1/2

19.3K 1.4K 424
                                    

🦄

"Sialan. Enyah saja kau pendek!"

"Hey! Harusnya kau yang enyah, tempatmu bukan di planet ini! Dan aku tidak pendek dumbass!"

"Ya, kau pendek! Dasar tidak tahu diri!"

Meski hari-harinya dipenuhi oleh sumpah serapah, makian, dan teriakan dari pemuda yang sialnya sahabatnya sendiri, Lee Haechan masih belum terbiasa. Oh atau mungkin ia tak akan pernah terbiasa. Ia mendengus kasar melihat pertengkaran sahabatnya dengan pemuda bertubuh tinggi. Oh kenapa dia harus hidup dengan orang-orang tak punya rasa malu ini?

"Apa kalian masih belum selesai? Jika belum, silahkan selesaikan di tempat lain, karena ANTRIAN SEMAKIN PANJANG DAN KALIAN DENGAN TIDAK TAHU DIRINYA MALAH BERTENGKAR DISAAT JAM ISTIRAHAT MULAI BERAKHIR! OH YA TUHAN! APA KESALAHAN YANG TELAH KU PERBUAT DIKEHIDUPAN SEBELUMNYA HINGGA HIDUPKU DIPENUHI ORANG-ORANG ANEH SEPERTI MEREKA?!"

Tak peduli jika ia dianggap gila karena berteriak seperti kesetanan, ia hanya kesal, terlalu kesal pada dua makhluk yang sedari dulu selalu bertengkar.

"Dan aku doakan semoga kalian berjodoh suatu hari nanti. Aku bersumpah!"

Oh, itu adalah kalimat terhoror yang pernah Renjun dengar. Ia bergidik ngeri dan memandang musuhnya yang ternyata juga memandangnya jijik.

"Ew, itu tak akan terjadi Haechanie, karena, oh yang benar saja. Aku? Dengan makhluk kelebihan kalsium ini? Berjodoh? Ew."

"Dan percayalah, Huang. Karena aku pun tak sudi hidup berdampingan dengan makhluk penggila Moomin sepertimu."

"Kau pikir aku sudi Lee Jeno? Apalagi mata kelewat sipit dan suara ahjussi mesum-mu itu! Itu mengganggu penglihatan dan pendengaranku, kau tahu?"

Dan yeah, itu berlanjut hingga jam istirahat berakhir. Dengan Haechan yang mengerang kesal karena perutnya tak sempat diisi apapun.

🦄

Sebenarnya Jeno dan Renjun pun tak tahu menahu apa yang mendasari mereka hingga selalu bertengkar saat bertemu atau saat tak sengaja berpapasan. Ini hanya sebuah kesalahan saat pertemuan pertama mereka terjadi, saat Renjun tak sengaja mengatai Jeno mempunyai mata kelewat sipit dan tubuh bongsor dengan suara keras disaat minggu pertama mereka menjadi murid SHS. Renjun tak sadar mengucapkan kalimat itu dengan keras hingga berakhir dengan Jeno menyerang balik mengatainya pendek, berwajah seperti wanita, dan penggila Moomin yang menjijikan dan yeah pertengkaran itu pun hanya berhenti saat keduanya ditendang keluar oleh sang guru karena membuat gaduh kelasnya.

Berlanjut saat Jeno tak sengaja melempari kepala Renjun dengan bola basket, saat Renjun tak sengaja menumpahkan susu strawberry pada seragam Jeno, saat Jeno tak sengaja menghilangkan gantungan kunci Moomin yang baru Renjun beli, saat Renjun tak sengaja merobek kaus olahraga Jeno dan masih banyak ketidaksengajaan yang orang bodoh pun tahu itu disengaja oleh mereka.

Sebenarnya ini terlalu menjengkelkan bagi Haechan yang disetujui oleh Chenle bahwa setiap pertengkaran mereka selalu berdampak buruk baginya. Atau juga mungkin bagi kedua sahabat Jeno; Mark dan Jaemin. Pertengkaran mereka terlalu kekanakan, tak mendasar, hal yang biasa bagi orang lain akan selalu mengasyikan bagi mereka untuk diperdebatkan hingga menimbulkan pertengkaran tak berguna. Sedikit banyaknya membuat Haechan heran, kenapa sampai saat ini pertengkaran keduanya tak pernah berakhir adu tinju.

Oh atau belum.

"H-hyung hhh Renjun hyung s-sepedamu." Kedatangan Jisung adik kelas mereka yang ngos-ngosan seperti dikejar hantu membuat mereka mengernyit heran.

"Ada apa Jisungie? Kenapa dengan sepeda ku?"

Suara lembut Renjun membuat Jisung menelan ludah gugup, karena setelah ini ia yakin, suara lembut itu akan berubah menjadi teriakan penuh murka. "Sepertinya kau harus melihatnya sendiri."

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang