▪︎Chapter V▪︎

23 2 0
                                    

"Mau jalan-jalan sembari menunggu mamamu pulang?"

.
.
.
.
.
.

•Vendetta•

.
.
.
.
.
.

"Umm, Jimin?"

"E, eoh? Apa? Aku ga fokus tadi."

"Huh... aku tanya, apakah kau mau jalan-jalan bersamaku?" tanya Yoongi sekali lagi sembari menatap Jimin lekat-lekat.

........

Hening menyelimuti mereka berdua.

"Eits, jangan dekat-dekat denganku! Mukaku yang tampan bisa saja tertular virus darimu," cegah Jimin ketika wajah Yoongi mulai mendekat kepadanya.

"Eoh, sarkas sekali. Kalau begitu harusnya aku tak menerima ajakan Nyonya Park untuk bekerjasama dengannya, jika kutahu anaknya tidak sopan kepadaku," ucap Yoongi sembari menjauhkan wajahnya dari hadapan Jimin, lalu bangkit dan berjalan ke arah dapur.

"Astaga, kau marah? Aku hanya bercanda..." ucap Jimin sambil menoleh ke arah Yoongi.


Kringg!


Hanya suara, tak ada wujudnya. Dan Jimin sedang sibuk mencari asal suara tersebut. Mana mungkin ada hantu di pagi hari, bukan?

"Cari apa?" tanya Yoongi singkat. Di tangannya, ada secangkir air putih yang baru saja diambil dari dapur.

"Kau tak dengar? Ada suara telepon masuk! Aku sedang mencari asal suaranya," ucap Jimin kesal ketika melihat Yoongi yang bertanya dengan muka datarnya.

"Dia benar-benar manusia yang tidak punya perasaaan sama sekali," ucap Jimin dalam hati.



"Oh, suara telepon.... dari mana?"




Terkutuk kau Min Yoongi
-Jimin

Yoongi hanya melihat muka kesal Jimin tanpa terlihat ada rasa bersalah sama sekali di wajahnya. Dan itu sukses membuat Jimin naik pitam sekali lagi. Kini, Jimin mengambil selembar majalah yang ada di meja depan televisi, dan menggulungnya.

"Kau mau memukulku? Silahkan, selagi aku masih berdiri di sini. Jangan sia-siakan kesempatanmu untuk memukul orang yang baru saja kenal denganmu kemarin," ucap Yoongi santai.

Jimin hanya berdiri mematung, takjub akan omongan Yoongi. Sebuah keajaiban muncul di depan dirinya, pikir Jimin. Perlahan, ia mendekati Yoongi dan melihatnya detail.

"Kau peramal masa depan?" tanya Jimin sembari mengacungkan gulungan majalah di tangannya. Reflek, Yoongi berusaha menjauh dari Jimin.

"Peramal? Apa kau gila? Manusia mana yang berpikiran seperti itu?" ucap Yoongi yang seakan menertawakan kebodohan Jimin.

Jimin yang merasa diremehkan merengutkan wajah. Hal itu tak dianggap menyeramkan oleh Yoongi, justru kebalikannya ia malah tersenyum samar melihatnya.

Lucu sekali, pikir Yoongi.
.
.
.
.
.
.

Keheningan menyerang mereka, hingga...



Tok-tok!!




"Sebentar!!" teriak Jimin yang kemudian tersadar dari lamunannya, dan segera menuju pintu depan. Yoongi terlihat sedikit terkejut dengan teriakan Jimin, lantas menutup telinga dengan kedua tangannya.

"Ya! Bisakah untuk tidak teriak di dekat telingaku?! Bisa-bisa aku tuli jika terus-terusan mendengar teriakanmu di rumah ini," rutuk Yoongi sebal sembari menatap kemana Jimin pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Vendetta [Yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang