Prologue

14.7K 586 27
                                    

[Prolog]

"Hei tunggu aku Ying!" teriak seorang wanita yang tengah berlarian di koridor.

Yang dipanggil namanya pun membalikkan badannya melihat sahabatnya berlarian seperti orang yang dikejar setan, memutar bola malas saat sahabatnya berada di depannya dengan menetralkan napasnya yang memburu, memukul pelan bahu Ying Hua dengan kesal.

"Hei!" teriak Ying Hua saat bahunya dipukul oleh sahabat kecilnya lebih tepatnya sepupunya, Leng Yu Ra seorang gadis blesteran China-Korea.

Tertawa dengan keras karena melihat wajah kesal Ying Hua, dia sangat senang menggoda adik sepupu nya itu.

Berjalan meninggalkan keberadaan Yura yang tertawa di tempat, melihat Ying Hua berjalan meninggalkan nya Yura mengejar dengan senyuman gelinya.

"Kau marah? Hei begitu saja kok marah huh!" cetus Yura dengan meniup poninya yang papak.

"Hei! Aku tidak marah ya kau tau itu!!" judes Ying Hua melipat tangan memandang Yura dengan kesal.

"Sudah lah lupakan!"

"Oke-oke, apa kau tidak membeli album keluaran terbaru nya BTS?" tanya Yura berjalan sejajar dengan Ying Hua.

"Tentunya sudah dong!!!" berteriak sambil menyenggol lengan Yura tak lupa senyuman mengejek.

"Yak! Hentikan senyuman menjijikkanmu itu!"

Ying Hua menjulurkan lidahnya kepada Yura, membuat Yura semakin kesal. Saat tangan Yura akan melayang ke dahinya ia mengelak masuk kedalam kelas jurusannya, Yura yang di tinggalkan hanya menggembungkan pipinya dan menghentakkan kakinya di atas lantai marmer asli itu.

•••

Melangkah masuk kedalam rumah yang mewah lebih tepatnya Mansion milik keluarga Feng yang mewah dengan kesan glamor di seluruh ruangan, Ying Hua menghela napas lega karena suasana di mansion sepi menandakan tidak ada nenek lampir itu, nenek lampir adalah panggilan untuk ibu tirinya yang kejam itu.

Dengan tidak sengaja Ying Hua menyenggol Vas bunga saat akan menduduki sofa yang lembut, dengan panik Ying Hua membersihkan pecahan kaca namun saat akan mengambil ia dikejutkan oleh dentingan sepatu menapak lantai, mendongak melihat wajah ibu tirinya yang menahan amarah.

"Ma-maaf Akhhhh!!" belum sempat meminta maaf rambut hitam legam milik Ying Hua ditarik cukup keras oleh ibu tirinya, mengikuti arah jalan ibu tirinya yang sedang menahan amarah di ubun-ubun.

'brukk'

Bunyi tubuh Ying Hua yang bergesekan dengan dinding bercat putih, dengan gemetar Ying Hua melihat ibu tirinya membawa balok kayu, Ying Hua pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh ibu tirinya, ia tidak punya kekuatan lagi karena tangan dan kakinya diborgol dengan rantai oleh nenek lampir sialan itu!

Setelah itu bunyi benda keras menyentuh kulit terdengar sangat mengerikan, teriakan Ying Hua terdengar keras air matanya sudah tumpah meruah tidak dapat terbendung lagi, rasa sakit menjalar dari ubun-ubun samping telapak kaki. Dia memejamkan matanya menikmati akhir hidupnya ini, di bayangkan nya wajah sang ibu kandung nya yang membuat ia rindu dengan belaian wanita yang melahirkan nya, sebentar lagi ia akan bertemu dengan ibunya.

Dengan napas tersengal-sengal Ying Hua tersenyum kepada sang ibu tirinya yang sedang mematung melihatnya sedang sekarat.

Rong Li melihat anak tirinya yang sekarat mematung dengan tubuh bergetar hebat, bunyi bedebum balok kayu yang berlumuran darah jatuh di atas tanah, ia menutup mulutnya dengan erat apa yang ia lakukan terhadap anak tirinya? Ia telah berdosa, berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan sang anak tirinya yang terlentang dengan darah mengucur di setiap luka yang terbuka, tidak sengaja air matanya mengalir dari kelopak miliknya ia tertegun, hatinya tercubit melihat sang anak yang tidak ia lahir kan dari rahimnya tengah sekarat di depannya.

"Yak! Ying Hua-er bangun!!" bentak Rong Li dengan keras seraya mengguncang kan badan Ying Hua yang terkapar tidak berdaya diatas tanah, menangis sesenggukan karena merasa bersalah.

Dengan senyuman lemahnya Ying Hua membelai wajah cantik milik ibu tirinya, ia membisikkan kata-kata yang membuat hati Rong Li seketika hancur, "tidak usah merasa bersalah Bu, inilah akhir dari kehidupanku," menjeda kalimat nya karena merasa sesak di dada.

"Aku akan menemui ibu kandung ku, aku akan tenang di sana kau tidak usah merasa bersalah, jika di kehidupan selanjutnya semoga kita bertemu kembali, aku menyayangimu Bu," bisik Ying Hua kepada sang ibu tirinya.

Di akhir kalimat kata-kata nya terasa halus, tangan yang membelai wajahnya seketika terjatuh dengan kata-kata yang begitu menyesakkan didadanya, Rong Li menjerit dan menangis sejadi-jadinya dengan mengguncangkan badan sang anak yang telah menghancurkan hatinya.

Jika di kehidupan selanjutnya semoga kita bertemu kembali!

Jika di kehidupan selanjutnya semoga kita bertemu kembali!

Aku menyayangimu Bu!

Aku menyayangimu Bu!

Kata-kata itu terngiang-ngiang ditendang telinga Rong Li seperti kaset yang rusak.

"Semoga Hua'er," bisik Rong Li dengan suara parau sambil mendekap tubuh sang anak yang sudah tak bernyawa itu dengan erat.

***

[11/9/2019]

Princess Shui [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang