Pagi ini jalanan tidak terlihat begitu padat. Beberapa kendaraan terlihat begitu tenang melenggang di jalanan.
Udara yang begitu sejuk membuat, gadis cantik berkerudung biru itu betah berlama-lama di atas kendaraannya.
Sambil sesekali bersenandung riang, ia menatap jalanan dengan penuh semangat. Hingga tanpa sadar, kini di depannya sudah terlihat sebuah instansi tempatnya bekerja.
"Bu Nayya!"
Senyumnya seketika merekah, saat mendapati salah satu walimurid menyapanya dengan langkah yang terburu-buru.
"Iya Bunda?"
"Anak saya hari ini semangat sekali datang ke sekolah. Katanya dia mau bertemu sama Bu Nayya yang cantik," Seketika Nayya tertawa mendengar penuturan tersebut.
Dan laporan seperti ini sudah sering di dapatkan oleh Nayya, hampir setiap harinya. Tanpa sadar hati Nayya menghangat jika mengingat hal tersebut.
"Masya Allah, Fadli ada-ada saja"
"Bu Nayya memang cantik, kalem. Sabar banget orangnya, wajar kalo anak-anak banyak yang suka sama ibu"
"Aamiin, saya sendiri juga tidak bisa marah sama anak-anak Bunda. Mereka terlalu lucu untuk di marahi"
"Dan ini menjadi PR untuk saya agar bisa lebih sabar lagi menghadapi anak"
Nayya tersenyum hangat, "Saya juga masih perlu belajar lagi Bunda, sama saja"
"Hehe iya Bu. Kalo gitu mari, saya pamit dulu. Saya harus ke pasar. Si Fadli minta di masakan capjay hari ini"
"Iya, silahkan Bunda"
Setelah percakapan berakhir. Nayya pun segera bergegas menuju Sekolah TK, yang terletak di bagian paling ujung gedung. Beberapa siswa terlihat menyapanya, dan Nayya dengan senyum ramahnya membalas satu persatu sapaan tersebut.
"Bu Nayya!"
Pekikan itu membuat Nayya tersenyum geli. Di hadapannya kini ada Fadli yang berlari ke arahnya sambil merentangkan kedua tangannya. Tentu saja, dengan senang hati Nayya membuka lebar kedua tangannya.
Membalas pelukan Fadli.
"Bu Nayya, hari ini kita belajar apa?"
"Fadli maunya kita belajar apa hari ini?"
Dengan dahi yang berkerut, Fadli menatap Nayya bingung.
"Enaknya kita belajar apa yah Bu? Fadli jadi bingung"
Nayya tertawa kecil, "Udah, sekarang Fadli main dulu. Nanti ketika sudah di kelas, pasti di beri tau sama bu guru. Kita akan belajar apa"
Fadli tersenyum, dan menganggukkan kepalanya antusias.
"Fadli main dulu ya Bu Nayya"
Nayya tersenyum, sambil mengangguk mengiyakan.
Bekerja menjadi guru TK, di usia 21thn bukanlah mimpinya. Dulu salah satu goalsnya adalah menjadi perawat, dan bekerja di sebuah Rumah Sakit membantu para dokter.
Namun ternyata, Allah memiliki rencana yang lebih baik untuknya. Menjadi guru, adalah pekerjaan yang begitu menyenangkan baginya sekarang.
Selain bernilai pahala, bekerja sebagai guru juga membuatnya bertemu dengan anak-anak yang lucu serta menggemaskan setiap harinya.
Bekerja di Sekolah "Insani Islam" juga seperti hadiah terindah yang ia terima setelah 3 bulan di nyatakan lulus S1 PGPAUD.
Insani Islam adalah sebuah instansi sekolah yang meliputi berbagai jenjang di dalamnya. Salah satunya adalah, TAB, PAUD Terpadu, TK, SD, SMP, dan juga SMA. Bahkan Perguruan Tinggi pun juga tersedia.
Dengan seleksi ketat, tidak sembarang guru bisa bekerja disini. Melainkan orang-orang terpilih yang di anggap berkompetenlah yang akan di panggil untuk interview, dan menerima amanah.
Bangunan tinggi, dengan berbagai macam fasilitas di dalamnya. Telah berhasil membuat Insani Islam menjadi sekolah favorit di kota kecil ini.
Tidak ketinggalan dengan pendidikan agamanya, yang di nilai cukup bagus dan mumpuni. Membuat banyak orangtua tidak merasa ragu untuk memilih Insani Islam, sebagai tempat anak mereka menimba ilmu.
"Bu Nayya, hari ini ada siswa pindahan baru. Dari kota besar. Kali ini kita akan menghadapi murid yang super pendiam dan rewel" Nayya kembali tersadar dari lamunannya, setelah melihat Melisa, teman mengajarnya telah berdiri di sampingnya.
"Bu Melisa kata siapa?"
"Kemarin kebetulan aku belum pulang, dan nenek-nenek itu datang ingin mendaftarkan cucunya sekolah"
"Oh, gitu. Berarti sekarang kita punya PR baru untuk merubah anak itu"
"Iya. Dan yang bikin aku lebih kasian lagi, Ibunya meninggal waktu melahirkan dia"
"Innalillahiwainnailaihiraji'un, kasihan sekali dia"
"Anaknya cantik, manis, putih. Anak ibu kota banget. Aku yakin, ibunya pasti cantik, dan ayahnya juga ganteng. Karena anaknya modelannya begitu"
Nayya tertawa kecil, mendengar penjelasan Melisa.
Belum sempat Nayya menjawab, bahunya tiba-tiba di sentuh oleh seseorang dari belakang. Membuat Nayya refleks memutar tubuhnya ke belakang.
"Bu Nayya, tolong nanti temani saya untuk menyambut murid baru kita. Dia saya masukkan di kelompok belajar Bu Nayya. Karena saya yakin, Bu Nayya pasti bisa mengatasi anak semacam ini"
"Insya Allah Bu Marisa, semoga saya bisa"
***
Terimakasih telah membaca :)
Jangan lupa vote, untul mengetahui kelanjutannya :))

KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu Yang Salah
SpiritualIni hanya tentang waktu. Segala luka dan bahagia akan terjadi. Sekali lagi ini hanya tentang waktu. Akankah aku bisa bersabar. Atau justru aku yang di makan oleh waktu. Waktu yang salah. Karena telah mempertemukanku dengannya di waktu yang salah. -A...