(1)

775 64 3
                                    

Park Jimin menatap benda berbentuk persegi panjang yang sedaritadi digenggam di tangan kirinya dengan tatapan serius. Sementara jari telunjuk kanannya yang menempel di layar benda tersebut terlihat sibuk bergerak ke bawah, bahkan sesekali ke atas. Kedua alis matanya yang berwarna hitam rapi, bagaikan terajut satu sama lain saat ia dengan seksama membaca kolom komentar dari rekaman siaran radio yang dipublikasikan sejak siang tadi.

Jujur, video itu beserta berita-berita setelahnya, sudah mengganggunya sejak awal dirilis ke seluruh media. Namun karena kesibukan bersama teman-teman segrupnya untuk persiapan kelanjutan tur dunia yang akan berlangsung empat hari lagi, Jimin jadi mampu mengesampingkannya.

Dan di malam yang terasa begitu panjang tersebut, akhirnya ia berkesempatan untuk menyimaknya dengan seksama tanpa terlewatkan satu detikpun.

"Serius? SuJi?" suara tenor miliknya berkumandang di ruangan yang berukuran kurang dari sepuluh meter persegi itu. Jimin memutuskan untuk berbicara saat iris matanya menangkap sesosok bayangan gadis bertubuh mungil yang muncul dari balik pintu kamar.

Gadis yang masih berpakaian sama dengan yang dilihat Jimin di video yang tengah ia tonton itu pun langsung membalikkan badan.

Ia bisa menangkap nada sinis dari perkataan Jimin barusan. Ditatapnya pemuda yang sudah duduk di sofa hitam miliknya. Park Jimin pun sedang melihatnya dengan penuh selidik.

Bukannya menjawab pertanyaan, gadis itu malah melengkungkan senyuman hingga matanya membentuk bulan sabit.

Amarah yang sebelumnya terbelenggu di dalam hati Jimin tiba-tiba memuai setelah ia melihatnya. Senyuman khas sekaligus populer yang dimiliki sang gadis.

Namun seorang Park Jimin tidak mudah bertekuk lutut semudah itu. Dengan gesit, ia kembali memasang wajah serius saat mendapati sang gadis berjalan mendekat ke arahnya. Ia pun mengambil kesempatan untuk memandangi sosoknya.

Gadis itu tidak memiliki bentuk tubuh kurus bagaikan lidi. Celana jeans ketat yang dipakai tampak begitu pas untuknya dan memamerkan kelebihan yang ia miliki pada bagian belakang. Oversize T-shirt yang ia kenakan pun terlihat begitu pas membungkus sosok mungilnya.

Produser film seharusnya melirik bakat akting yang Park Jimin miliki, karena ia berhasil mempertahankan wajah datar miliknya walau hati dan pikirannya sudah terbuai oleh pesona gadis yang kini telah duduk tepat disamping kirinya.

"Junmyeon Oppa sangat baik..." ujarnya tanpa menyadari kedua mata Jimin melebar sesaat setelah mendengar gadis itu menyebut nama panggilan akrab untuk lelaki yang bersamanya di dalam video. "... dan juga tampan. Kita harus mengakuinya," lanjutnya seraya membiarkan matanya menatap pemuda disampingnya.

"Kita?" Jimin menekankan suara pada kata tersebut. "Itu menurutmu saja," kedua bola matanya terputar ke atas secara bersamaan, menunjukkan ketidaksepakatan.

"Hei," sebuah tawa renyah keluar dari bibir tipis yang berwarna merah muda milik sang gadis. Jimin pun terkesiap saat merasakan benda tumpul menusuk pelan tulang rusuknya. Gadis itu memang telah menyikutnya. "Ia adalah seorang leader yang bertanggung jawab. Memiliki suara yang merdu dan tentu saja visual yang sempurna. Tidak heran kalau banyak wanita yang jatuh cinta pada pesonanya."

Mendengar pujian tanpa henti itu, Jimin tersenyum sinis. "Ya, itu benar. Dia tampan dan bertalenta. Bahkan para lelaki pun banyak yang ingin menikah dengannya."

Little Did You Know [jej x pjm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang