2

11 7 0
                                    

Warna abu-abu hampir tak tersisa dilangit, namun genangan air dan aroma tanah basah masih saja tertinggal.

"Hari ini kami akan mentraktir kalian makan di restoran seberang jalan." Teriak seorang siswi yang berdiri didepan kelas, kemudian disusul sorakan gembira seisi kelas.

"Daebak! Itulah perbedaan anak orang kaya dan kita." Seorang gadis berambut pendek sebahu memandang tak percaya. "Meskipun aku tak terlalu suka dengan Lee Hyera, tapi mari manfaatkan kesempatan yang ada." Senggolnya pada gadis sebelah yang dari tadi hanya diam.

Gadis berambut hitam panjang gelombang itu melihat seorang pria muda yang berdiri di samping Hyera. Seorang pria muda dengan tubuh tinggi dan berkulit pucat. Sesekali mereka tersipu kala dengan kompak seisi kelas menggoda pasangan baru yang luar biasa serasi itu. Keduanya sama-sama berparas menawan, dan tentu saja mereka anak orang kaya.

Pria muda didepan sana mengetahui ada sebuah pandangan yang sangat mengganggunya. Pandangan mata kekecewaan dari seorang gadis yang berstatus sebagai sahabatnya. Jahat memang, dia mendapatkan pengakuan cinta mendadak dari sahabat kecilnya beberapa hari yang lalu. Dan kabar hubungannya dengan Hyera adalah jawaban dari pengakuan cinta itu.

Bukan berarti gadis yang duduk dengan tatapan dingin itu tidak menarik untuknya, bukan sama sekali. Dia pernah menyukainya saat dibangku kelas enam. Hanya sekedar menyukai, hanya perasaan yang terpendam kemudian terlupakan.

Gadis itu memutuskan untuk mengakhiri kontak mata dengannya, memilih untuk membereskan peralatan tulis yang berceceran diatas meja, memasukkannya kedalam tas birunya.

"Kau ikut kan?." Yoona, gadis berambut pendek itu kembali memastikan. Beberapa hari belakangan sahabatnya memang terlihat menakutkan. Hawa dingin dan aura kegelapan seolah keluar dari pori-porinya. "Kau sedang bertengkar dengan Kim Taehyung?." Tebaknya tepat sasaran. "Oh, dia datang."

Indera pembau gadis itu menemukan aroma yang sangat dia kenal, aroma segar citrus yang selalu menguar dari tubuh Kim Taehyung, sahabat kecilnya. "Kau harus ikut." Yoona melihat hawa mencekam diantara keduanya. Bukan untuk pertama kalinya melihat mereka bertengkar, namun kali ini terlihat berbeda. "Kau akan terlihat seperti seorang gadis yang ditolak dengan tingkahmu seperti ini."

Sial memang kau Kim Taehyung! Batin gadis itu berteriak. Aktifitasnya seketika berhenti. Kepalanya mendongak jengah, ingin sekali melihat ekspresi congkak sahabatnya. Mungkin sekarang Kim Tahyung merasakan bagaimana menjadi pihak yang pantas menyakiti. Atau berbangga diri karena mampu menolak pengakuan cintanya.

Gadis bermata hitam dalam itu menarik senyumnya. "Memangnya bagaimana aku terlihat?."

Yoona yang duduk disampingnya akhirnya berdiri, tidak baik melihat pertengkaran antara dua sahabat itu. Kim Taehyung memutar matanya jengah, tangannya terlipat didepan dada. Seisi kelas melihat mereka berdua seperti sepasang kekasih yang hampir saja berpisah.

"Yak Shin Nara. Kau kira." Kim Taehyung menarik nafasnya. Tidak baik mengolok seorang gadis yang baru patah hati, terlebih lagi Nara. Seisi kelas tahu bagaimana perubahan sikap Nara beberapa hari ini. Dari Nara yang selalu berisik dan pembuat ulah, tiba-tiba bersikap dingin dan menjadi diam. "Pokoknya kau harus ikut. Mungkin ini terakhir kalinya aku mau mengeluarkan uang untukmu." Kata Taehyung lemah. Dia melihat sepasang mata itu sedikit terkejut, hingga hampir berkaca-kaca. Sampai akhirnya pandangan mata gadis itu teralih. Menyibukkan diri untuk kembali memberesi peralatan sekolahnya.

Gadis itu mencoba menahan tangisnya ditengah rasa menjijikkan untuk sikapnya sendiri. Ditambah lagi seluruh pandangan anak-anak lain untuknya. Mungkin kini memang dia terlihat seperti seorang gadis yang baru saja dicampakkan.

AnotherWhere stories live. Discover now