Chapter I

10.1K 530 41
                                    

Ying Hua membuka matanya dengan perlahan, ia mengeryit kan dahinya karena merasa kepalanya seperti dihantam berkali-kali terasa sakit yang Ying Hua rasakan. Saat kelopak matanya terbuka sempurna, teriakan seseorang yang berat masuk kedalam gendang telinga Ying Hua, ia menoleh kesamping melihat seorang wanita paruh baya dengan ciri ciri wajah memiliki wajah yang tak muda lagi, matanya tak sengaja melihat nakas bercorak yang aneh menurut Ying Hua.

Karena merasakan panas di punggungnya Ying Hua bangun dengan bahu disenderkan di kepala peraduan, ia terkejut dengan penampilan nya yang memakai kain yang berbeda seingatnya ia saat dipukul oleh ibu tirinya ia masih menggunakan baju bermerk Gucci, kenapa ia sekarang menggunakan pakaian yang tidak berkelas? Eh--?

Karena merasa dadanya sesak Ying Hua terbatuk-batuk hingga mengagetkan wanita paruh baya yang berada di sampingnya.

"Non-na sudah bangun? Apakah ada yang sakit? Dimana letaknya? biar nubi yang mengoba--" cerocos seorang wanita paruh baya.

(Nubi a.k.a seorang pelayan memanggil dirinya aku)

"Diamlah!! Kepalaku sakit mendengar suaramu!!" bentak Ying Hua memasang wajah masamnya.

"Ma-maaf kan hamba nona, hamba pantas mati," mengetuk-ngetuk kan kepalanya keatas lantai dingin itu dengan badan bergetar.

Menghela nafas kasar Ying Hua tidak menjawab ucapan perempuan di depannya, ia memilih beranjak dari peraduan kearah cermin untuk memastikan bagaimana dengan wajahnya, ia terkejut bahkan sampai berteriak keras namun ia tahan.

Di bayangannya kini terdapat seorang gadis yang sangat cantik dengan kulit putih juga halus seperti batu giok, bibir merah seperti buah ceri, rambut panjang berwarna hitam pekat, dengan di tambah mata berwarna coklat gelap dan juga tak lupa semburat merah alami di pipinya . Ia berfikir jika ia bertransmigrasi ke dunia lain? Atau?

"Tahun berapa sekarang?" tanya Ying Hua tanpa mengalihkan pandangannya kearah cermin rias didepannya.

Dengan cepat perempuan yang tidak Ying Hua ketahui namanya itu menjawab, "Tahun 1789 M nona."

"Benarkah?" beo Ying Hua tidak percaya dengan kenyataan yang sekarang sedang menamparnya.

"Benar nona," jawab perempuan lebih tua dari Ying Hua yakin.

"Emm, siapa namaku?" tanya Ying Hua penasaran karena ia menebak jika ia dan raga ini memiliki nama yang berbeda.

Mendengar penuturan sang nona perempuan itu menangis dengan sesenggukan mengira jika sang nona tidak mengetahui namanya sendiri, melihat gadis yang masih duduk di lantai menangis Ying Hua pun mengangkat satu alisnya, bingung?

"Kenapa kau menangis?" tanya Ying Hua sembari berbalik arah.

"No--nona tak mengingatnya?" tanya gadis itu dengan mengusap air matanya.

Ying Hua dengan jujur menggeleng, dan reaksi yang terjadi adalah gadis itu berlari seperti orang yang sedang di kejar setan, dan tak lama kemudian gadis itu datang dengan membawa wanita tua, Ying Hua yang melihat itu hanya semakin mengernyitkan dahinya.

Belum sempat menolak untuk diperiksa, tabib itu sudah selesai memeriksa tubuhnya.

"Nona Ying Hua mengalami hilang ingatan sementara mungkin untuk beberapa waktu kedepan saja," jelas tabib yang membuat Ying Hua bingung karena kenapa tabib itu tau namanya, bukankah ia belum sempat berkenalan.

Sang tabib pun berpamitan untuk kembali mengembara, dan di angguki oleh gadis itu.

"Siapa namaku? dan jelaskan siapa aku!" tanya Ying Hua mengulang perkataan nya kembali.

"Na-nama nona Shui Ying Hua--" seketika kata-kata itu membuat kepala Ying Hua sakit, ia memejamkan matanya menahan sakit yang mendera di kepalanya, sekelebat bayangan berputar di dalam pikiran Ying Hua seperti kaset rusak, Ying Hua menghela nafas berat perlahan-lahan sakit di kepalanya memudar.

Raga yang Ying Hua tempati adalah milik seorang putri Kerajaan, yaitu Shui Ying Hua memiliki nama yang sama dengan Feng Ying Hua, Shui Ying Hua adalah seorang Putri Kerajaan Shui Jing, Kerajaan yang dipimpin oleh Kaisar Shui Zhe Lang, Kaisar memiliki 4 orang selir namun kursi Permaisuri masih kosong di karenakan saat Mendiang Permaisuri melahirkan Ying Hua. Mendiang Permaisuri mengalami pendarahan sehingga membuat tabib memperkirakan jika 50% Permaisuri akan selamat, namun takdir berkata lain Permaisuri Yang Su Riu meninggal setelah melahirkan Ying Hua, Hari itu adalah hari yang memiliki makna berganda yaitu kebahagia dan kesedihan.

Kerajaan Shui memiliki 11 keturunan, 6 Pangeran dan 5 puteri, yang salah satunya adalah Ying Hua, setelah 2 hari Ying Hua dilahirkan ia diasingkan oleh Kaisar yang merupakan ayahnya sendiri.

Kaisar bahkan tidak mau menjenguk Ying Hua selama 2 tahun di paviliumnya, Bunga Krisan, kelahiran Ying Hua tidak di ketahui oleh seluruh rakyat Shui Jing mereka hanya mengetahui jika Kerajaan Shui Jing memiliki 10 orang pangeran dan putri, Ying Hua dirawat oleh dayang pribadi milik Mendiang Permaisuri Yang Su Riu dahulu.

Setelah genap 2 tahun usia Shui Ying Hua, Kaisar mengasingkan Ying Hua ke desa dekat perbatasan Kerajaan Ji Heng Sebelah Utara Kerajaan Shui Jing, desa Bus Xin desa yang jauh dari hiruk pikuk jantung Kerajaan Shui Jing rata-rata yang tinggal di desa Bus Xin adalah orang asli, mereka semua hidup makmur dengan kekayaan alam yang melimpah ruah.

Jarang sekali desa Bus Xin mengalami kekeringan dan banjir hal itu banyak orang-orang yang memilih untuk tinggal di desa Bus Xin, namun ketua desa Bus Xin menolak kedatangan para migrasi itu untuk tinggal di desa mereka, hal itu sempat memicu timbulnya masalah namun hal itu sudah diselesaikan dengan baik-baik.

Di desa Bus Xin Ying Hua tinggal bersama dayang pribadi mendiang Permaisuri ibu dari Ying Hua, Dayang itu bernama Bao Shi di desa Dayang Bao Shi menjadi penjual sayur untuk menutupi identitas Ying Hua.

Ying Hua memiliki sifat ceria dan humoris banyak para gadis seumuran Ying Hua yang menyukai sifatnya, di desa BusXin banyak anak-anak kecil dan remaja mereka biasanya menghabiskan waktu dengan membantu orangtuanya bekerja terutama Ying Hua yang membantu Dayang Bao Shi menjual sayuran.

Tersentak dari lamunan panjangnya, ia menoleh melihat dayang yang ia yakini adalah Dayang Bao Shi.

"Siapa kau?" tanya Ying Hua sekedar memastikan nama orang yang berada di depannya.

"Nama hamba dayang Bao Shi yang mulia," jawab dayang Bao Shi.

"Lalu biasanya aku memanggilmu siapa?" tanya Ying Hua.

"Biasanya nona memanggil hamba bibi," jawab

"Bibi," ucap Ying Hua yang diangguki oleh dayang Bao Shi.

Kemudian dayang Bao Shi pun menceritakan tentang siapa dayang Bao Shi.

Dayang Bao Shi merupakan seorang anak dari tabib di Desa Mao Luo, perbatasan Kerajaan Shui Jing dengan Kerajaan Tao Shi, mereka mengalami kekurangan biaya sehingga dayang Bao Shi yang saat itu berumur 15 tahun bekerja di Kediaman milik keluarga mendiang Permaisuri Yang Su Riu. Ia mengabdi menjadi pelayan pribadi mendiang Permaisuri Yang Su Riu saat masih muda sebelum menikah dengan Kaisar Shui Zhe Lang, saat mendiang Permaisuri menikah dengan Kaisar Shui Zhe Lang dayang Bao Shi di ambil oleh mendiang Permaisuri untuk menjadi pelayan pribadi nya kembali, dayang Bao Shi merasa senang sekaligus haru.

Bahkan saat mendiang Permaisuri melahirkan ia berdoa meminta agar Permaisuri melahirkan dengan selamat, namun saat ia akan kembali ke pavilium Bunga Magnolia milik permaisuri, ia terjatuh saat kenyataan menamparnya keras melihat wajah pucat namun tetap memancarkan aura cantik milik permaisuri, merangkak menuju peraduan sang wanita nomor satu di negeri Shui Jing yang sedang tidur ia memegang tangan mendiang Permaisuri diiringi dengan isakan keras, ia gagal menjalankan tugas nya, saat itulah ia diutus Kaisar untuk merawat putri bungsunya yang tidak pernah dianggap ada.

***

Tbc.

Princess Shui [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang