Pagi yang cerah begitulah seorang gadis tengah terbaring di kasur sambil memegang erat gulingnya. Tanpa dia sadari sedari tadi seorang pria berjas tengah memeluknya erat seperti halnya dia memeluk guling tersayangnya.
"Sayang" panggil seorang pria itu.
Gadis itu terkejut kala mendengar kata sayang di telinganya "siapa itu?" Pikirnya.
"Sayang, ayolah bangun"
Suara itu seakan menyuruhnya untuk bangun, dengan cepat gadis itu bangun walaupun sebenarnya dia masih mengantuk. Gadis itu mengucek-ngucek matanya khas orang bangun tidur.
Gadis mungil itu langsung menatap ke sekeliling kamarnya, namun dia tak menemukan yang dicarinya. Karena tak kunjung menemukan apa yang dia cari akhirnya dia kembali tidur, pria itu kesal karena sang gadisnya tak kunjung bangun juga padahal hari ini dia ingin mengajaknya untuk menonton film.
"Sayang, ayolah bangun. Atau kamu mau aku memakan mu di sini?" Godanya. Mencoba membangunkan sang kucing.
Dengan cepat pula gadis itu bangun dari tidurnya dan menatap ke arah sumber suara itu dan tidak dia sangka Limario kekasih hatinya tengah berada di sampingnya sekarang.
"Sejak kapan dia berada di sini?" Batinnya.
Rose mengusap-usap rambutnya sendiri mencoba mencerna itu semua, namun nyatanya semua itu nihil dia bisa lakukan.
"Oppa Limario, kapan kamu ada di sini?" Ya mungkin itu pertanyaan yang seharusnya tak di pertanyakan padanya karena itu pertanyaan yang konyol.
"Sejak tadi"
Tak di sangka olehnya kalau Limario sudah berada sejak dia tertidur tadi, namun semua itu baginya tak ada masalah. Tapi sekarang yang menjadi pertaanyan nya adalah bagaimana dia bisa masuk ke dalam kamar ini? Itulah yang masih dia pertanyakan seolah-olah pikirannya hanya terfokus pada itu saja.
"Lalu bagaimana kamu masuk, oppa?" Tanyanya makin penasaran pada kekasih hatinya itu.
"Aku masuk dengan cara masuk ke hatimu sayang" ungkapan itu sukses membuat gadis itu melayang ke angkasa.
Gadis itu tak bisa berkata apa-apa lagi sekarang, seakan-akan mulutnya terkunci rapat dan tak bisa di buka lagi.
Wajahnya merah seperti tomat sekarang, Limario mengusap pipi gembul gadisnya "wajahmu kenapa? Kenapa merah seperti tomat? Hmm?" Godanya.
"Aku_" saat dia ingin mengatakan sesuatu bibirnya sudah di berikan sesuatu berbahan kenyal.
"Sesuatu apa ini? Ku rasa ini bukan agar tapi ini adalah bibir" batinnya.
Limario melumat bibir manis dan merah merekah itu dengan nafsunya yang sudah tak tertahankan.
Rose gadis itu diam saja, dia bingung bagaimana cara membalas lumatan bibir yang baginya sangat menggoda.
Limario mengecup, menjilat, menghisap dan melumat habis bibir Rose.
Sementara Rose hanya terpaku diam bingung harus bagaimana caranya membalas lumatan yang nikmat ini.
Limario melepaskan ciumannya pada bibir Rose dan menatapnya intens, sementara yang di tatap itu malah salah tingkah.
"Kenapa kamu tidak membalas lumatan ku, sayang?" Limario mengelus rambut lurus Rose lembut.
Rose menundukkan kepalanya dia takut jika sudah di tanya begitu, bagaimana dia harus menjawabnya? Sementara pasti Limario sudah menunggu jawabannya.
Limario hanya terkekeh melihat gadisnya yang menunduk "kamu kenapa sayang? Lagi gak enak badan atau bagaimana?" Tanyanya penuh perhatian.
Rose menggeleng dan menatap Limario sedih "aku tidak bisa memberikan yang terbaik untukmu om, aku tak tahu bagaimana cara membalas ciuman itu karena itu yang pertama kali bagiku" tak terasa air mata mulai mengalir dari balik mata kucingnya.
Limario merasa sedih saat mendengar jawaban gadisnya, selama ini ternyata Rose belum pernah mempelajari bagaimana caranya melayani nafsu seorang pria. Dia menepuk dahinya "bagaimana aku ini? Kan aku belum pernah mengajarkannya cara untuk making love, ah kau ini Limario bagaimana sih?" Batinnya lupa.
Jelas saja Rose tak bisa dirinya selalu belajar dan belajar. Tak ada sama sekali waktu untuknya bermain di luar, lagi pula Rose tak menyukai film film dewasa dia lebih menyukai film kesehatan karena baginya kesehatan yang utama.
"Baiklah aku akan mengajarkan mu, sayang" Limario menghapus air mata yang mengalir di mata kucing itu.
"Benarkah, om?"
"Iya sayang" Limario mencengkeram dagu Rose dengan telapak tangannya.
Di dalam hatinya senang bisa berduaan dengan sang kekasih, namun di sisi lain dia tak bisa memiliki Limario seutuhnya. Limario tetaplah milik Irene sampai kapan pun juga.
"Baiklah sekarang mari kita nonton film dulu sayang, aku sudah beli kaset nya untuk kita tonton bersama" Limario menggenggam tangan Rose.
Rose tersenyum menatap Limario, pria itu membawa Rose ke ruang tamu untuk menonton film itu. Tak sabar rasanya Limario ingin bermain adegan di film itu dengan sang belahan jiwa. Rasanya dia ingin cepat-cepat.
"Sekarang aku akan putarkan, kamu perhatikan baik-baik ya gerakannya sayang" Limario mengecup kening Rose. Sementara gadis itu hanya mengangguk saja.
Film di mulai adegan yang mengisahkan tentang seorang gadis yang melakukan ml bersama sang CEO nya judulnya "making love with boss" yang di bintangi oleh pemain terkenal di korea.
Saat film itu di putar, Rose menirukan sedikit-sedikit adegan yang ada di film itu seperti mengusap vaginanya secara pelan dan lembut.
"Ahh" Rose mendesah karena kenikmatan yang dia buat sendiri. Limario menatap gadisnya dengan mesum.
"Ahh, ohh" terus dan terus dia mengusapnya sampai cairan putih keluar dari vaginanya.
"Sayang kamu hebat juga dalam mendesah" puji Limario. Pujian itu sukses membuat Rose jadi tertawa-tawa sendiri.
Sampai di sini ada yang mau nanya gak perihal cerita atau gimana? Atau ada yang mau berbagi cerita di sini dan saya akan repost kalian dm aku aja kalau ingin berbagi cerita ya😊
Jangan lupa vote & coment ya terima kasih🙏😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair With Oppa Limario | ChaeLim | ChaeLisa Sequel Affair With Daddy
FanfictionTumbuh besar tanpa kedua orang tua di sisinya pastilah sangat menyakitkan. Itulah yang dirasakan gadis berusia 16 tahun yang masih duduk di bangku kelas 11 smk jurusan mmu. Gadis itu polos, lugu dan juga cupu saat dia dipertemukan oleh pria matang y...