihh,, siapa sih pagi-pagi buta konser??!! "
"Kenapa, Sya? "
"Jangan-jangan.. " Aku segera menutup mulut. Membuat Ibu bingung.
"Kamu tuh ya kalau ngomong diselesain. "
"Terserah ajalah, ibu mau wudu dulu. Dan kamu juga siap-siap salat."
Aku masih mematung. Mustahil Ibu tidak mendengarnya. Suara itu berasal dari kamar Ka Mira.
"Ceraikan saja aku!! "
Aku tidak bisa menahan diri untuk mengintip kamar Ka Mira. Apapun yang nanti aku dengar adalah sebagai pembelajaran.
Daun telingaku yang tertutup hijab sudah menempel pada pintu kamar kakakku. Samar-samar kudengar.
"Aduh-duh-duh,, sakit.. "
"Rupanya ada tukang ngintip. Mau nih telingamu bintitan? "
"Aduh, Bu. Sakit. Lepasin. Lagian mana ada telinga bintitan yang ada tuh mata. Aku 'kan cuma ingin tahu aja. "
"Alah, alesan aja kamu. Sudah sana wudu! Biar dibersihin tuh pikiran yang enggak-enggak. "
"Tapi, Bu. Tadi aku dengar Ka Mira bilang perceraian. "
"Husss! Sembarangan kalau ngomong. Ngelantur aja kalau bicara. Dalam hitungan ketiga belum pergi, Ibu kutuk jadi kepiting rebus kamu nanti. Satu... dua... "
"Tu-tunggu, Bu."
Selalu saja salah di mata Ibu. Aku merasa cemburu. Bukan kepada Zaman melainkan Ibu. Di mata Ibu aku tidak boleh sembarangan menguping pembicaraan orang.
Aku menggerutu sepanjang subuh hingga fajar kian menyingsing.
"Jatuh juga tuh bibir. " Ledek Ka Mira.
"Bodo."
"Eh,, gua bilang Ibu ya. "
"Bilang aja sana! Bodo amat. "
Aku kesal dengan Ka Mira. Sifat jeleknya yang selalu ngadu-ngadu tidak jelas kepada Ibu masih melekat di dirinya. Padahal sekarang sudah tua.
Dari kejauhan terlihat Engkong Tapin.
"Mending nemenin Engkong aja. " Usul ku dalam hati.
"Assalamu'alaikum, Kong. "
"..... "
"Assalamu'alaikum, Kong Tapin cakep. "
"Wa'alaikumussalam."
"Bah,, dibilang cakep baru dah denger. Lagi ngapain sih Kong? "
"Nulis surat. Jangan kau ganggu. "
"Siapa juga yang mau ganggu. Emang nulis surat buat siapa Kong? "
"Buat Juliet dong. "
"Hah? Juliet mau datang ke kampung kita Kong? "
"Hahahaha."
"Ih Si Engkong malah ketawa. Buat siapa sih Kong suratnya. Zaman udah canggih begini masih aja ngirim surat. Telpon aja Kong. Hemat waktu sama tenaga juga. "
"Kalau Engkong lagi kangen sama istri pasti nulis surat."
"Oh, itu toh Julietnya. Hahaha saya baru sadar, maklumlah otak saya sejak dalam kandungan sudah minimalis. Tak bisa berpikir kritis, Kong. "
Si Engkong hanya mengangguk, rupanya dia sedang tidak ingin diganggu.
Berbicara surat, akupun pernah menulisnya untuk seseorang yang kuanggap istimewa. Bukan Zanan (kalian salah 😄).
Aku tidak ingin mengisahkan bagian suratku disini karena bagian ini khusus untuk Ka Mira dan Zanan. Benar, mereka seolah panjang umur. Ada yang aneh, mereka terlihat baik-baik saja. Berbeda sekali dengan keributan subuh tadi.
Abang iparku itu melambaikan tangan kepadaku. Senyuman merekah juga tersimpul di bibir Ka Mira. Apakah mereka sudah baikan?
"Hai, Asya! Lagi apa? Ikut yuk? "
"Iya ikut aja. Sudah lama juga 'kan kita nggak jogging bareng. "
Ada angin apa tiba-tiba Ka Mira bersikap manis kepadaku? Jogging? Seingatku kami tidak pernah melakukannya bersama-sama. Karena bosan tidak ada kegiatan, aku ikut bersama mereka.
"Kong, saya pamit ya. "
"..... " Sudah diduga Kong Tapin tidak dengar.
Situasinya tidak mengenakkan untukku. Mataku sakit melihat kemesraan mereka. Hari ini mereka aneh sekali. Romantisme mereka terlihat berlebihan. Aku saja malu melihatnya.
"Ehemm.. " Aku berdehem saja seperti dianggap instrumen lagu.
"Ehemm.. Ehemm.. Ehemm.. Ehemm.. Ehemm.. "
"Eh kenapa, Sya? Sakit ya? "
"Asya wanita tangguh,, nggak mungkin dia sakit cuma karena deheman itu. "
Ka Mira sama saja. Tetap mengolok-olokku.
"Aku pulang duluan ya? "
"Loh 'kan baru setengah jalan."
"Nggak deh Bang. Aku pulang aja, mau bantu Ibu di dapur."
Entah apa yang mereka sembunyikan dariku?
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Eitss,, sabar menanti yaa.. Aku kembali lagi setelah sekian.. Sekian.. Sekian.. Lamanya😄
Like anda comment-ya untuk Asya, Zanan dan Mira. See you 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
TERSISIHKAN
Romance"Jika sudah tidak ada wanita di dunia ini. Bisakah aku terpilih?" Tekanan orang tua dan lingkungan membuat Asya frustasi. Wanita-wanita di kampungnya sudah menikah. Hanya dirinya yang masih lajang. Cibiran kerap didapatinya. 'Perawan tua'. Mampukah...