Part 2

6 0 0
                                    

"Selamat pagi Mr. Jariz," sapa Jasmine saat melihat wajah bantal Alvaro yang perlahan mendekat kearah meja makan sambil memegangi kepala.

"Bagaimana, apa masih terasa pusing," lanjutnya yang di tanggapi anggukan oleh Alvaro.

"Baiklah, segelas susu coklat hangat di pagi hari." Jasmine menyodorkan segelas coklat hangat, "Dan kau mau sarapan apa Mr. Jariz."

Jasmine melayani Alvaro bak mereka adalah sepasang suami istri yang bahagia.

"Tidak perlu repot-repot kita bisa pesan melalui daring."

"No ... no, special hari ini aku harus menyiapkannya sendiri." Jasmine berdiri di depan Alvaro sambil mengangkat telunjuknya.

Dapur mini yang mereka tempati memang lengkap bahkan isi kulkas sangat penuh. Hal itu membuat Jasmine girang karena ia harus mengesekusi bahan-bahan tersebut untuk Alvaro.

"Ayo sebutkan makan yang ingin kau makan Alvaro hem ... hem." Jasmine menatap Alvaro sambil mengedipkan matanya.

"Terserah kau saja." wanita dengan piyama dasty itu melemah.

"Baiklah." membalikkan badan dan berjalan menjauhi Alvaro yang sedang meneguk coklat hangatnya.

"Ahaa ... bagaimana kalau nasi goreng cumi Mr. Jariz." ide cemerlang tiba-tiba melintas dan dengan gerakan cepat ia berbalik kearah Alvaro.

"Uhuk ... uhuuuk." Alvaro yang kaget hampir saja menyemburkan coklatnya yang ia teguk.

"Aduh maaf ... maaf, aku membuatmu kagetkah?" Jasmine menanyakan hal yang tak seharusnya karena dengan melihat pun ia tahu bahwa Alvaro kaget. Dasar Jasmine.

"Bisakah berbicara pelan, kau terus-terusan membuat jantungku tak sehat, apa aku harus sakit jantung juga?"

Sungut Alvaro yang jengkel karena ulah istrinya sepagi ini

"Maaf, minumlah." kembali ia menyodorkan segelas air putih dan langsung di sambut oleh Alvaro.

"Baiklah sekarang kau mandilah dulu aku pastikan lima belas menit sarapan sudah siap." Mau tak mau Alvaro bangkit menuju kamar sementara jasmine langsung memulai aksinya.

Lima belas menit berlalu dan mereka telah menyelesaikan sarapannya.

"Sampai kapan aku harus mengkonsumsi ini semua," tanya Alvaro setelah sarapan dan di hadapkan dengan berbagai jenis obat dan satu obat yang tetap abadi ia konsumsi sampai saat ini.

"Sampai sembuh dan ini" Jasmine meletakan sebuah foto kecil di hadapan Alvaro.

"Kau ...." mata Alvaro melotot seketika.

"Kau yang membiarkannya tadi malam." dengan gerakan cepat tangan Alvaro mengambil foto tersebut dan menyimpannya disaku baju yang ia kenakan.

"Sampai kau bisa membuang foto itu."

"Cukup kau tak perlu menasihatiku." terdengar nada kesal di sana.

"Sampai kapan?" Kali ini Jasmine ingin sekali menantangnya, "Dua tahun, atau tiga tahun yang akan datang."

"Entahlah." lagi-lagi Alvaro terlihat rapuh.

"Lalu kenapa kau membiarkan aku ikut dalam situasi ini." gadis itu terlihat geram.

"Mencoba Alvaro memcoba, kalau kau tak mencoba bagaimana bisa."  Jasmine terlihat geram.

"Jasmine, mengertilah."

"Ya kau juga harus mencoba."
"Akan kucoba." keduanya terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masingl.

"Biarkan aku pulang kalau begitu." lensa keduanya bertemu. Ada kabut kecewa menguar diantara iris coklatnya. Entah rumit sekali.

MELUPAKAN yang MELUPAKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang