Here u are, being a spy....
•Vendetta•
"Kenapa sih...."
"Kenapa sih orang itu ada di sini..."
"Risih... risih banget...."
"Ngeliatin mulu."
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Jimin hanya bisa menatap langit-langit kamar, sembari mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Di mana ia ditinggal sang eomma, dan seseorang tak dikenal yang duduk di depannya, tepat di depannya.
Sungguh, ia seperti diuji nyalinya saat itu. Di mana sang penguji menatapnya penuh dengan sejuta keanehan, dan ia tak bisa melakukan apapun. Dirinya merasa sangat lemah, dan ia merasa bahwa ia mengingkari janji sang appa (ayah) yang sangat ia banggakan.
"Appa, maafkan Jimin. Jimin sudah mengingkari janjimu, tapi Jimin berjanji akan melakukan apapun sebaik mungkin," lirih Jimin sembari menatap kembali langit-langit kamar dengan mata yang berkaca-kaca.
Tok tok
Jimin menoleh ke arah pintu, lalu sedikit berteriak,
"Buka saja eomma, tidak terkunci."
Jimin menutupi tubuhnya dengan selimut, menyisakan sepasang mata yang imut dan rambutnya yang lembut.
Tak lama kemudian, ia mengintipi mamanya yang membawa sesuatu. Mama Jimin duduk di pinggir kasur sembari mengelus pucuk kepala Jimin dengan lembut.
"Sayang, buka selimutmu. Eomma membawa sesuatu untukmu," katanya lembut.
Jimin hanya bisa menurut, lalu menyibakkan selimutnya. Ia melihat senyuman mamanya, lantas ikut duduk di pinggir kasur.
"Kenapa eomma? Kenapa dia harus ada di kehidupanku? Biarkan aku hidup bebas, seperti yang lain," ucap Jimin pelan sebelum mamanya hendak berbicara sembari memegang punggung tangan mamanya.
"Maafkan eomma, Jimin. Eomma hanya bisa menuruti permintaan nenekmu. Kau tahu bukan, orang tua kadang tak bisa mengalah," mama Jimin hanya menjawab perkataan Jimin seadanya.
Sungguh, kehidupan mereka mungkin yang paling malang diantara kehidupan keluarga yang lain. Seorang pencari nafkah di keluarga, kini sudah tenang di langit. Mau tak mau, mama Jimin-lah yang bertugas sebagai pencari nafkah sekarang.
Tak mau, mama Jimin tak mau menyusahkan salah seorang di keluarga besar mereka. Bahkan, sudah banyak dari keluarga besar mereka yang ingin membantu, namun selalu ditolak mentah-mentah olehnya.
"Tapi ma, apa eomma tahu sifatnya dengan baik? Mungkin saja dia psikopat, dilihat dari muka dinginnya. Aku takut eomma, takut jika dia akan mengambil alih keluarga ini," ucap Jimin yang kini memeluk lengan kanan mamanya.
"Tenanglah Jimin kecilku. Mendiang appa sudah bersahabat baik dengan ayah Yoongi. Dan Yoongi, dia satu-satunya mata-mata rahasia terbaik dan termuda di Seoul. Ia bahkan sudah lulus kuliah dan punya anak perusahaan di bawah naungan sang ayahnya," kata mama Jimin panjang lebar.
"Mata-mata? Jadi pekerjaan dia seperti itu? Bukankah itu rasis di negara kita?" tanya Jimin sambil mendongakkan kepalanya, menatap sang mama lekat-lekat. Sementara itu, mama Jimin hanya tertawa melihat kelakuan anak semata wayangnya itu.
"Kau terlihat sangat khawatir. Mau eomma ceritakan bagaimana appa-mu meninggal?" tawarnya sembari mengelus kembali pucuk kepala Jimin.
Ingin, Jimin sangat ingin mendengar cerita bagaimana sang appa meninggal dua tahun yang lalu. Di mana semua orang dalam keluarganya menutupi rahasia penyebab kematian sang appa tercinta.
"Semua berawal dari ketidaksengajaan appa-mu yang bertemu dengan sekelompok manusia yang tidak punya hati."
▪︎to be continue▪︎
Yeyy double upp....
Jangan males buat nge vote ya...
Hope u like it!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Vendetta [Yoonmin]
Fanfiction"Mesti gitu eomma?" tanya seorang anak laki-laki remaja ketika ia berhadapan dengan mamanya dan seorang lelaki yang kelihatannya tak berbeda jauh umurnya. Sang lelaki di hadapannya, menatapnya dingin, sedingin es Kutub Utara. Ia takut, takut dibuat...