Dalam satu pekan, hari senin menjadi hari yang paling di benci Jeslyn dengan alasan dua hari akan kebebasan dan kesenangan telah berakhir. Akan tetapi pengecualian untuk senin mendung yang bertepatan dengan berakhirnya ujian akhir semester. Setelah berakhir, tidak jarang para murid diterpa keresahan hingga dihantui rasa pesimis, tampaknya hal itu tidak berlaku untuk Jeslyn. Perempuan berparas cantik tersebut tidak memusingkan selagi masih ada remedi. Bahkan setelah bel pulang berbunyi pun yang terlintas dipikirannya adalah menghampiri sahabatnya di kantin mengingat mereka berbeda ruangan.
Usai menyusuri koridor yang mengantarnya menuju tangga, Jeslyn buru-buru menuruni anakan tangga dengan ponsel yang menyita perhatiannya. Di tengah langkah panjangnya, Jeslyn tidak menyadari keberadaan seseorang yang sama tergesanya menaiki tangga dari arah berlawanan sambil menunduk. Beberapa detik kemudian, kemungkinan terburuk pun terjadi. Mereka saling berbenturan. Jeslyn yang belum sempat berpegangan pada apapun lantas kehilangan keseimbangannya hingga terduduk di anakan tangga, sementara lelaki berkacamata itu tersungkur ke depan nyaris menimpa Jeslyn kalau saja satu tangannya tidak berpegangan di railing sedangkan satu tangannya bertumpu pada anak tangga diatas kepala Jeslyn.
Dua orang dalam posisi ambigu tersebut kompak terdiam dengan pandangan mata saling bertubrukan, keterkejutan terlukis jelas di wajah mereka. Untuk beberapa detik, mereka sama-sama mengamati dengan anggapan sekiranya saling mengenal. Akan tetapi pemuda berwajah oriental bermata sipit dengan kacamata bulat yang dikenakannya itu tidak terasa familiar di ingatannya. Merasa tidak benar jika terus berada di posisi ambigu ini terlalu lama, Jeslyn buru-buru mendorong bahu pemuda tersebut hingga terhuyung kebelakang. Untung saja kondisi sudah sepi sehingga bisa dipastikan tidak ada yang melihat kejadian sialan ini. Setelahnya berambut panjang itu beranjak berdiri sebelum membersihkan atasan seragam hingga ke lengannya dari debu, akan tetapi desis kesakitan keluar dari bibir Jeslyn saat tangannya menyentuh bagian siku.
"Eh, ada luka!" Hema memekik terkejut usai netranya menangkap sebuah luka di siku Jeslyn, hingga tanpa sadar memicu gerakan refleknya--hendak memeriksa lukanya. Namun seolah membaca pergerakannya, Jeslyn secara cepat menjauhkan tangannya.
Jeslyn mengabaikan Hema dan kembali melanjutkan perjalanannya tanpa mengangkat suara apapun walaupun ia menjadi pihak yang dirugikan atas insiden barusan, meski kalau dipikir-pikir itu murni kesalahan bersama. Namun pergerakan Jeslyn berhenti tatkala sesuatu mencekal lengannya saat akan melewati anakan tangga kedua. Jeslyn menghela napas kesal sembari menarik sikutnya namun pemuda itu malah mengetatkan cengkeramannya. Hingga kemudian Jeslyn menaikkan pandangannya ke pemilik tangan tersebut. Dapat dilihat kalau keterkejutan berganti menjadi ketegangan di wajahnya.
Meski tengah terburu-buru tapi entah mengapa Hema tidak bisa meninggalkan Jeslyn yang terluka. Lukanya memang tidak parah, besarnya sekitar koin seratus perak namun cukup sukses membuatnya dirundung rasa bersalah. "Maaf, gue nggak lihat jalan jadi nggak sengaja nabrak lo. Jangan langsung pergi gitu aja. Ayo ke UKS." Hema setengah menarik lengan Jeslyn agar mengikutinya tapi perempuan itu bergeming.
"Bukan urusan lo." Jeslyn menarik kembali sikutnya dan untuk kali ini ia berhasil melakukannya sebab Hema kelihatannya sudah menyerah menahannya.
"Luka lo ada juga karena gue, jadi itu termasuk urusan gue. Nggak apa-apa kalo lo nggak mau ke UKS , biar gue obati di sini. Kebetulan gue bawa plester luka." Hema hampir berteriak frustasi kalau tidak menyadari lawan bicaranya seorang perempuan ataupun keberadaannya sekarang.
Jeslyn mengepalkan tangannya yang berada di sisi saku sembari menarik napas perlahan, pemuda itu benar-benar mengusik suasana hatinya. Apa yang dikhawatirkannya dari luka biasa itu? "Nggak." Kemudian, Jeslyn berjalan melewati Hema begitu saja. Sementara Hema yang tidak terima lantas mengejar Jeslyn dan menempatkan diri di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je
Teen FictionPlease, don't copy my story! From Bad Girl and Good Boy to Je. Bumi berputar pada porosnya dengan kemiringan sebesar 23,5 derajat, menjadikan adanya siang dan malam. Bagaikan siang dan malam. Sebutan itu cocok disematkan untuk Jeshen dan Jeslyn. Mer...