02. Kerja Rodi Dadakan

68.7K 4.2K 429
                                    

"Oma?"

Wanita berusia lima puluh tahun yang sedang fokus menyimak sebuah berita yang disajikan oleh channel khusus berita itu mengalihkan atensinya ketika mendengar seseorang memanggilnya dari arah belakang. Di sana, gadis muda dalam balutan piyama lusuh dan rambut berantakan berjalan dengan langkah gontai menghampiri seseorang yang duduk di sofa berwarna hitam.

"Loh, kok udah bangun? Lyn, kesambet apa kamu hari Minggu bangun pagi padahal biasanya masih ngorok."

"Jeslyn ngerti kalo oma bangga, tapi nggak usah dilihatin gitu dong, Oma. Kan Jeslyn jadi nggak enak." Jeslyn mendudukkan pantatnya disamping Indah sambil cengengesan tak jelas.

"Ck ... ck ... ck ..., kamu itu anak cewek loh, Lyn. Nggak baik anak cewek bangun siang terus, dulu tante pas masih seumuran kamu tiap weekend bangun pagi abis itu bantu-bantu dapur. Lah kamu, bangun pagi aja susah. Pantesan nggak pernah ada cowok yang mau ngapelin ke rumah," nimbrung wanita berdaster bunga-bunga yang baru saja memasuki ruang tengah dengan membawa nampan berisikan semangkuk bubur yang nampak masih mengepulkan asap putih tipis, segelas susu, dan beberapa potongan buah semangka. Menu sarapan wanita berambut putih pagi hari ini.

"Tante lagi ngomongin diri sendiri? Jeslyn masih umur tujuh belas kalo nggak ada yang ngapelin dirumah itu masih wajar-wajar aja. Yang nggak wajar itu kalo udah umur dua puluh lima tapi nggak ada cowok yang ngapelin karena takut sama titisan singa betina."

"Ma ..., Mama kok malah ikutan ketawa sih? Mama, nggak ada inisiatif buat belain anaknya gitu? Ini anak mama abis diledekin sama bocah bau bawang loh, Ma." Windy Lilyandra Rajasa merengek pada Indah sembari menghentakkan kedua kakinya seperti anak kecil, ini namanya senjata makan tuan--niat meledek keponakannya malah dirinya yang diledekin habis-habisan sampai Windy kehilangan kata-kata. Apalagi mamanya itu sempat ber-high five dahulu dengan keponakannya sebelum menertawakannya.

"Habisnya yang dibilang Jeslyn itu emang bener. Kamu itu sebenernya cantik, tapi kalo galaknya dikurangin udah pasti jadi cantik banget, Win." Ledek-meledek ini sudah menjadi makanan sehari-hari Indah, bahkan Indah merasa aneh jika seharipun tidak melihat mereka bertengkar. Dan Indah menikmatinya karena menjadi hiburan tersendiri baginya.

"Nah, setuju banget sama, Oma. Coba tante jangan kayak Cruella de Vil terus, sekali-kali jadi kayak si Cinderella yang anggun gitu." Sofa berwarna hitam itu menjadi sasaran tangan Jeslyn sedangkan tangan satunya memegangi perutnya yang sakit akibat terlalu kencang tertawa.

Disamakan dengan karakter villain dari film adaptasi Disney yang berjudul 101 Dalmatians, tentu saja Windy tidak terima dan hendak menjitak kepala Jeslyn tapi keponakannya pintar menghindar. "Please, deh ... titisannya kurcaci diem aja nggak usah ikutan-ikutan.

"Gini-gini juga ada yang suka, wlee ...." ledek Jeslyn menjulurkan lidahnya sambil sengaja menjulingkan kedua bola matanya.

Windy menggeleng heran sebelum terkekeh geli melihat tingkah absurd keponakannya. Kadangkala keponakannya itu sering menjadi penyebab kepalanya cenat-cenut tapi terkadang juga menjadi alasannya tertawa karena tingkah kocaknya. "Emang ada cowok yang mau sama cewek mager-an kayak kamu gitu?"

"Pasti ada, tapi kalo nggak ada no problem. Because queen can still shine with or without king."

Windy menempelkan telapak tangan dikening Jeslyn--memeriksa kalau-kalau keponakannya ini sedang demam atau otaknya geser. Windy agaknya belum bisa percaya kalau gadis disamping ibunya itu asli keponakannya. "Udah bangun pagi terus jadi bijak gini, abis kejedot apa kamu?"

"Kejedot tiang listrik. Oma...," panggil gadis berambut cokelat sebelum membawa tangan keriput itu kedalam genggamannya. Segaris senyum manis tercetak diwajahnya saat mengelus punggung tangan Indah--omanya. Mungkin bagi sebagian orang tangan omanya itu hanyalah tangan biasa, namun tidak bagi Jeslyn sebab tangan ringkih nan rentan itu memiliki kekuatan magic melebihi kekuatan tongkat sihir Harry Potter. Berkat tangan itu, bayi malang yang terpaksa harus dikeluarkan dari perut sang ibu disaat kandungan masih berusia delapan bulan tersebut dapat hidup dan tumbuh dengan baik sampai sekarang.

JeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang