Part 4

4 0 0
                                    


"Jasmine."

Mendengar namanya di panggil, reflek ia menegok kearah sumber suara.

"Kau sudah bangun."
Jasmine berjalan kearah ranjang.

"Butuh sesuatu?" tubuhnya menunduk mensejajarkan dengan Alvaro yang kini duduk ditepi kasur.

"Bisakah kau ambilkan tetes mataku, ah ini sangat perih bahkan melihatmu terlihat kabur." tangannya tak berhenti mengucek mata.

"Tunggu sebentar." dengan cepat Jasmine meraih sekotak obat tetes mata di atas nakas dan memberikannya pada Alvaro.

"Tolong."
Alvro memberikan kembali benda kecil itu.

"Baiklah." dengan telaten Jasmine meneteskan obat tersebut.

"Biarkan sedikit lebih lama." tutur wanita itu.

"Sepertinya kita harus pulang, aku melupakan jadwal cek-ku sebelum kita menikah."

"Kau selalu saja ceroboh." Jasmine berdecak kesal.

"Apa harus mama yang terus mengingatkan jadwalnya, kau bahkan sudah tua." oceh wanita di sebelah Alvaro itu.

"Tolong berhenti mengoceh dokter, biarkan obat tetes ini tak bercampur dengan air mataku."

Lihatlah dalam situasi inipun Alvaro masih sempat berkata konyol, namun justru membuat Jasmine mengulum senyum.

Dengan pelan Alvaro membuka mata
"Ya tuhan kau terlihat tak jelas Jasmine, mana kaca mataku." Seketika itu pula Jasmine langsung memakaikan benda berframe coklat di atas hidung Alvaro.

"Jika benda ini tak lagi bisa membantumu untuk melihat, maukah kau mengizinkan aku untuk menggantikanmu melihat apa yang ingin kau lihat?"

Kata-kata yang meluncur itu membuat Alvaro gelagapan. Sepertinya detak jantungnya mulai tak beraturan.

"Ak ... akk ... ah tolong ambilkan air." Jasmine tersenyum melihatnya. Dalam hati ia berkata aku akan terus memberikan virus cinta yang membuat jantungmu tak sehat setiap dekat denganku Alvaro. Xixixi.

"Minumlah klorofil ini sangat sehat." Jasmine menyerahkan sebotol minuman hijau favoritnya pada Alvaro

"Terimakasih."

"Jangan sungkan padaku."

Dielusnya wajah Alvaro pelan membuat sang empunya kaget dan meraih tangan Jasmine yang bergerilya di wajahnya.

"Jasmine, sekali lagi terimakasih." setelah itu Alvaro bangkit menuju balkon, senja masih menampakan keindahan, semilir kembali membawa ingatannya tentang gadisnya waktu itu.

Senja
Lihatlah aku begitu rapuh
Aku datang kembali padamu
Maukah kau menyanyikan lagu rindu
Aku ingin mengadu dan bercengkrama denganmu kali ini
Senja
Ini sulit untuk jelas
Lihat aku datang dengan beribu sesak
Terdengar helaan napas berat seiring air mata yang tak di sadari mengalir.

Sebuah tangan tiba-tiba melingkar diperutnya.

"Aku tahu, jangan memaksakan diri Alvaro, maaf." ya itu Jasmine, kepalanya ia sandarkan pada bahu bidang milik Alvaro.

"Bagaimana kalau aku tidak sembuh." ucapan itu membuat Jasmine mengurai pelukannya dan membalikan tubuh Alvaro.

"Percayalah setiap penyakit ada obatnya." hey tayo ini bukan promo obat lo ya.

Tangannya kembali mengusap sisa air mata di pipi Alvaro.

"Kita akan pulang besok." matanya menatap dalam manik hitam Alvaro dengan senyum manis yang selalu ia berikan lalu membawa Alvaro dalam dekapannya.

MELUPAKAN yang MELUPAKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang