(6)

316 46 5
                                    

Dengan langkah cepat, Eunji berlari menjauh dari ruangan yang didominasi warna putih itu.

Dadanya terasa sesak hingga cukup membuatnya sulit bernafas, namun ia memutuskan untuk tetap berlari.

Ruangan private tempatnya berada sebelumnya tidaklah sempit, namun entah mengapa Eunji merasa begitu tidak nyaman berada disana terlalu lama.

Ia sendiri pun tidak mengerti mengapa perasaan kalut itu begitu tiba-tiba menyerang hatinya.

Namun...

Ada dua hal yang begitu jelas ia ketahui sekarang. Yaitu, tubuhnya mulai gemetar dan hatinya terasa pedih.

"Noona!" Suara tenor yang begitu familiar berdengung di gendang telinga kirinya. Awalnya Eunji mengira ia hanya berhalusinasi, namun langkahnya terhenti saat ia merasakan seseorang menggamit pergelangan tangannya.

Jantung Eunji pun berdetak lebih cepat dari debaran seperti sedia kala, saat ia membalikkan tubuhnya dan menemukan Jimin kini sudah tepat ada di belakang.

Eunji berusaha menarik tangannya, namun pemuda itu sudah mencengkramnya erat seakan tidak ingin membiarkan sang mangsa untuk lepas.

"Kenapa kau mengikutiku?" Tanyanya sembari mengangkat sebelah alis.

"Apa noona sakit?" Jimin mulai mengamati wajah gadis yang lebih tua dua tahun darinya dengan raut yang begitu tulus menunjukkan kekhawatiran.

Eunji bisa menangkapnya, dengan jelas. Namun ia mengingatkan dirinya sendiri agar tidak terjatuh lebih dalam pada pesona lelaki itu kalau ia tidak mau makin terluka.

"Aku harus pergi sekarang. Kau menghalangi jalanku," ditatapnya Jimin dengan sorot mata dingin. Pemuda itu pun tampak tidak menyangka kalau jawaban tersebut yang akan ia terima, hingga pegangan tangannya terlepas dari tangan sang gadis.

Tidak ada kalimat keluar dari bibir tebal Jimin. Ia diam mematung namun gurat kesedihan terpancar dari kedua iris matanya yang cokelat kehitaman. Pemuda itu seakan ingin mencari kejujuran dalam diri Eunji, hingga membuat suasana canggung tercipta diantara mereka.

Keheningan tercipta di lorong sepi dan sempit yang menghubungkan restaurant mewah tersebut dengan basement.

"Kembalilah ke ruangan dan bilang pada Namjoo kalau aku harus pergi lebih dulu," Eunji memberi pengumuman seraya melirik ke jam tangan perak yang melingkar di pergelangan tangannya yang kurus.

Sayangnya, Jimin tetap tidak memberikan respon.

Kebisuan pemuda itu ia anggap bukan sebagai tanda penolakan. Tanpa menunggu lebih lama, Eunji pun berbalik sekali lagi dan hendak melangkah pergi. Ia ingin secepatnya meninggalkan tempat itu dan melepas topeng yang sedaritadi ia kenakan.

Namun lagi-lagi ia harus berhenti saat sebuah tangan kokoh membelenggu pundak kirinya.

Respon Eunji kali ini lebih cepat. Dengan segenap kekuatan yang dimiliki, ia menepis tangan Jimin dengan kasar hingga sentuhan tadi terlepas begitu saja.

"Tinggalkan aku sendiri," ucapnya tanpa menoleh.

"Jika noona ada masalah dengan Sungwoon, harusnya noona--"

"Aku bilang, TINGGALKAN AKU SENDIRI!!!" sebuah jeritan tiba-tiba terlontar dari mulut Eunji. Siapapun yang mendengarnya pasti akan terasa menyakitkan telinga.

Namun tidak untuk Jimin.

Baginya, kalimat itu tidak sampai mencederai pendengarannya. Tapi malah melukai hatinya.

Sebuah keheningan kembali menyapa mereka. Satu-satunya suara yang terdengar saat itu hanyalah hembusan nafas kasar yang keluar dari hidung Eunji.

Jimin bisa menangkap kemarahan dalam diri gadis itu. Ia tahu. Untuk itulah dengan gelisah, ia mencoba merangkai beberapa kalimat di dalam otaknya.

"Noona..." suaranya kali ini terdengar seperti bisikan. Walau begitu, gadis di depannya yang masih menolak untuk menatap dirinya, sanggup mendengar.

Sembari membentuk senyum tipis, Jimin menundukkan kepala.

"Maafkan aku..."

Eunji pun dengan hati-hati menoleh ke belakang untuk memastikan kalau pernyataan yang barusan ia dengar adalah benar adanya.

"Kau bilang apa barusan?" Memasang wajah datar seakan ia tidak tahu apa-apa, gadis itu pun menuntut penjelasan lebih jauh dari sang pemuda.

"Maafkan aku," Jimin mengulangi perkataannya, dengan lebih lantang dan jelas seraya mengangkat sedikit dagunya sehingga ia bisa menatap wajah Eunji.

Tanpa diduga, vokalis utama Apink itupun juga tengah menatapnya. Begitu dalam namun tak terbaca olehnya.

Sementara Jung Eunji di sisi lain masih dengan giat menelaah maksud dari ucapan lelaki berkulit pucat di depannya. Ia sedang mencoba mencari tanda apakah Park Jimin saat ini sedang mengerjainya dan kemudian pemuda itu akan tertawa terbahak-bahak kemudian-- seperti yang biasa ia lakukan sebelumnya.

Tapi, wajah serius yang sedari awal dipasangnya tidak berubah hingga membuat Eunji makin penasaran.

'Apa yang sedang ia rencanakan? Kenapa dia sampai harus meminta maaf?'

"Untuk apa meminta maaf?" Eunji ingin segera mendapat jawaban.

Jimin berusaha menelan gumpalan ludah ke dalam kerongkongannya sebelum memberikan jawaban. "Noona terluka karenaku..." suaranya sedikit tercekat. "Noona sangat terluka dengan keputusan bodoh yang telah kubuat untuk memaksamu datang ke pertemuan hari ini."

Eunji membuka mulutnya untuk kemudian menutupnya kembali beberapa kali. Ia ingin mengatakan sesuatu namun terlalu terkejut dengan situasi menggemaskan yang tengah ia hadapi.

"Aku kira noona benar-benar menyukai Sungwoon saat tahun lalu kau memujinya didepanku. Aku kira aku bisa membuatmu senang jika aku membantumu dekat dengannya," Jimin berhenti sesaat untuk menarik nafas sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tapi hari ini aku menemukan kenyataan kalau noona tampak tidak nyaman."

Jimin membuang muka, melihat ke arah lain selain menatap gadis didepannya.

Sementara Eunji mulai menggigit bagian dalam bibirnya seraya menunjukkan ekspresi resah. Ia tak menyangka segala sesuatu terjadi hari itu. Jimin meminta maaf dan terlihat begitu sedih di saat yang sama. Sang lelaki tidak pernah bersikap seperti itu padanya selama ia mengenalnya.

"Aku tahu aku mungkin terdengar seperti seorang sahabat yang jahat, tapi pada kenyataannya, aku merasa lega kau bersikap seperti tadi. Aku merasa senang menemukan fakta bahwa kau tidak memiliki perasaan spesial pada Sungwoon seperti yang kukira sebelumnya," tanpa diduga, pemuda itu kembali menatapnya dalam sambil mengutarakan isi hatinya.

Eunji yang terkesiap dengan pengakuan yang baru saja didengarnya, tidak sanggup untuk memproduksi suara dari mulutnya. Bukannya memberi jawaban,  bibirnya terbuka lebar seperti seekor ikan. Kebingungan masih menghantui pikirannya dan ia masih mencoba meyakinkan dirinya sendiri kalau apa yang tengah di dengarnya bisa saja sebuah lelucon atau sejenis tipuan yang biasa Jimin lakukan padanya.

Tidak mendapat balasan yang semestinya, Jimin tersenyum kecut seraya menundukkan kepala. "Aku harus kembali ke dalam... Mereka pasti mencariku," ucapannya terdengar dingin karena diliputi kekecewaan mendalam.

Saat Jimin mulai membalikkan tubuh, suara Eunji menghentikan langkahnya.

"Lalu, untuk apa kau mau menjadi seorang mak comblang sementara hatimu sakit?" Suara tegas gadis itu menggema di gendang telinga. "Kau memang idiot, Park Jimin."

Si pemilik nama pun mendongakkan kepalanya penuh dengan rasa kaget dan menemukan sepasang iris mata berwarna hitam bak kristal tengah menatapnya tajam.

Mereka saling berpandangan satu sama lain dan makin lama Jimin melihatnya, pandangan gadis itu makin melunak.

"Dan aku menjadi orang yang sangat bodoh karena telah jatuh cinta pada lelaki idiot sepertimu."

***

(2019.10.26)
A/N: Ada yang duluan ngutarain perasaan nih! Kira-kira Jimin bakal nerima dan khianatin sahabatnya sendiri? Atau malah akan nolak Eunji?

Maaf untuk keterlambatan update-nya, author lagi banyak kerjaan banget bulan ini. Semoga next chapter bisa diupdate secepatnya.

Mohon vote dan commentnya. Cerita ini sepi tanpa komen kalian. Terimakasih. Borahae 💜

Little Did You Know [jej x pjm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang