03. Nostalgia

55K 3.7K 294
                                    

Di salah satu pemakaman yang terletak di jantung ibukota terdapat seorang gadis berdiri tepat menghadap sebuah makam bernisan hitam bertuliskan nama seseorang. Tidak ada yang berubah sejak kedatangannya satu bulan yang lalu, makam itu tetap itu nampak terawat--terlihat dari tidak ada satupun yang mengotori makam dan rerumputan pendek yang menyelimuti gundukkan tanah itu tidak pernah lebih panjang dari sekarang.

"Hai, Ma.., Jeslyn dateng jengukkin mama." Jeslyn memposisikan dirinya disamping nisan hitam yang terdapat ukiran nama seseorang yang telah melahirkannya ke dunia. "Coba tebak Jeslyn bawa apa? Yups, bunga Lily putih kesukaan mama Jeslyn yang paling cantik sedunia!" Gadis berparas cantik itu menggoyang-goyangkan sebuket bunga Lily putih digenggamannya--menunjukkan buah tangannya pada mamanya--dengan antusias sebelum melepaskan tawa kecilnya.

"Jeslyn dikasih tahu Oma, katanya mama suka bunga ini. Jadi Jeslyn bawain biar mama seneng. Mama seneng, nggak?" Setelah meletakkan sebuket bunga Lily putih diatas pusara berukirkan nama Lilyna Nirmala Rajasa, sebuah senyuman mengembang diwajah Jeslyn karena bunga Lily putih itu semakin mempercantik makam Lilyna. Jika bibirnya menyunggingkan senyuman, berbeda halnya dengan pandangan mata Jeslyn yang mengabur sering lelehan bening yang menggenang di pelupuk matanya.

Perempuan itu berusaha sekuat tenaga menyembunyikan air matanya dibalik senyuman secerah langit siang hari ini. Tapi sepertinya Jeslyn akan mengingkari janjinya, padahal sebelumnya sudah berjanji untuk tidak menangis didepan mamanya. Apapun itu kalau menyangkut mamanya Jeslyn tidak bisa sekuat saat berhadapan dengan musuh-musuhnya.

"Mama kangen Jeslyn, ya ...?" Jeslyn terdiam saat tidak sanggup melanjutkan ucapannya sebab tenggorokannya terasa tercekat. Gadis kelahiran Jakarta itu mengadahkan kepalanya--menatap langit biru diselimuti oleh gumpalan-gumpalan putih tebal yang begitu memanjakan mata. Namun, sangat disayangkan kalau keindahan langit siang itu tidak dapat menghalau cairan bening meluncur--membasahi wajah cantiknya.

"Ma, makasih udah dateng di mimpi Jeslyn buat pertama kalinya. Jeslyn seneng banget. Tapi kok sebentar banget sih datengnya, Ma? Padahalkan Jeslyn masih pengen peluk mama lebih lama lagi, masih pengen dicium lagi sama mama. Ma, Jeslyn kangen banget sama mama." Isakan tangis yang menyiratkan kerinduan teramat mendalam pecah begitu saja ketika perempuan berusia cokelat itu memerangkap nisan berwarna hitam tersebut kedalam pelukannya sebelum memberikan kecupan pada ukiran nama mamanya berulangkali.

Bagi Jeslyn sebuah kehilangan terbesarnya adalah kehilangan wanita yang sudah berbesar hati mengorbankan nyawanya sendiri demi menyelamatkan nyawa lain. Dan penyesalan terbesar Jeslyn adalah belum sempat membahagiakan mamanya ataupun mengucapkan rasa terimakasih karena sudah melahirkannya.

Begitu besar jasa dan pengorbanan seorang ibu kepada anaknya hingga ucapan terima kasih saja tidak akan pernah cukup untuknya. Kemungkinan besar bagi anak-anak yang masih memiliki ibu dapat membahagiakan ibu mereka lewat hal-hal yang menyenangkan, tapi pengecualian untuk Jeslyn yang sedari lahir tidak memiliki kesempatan bertemu sesosok perempuan yang telah melahirkannya.

Setiap kali mengingat itu, dada Jeslyn terasa sesak--seperti dihimpit dua batu besar sampai-sampai untuk bernapas saja susah. Mungkinkah Tuhan tidak sudi menyisihkan sedikit keberuntungan untuknya karena sejak awal seharusnya ia tidak terlahir?

Jeslyn mengerti kalau setiap makhluk bernyawa tidak akan lepas dari perihal kematian. Namun kenapa secepat itu Tuhan menjemput mamanya? Ingatan demi ingat ketika orang-orang menceritakan riwayat hidupnya mulai berembus di kepala bagai angin sepoi-sepoi. Lilyna mengembuskan napas terakhirnya bersamaan dengan tangisan nyaring dari bayi merah kecil yang baru saja keluar dari perutnya. Belum juga disusui dan digendong, Lilyna bahkan belum sempat menyapa darah dagingnya yang nampak ringkih tersebut karena maut sudah lebih dulu memisahkan mereka.

JeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang