PROLOG

114K 4.5K 355
                                    

Kedua alas kaki berbalut sneakers berwarna kuning listrik keluaran merek ternama itu berhenti tepat di depan gerbang tak besar tapi juga tak kecil yang nampak berkarat namun masih terasa kokoh. Gadis dalam balutan seragam abu-abu itu menyematkan sebuah benda logam berukuran kecil pada lubang gembok yang seketika membuat kaitan gerbang tinggi menjulang keatas itu terlepas.

Menyelinap masuk kedalam sekolah melalui gerbang belakang dengan kunci duplikat tentu saja bukan hal yang patut dilakukan oleh seorang pelajar. Tapi hal itu tidak berlaku bagi gadis bermama Jeslyn Camelia Malik yang tak segan melewatkan kesempatan disaat banyak celah. Lagi pula kenapa harus melalui gerbang depan yang dijaga ketat itu jika ia memiliki kunci duplikat pagar belakang? Semua ada jalan hanya tinggal usahanya, 'kan?

Letak gerbang belakang sekolah yang berdekatan dengan gudang dan jauh dari area gedung sekolah menjadikannya tempat strategis untuk dijadikan jalur tikus. Namun untuk eksekusi kali ini berbeda dari biasanya, jika biasanya Jeslyn ditemani kedua partner in crime-nya--Alya dan Lauren yang sama-sama mempunyai visi dan misi sepertinya--pagi ini ia hanya sendirian karena mereka berdua sudah lebih dulu masuk.

Sudah sejak sebulan lalu Jeslyn menyelinap lewat gerbang belakang dan sejauh ini belum ada seorangpun yang memergokinya tak terkecuali wakil ketua OSIS yang penglihatan tajam bak elang. Tak terasa selama itu pula Jeslyn tidak lagi menjalankan hukuman-hukuman yang tak jarang didapatkannya, lalu yang paling penting adalah tidak berurusan dengan seseorang yang hobi membuatnya sengsara. Siapa lagi kalau bukan wakil ketua OSIS SMA-nya yang tingkat ke-rese-annya sampai tak jarang bikin Jeslyn emosi.

Setelah mengunci kembali dan mengamankan kucinya, Jeslyn mengambil langkah panjang setengah berlari memasuki gedung sekolah. Namun alih-alih gadis berambut cokelat karamel itu berhasil memasuki gedung sekolah, tapi siapa sangka kalau langkah kaki Jeslyn tiba-tiba berhenti ketika kerah belakangnya ditarik kasar dan nyaris membuatnya terjungkal bila saja tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya.

Jeslyn lantas menoleh kebelakang--hendak menyemburkan rentetan makiannya pada si pelaku, namun firasat yang sempat terlintas mengenai si pelaku terbukti usai netra cokelat gelapnya mendapati seseorang yang hampir membuatnya terjungkal itu adalah makhluk terkutuk yang ingin sekali Jeslyn tendang dari bumi.

"Apa-apaan nih? Singkirin tangan lo!"

Jeslyn melemparkan tatapan peringatan pada seseorang dibelakangnya yang juga menatapnya. Seorang lelaki bertubuh tinggi dengan balutan seragam sekolah serapi rambutnya yang tertata--hingga tidak jarang hal itu dieluh-eluhkan oleh para siswi tapi tidak bagi Jeslyn karena menurutnya Jeshen tak lebih dari sekedar lelaki berpenampilan cupu bahkan terkesan kuno. Sampai sekarang saja Jeslyn tidak habis pikir dengan teman sejenisnya yang menganggap Jeshen boyfriend material padahal Jeshen kelewat membosankan.

"Terlambat, menyelinap lewat gerbang belakang pakek kunci duplikat, seragam nggak aturan."

"Terus?"

"Cuma orang bodoh yang balik tanya!" Jeshen melepaskan cekalannya dari kerah Jeslyn sebelum menepukkan kedua tangannya--seolah membersihkan kotoran yang menempel.

Jeslyn tertawa sarkas melihat tingkah Jeshen--setengah mati berusaha mengontrol diri untuk tidak mendaratkan bogemannya di wajah Waketos sialan itu. Jeslyn sangat tersinggung setelah melihat kelakuan Jeshen yang mana secara tidak langsung telah menyamakanya seperti sesuatu kotor. "Terus gimana kabarnya sama paribahasa 'malu bertanya sesat dijalan'?"

"Lo tanya disaat udah tahu jawabannya!"

"Yaudah langsung intinya! Lo mau bawa gue ke ruang BK, 'kan? Lo mau ngasih surat peringatan terus ngehukum gue berjemur di samping tiang bendera sambil hormat, bersihin halaman sekolah, atau nulis permintaan maaf sebanyak tiga lembar, 'kan?!"

JeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang