Chapter 6

4.9K 264 110
                                    





Setelah lelah menangisi nasib dan rasa bersalah yang sangat besar terhadap suaminya, Luhan tertidur pulas. Dan Sehun yang terjaga saat ini. Ia tersenyum mendapati wajah damai Luhan, sangat cantik. Meskipun ada jejak air mata di pipinya. Sehun mengelus wajah Luhan dan mengecup lembut bibirnya. Ia tersenyum setelah menyadari keadaannya yang sama tanpa busana dengan Luhan. Dan bagian vital yang masih menyatu.

Sehun memakai pajamas suteranya setelah melepas tautan organ intimnya dengan Luhan. Ia memilih sampanye untuk mengaliri tenggorokannya yang mongering karena sibuk mengerang dan mendesah beriringan dengan wanitanya tadi malam. Lalu Sehun menghampiri Luhan kembali yang masih terlelap dengan tubuh telanjang yang terlapisi selimut.

“Luhan..”. Ucapnya menggeram dengan mata kelamnya yang berkabut. Ia membasahi bibirnya lalu tersenyum jenaka.

“Kau luar biasa nikmat”. Lanjutnya dengan menyingkirkan beberapa helai anak rambut Luhan yang bertandang indah di wajah cantik Luhan.

“Aku tidak peduli jika Kau sudah bersuami dan memiliki putera”.

“Kau akan tetap menjadi milikku dan menjadi wanitaku”. Jari-jari panjangnya sudah menyurusi bibir, dagu dan dada Luhan.

“Aku pastikan hanya Akulah lelaki yang paling jantan menggahimu. Hanya Aku.. Kupastikan hanya Aku yang dapat memuaskan tubuhmu sayang”. Ucapnya menggeram dengan bibir yang sudah mengecup basah payudara Luhan.

“Sajangnim”. Sapanya serak. Luhan terbangun karena ulah nakal Sehun pada tubuhnya. Ia kaget melihat selimut sudah tertanggal dari tubuhnya dan Sehun sudah gagah mengangkanginya kembali.

“Panggil namaku sayang. Desahkan namaku.. S.e.h.u.n.”. Titahnya pada Luhan yang sudah Ia rentangkan dan tekan kedua lengan Luhan di kedua sisi kepalanya.

“Mari hangatkan pagi yang dingin ini dengan sesuatu yang membuat kita kembali bergelora sayang”. Bisiknya lalu memasukkan kembali kegagahannya ke dalam milik Luhan tanpa menunggu kesiapan wanita yang tengah terkejut di bawahnya.

Geletar panas yang tercipta dari penyatuan dua tubuh itu membuat Luhan memejamkan mata dengan mulut terbuka mengeluarkan erangan, desahan dan nafas yang terengah. Sehun benar-benar membuatnya melayang menjemput kepuasan klimaks hebat yang selama ini hanya Luhan dapatkan dari suaminya. Sehun mampu menggetarkan seluruh tubuhnya karena nikmat hentakan keras yang Sehun berikan pada titik pusat kenikmatannya.

Ia kembali bertarung erangan kenikmatan dengan Sehun, membagi teriakan kepuasan dengan Sehun, menyelami samudera gairah panas bersama Sehun. Luhan melengkungkan tubuhnya saat Sehun kembali membanjirinya dengan jutaan sperma yang berlomba menerobos lubangnya. Lagi.. Lagi.. dan Lagi hingga sisa energi keduanya terkuras habis dalam penyatuan gairah terlarang ini.






Kembali pada repetisi aktivitas sebelumnya. Makan, tidur, berangkat, pulang, bekerja, merawat puteranya, melayani suaminya dan menghangatkan ranjang lelaki simpanannya. Begitu terus jarum jam Luhan berotasi.

Bertambahnya bulan, hari, jam, menit hingga detik. Luhan semakin tenggelam dalam kubangan hitam hubungan terlarangnya dengan Sehun. Ia sudah mulai terbiasa dan mengenal tubuh Sehun yang seringkali memuaskannya. Rasanya nafsu lelaki yang menjadi atasan agung di tempat Ia bekerja semakin hari semakin besar. Semakin harus Ia menyediakn energinya untuk memenuhi kebutuhan hasrat lelaki simpanannya. Itu keharusan. Luhan sudah bisa berdamai dengan arogansi masalah yang paling dibencinya, yang paling Ia laknat di awal permulaan.

Kini, Ia sudah terbiasa melayani birahi  Sehun yang meledak-ledak. Dimanapun. Di kantor, di kursi kerjanya, di kursi keagungan Sehun, di kamar mandi ruangan kerja perusahaan, di kamar dalam ruangan kerja Sehun, di sofa ruangan kerja Sehun, di hotel, di villa, di apartemen pribadi Sehun, bahkan di mobil tapi tidak dengan rumah utama Sehun. Luhan harus tetap mau melayani hasrat Sehun. Karena terbiasa berhubungan badan dengan atasannya, sikapnya juga sedikit lunak terhadap Sehun. Ia tidak lagi banyak memberontak ketika Sehun menginginkannya melebur bersama dalam gairah. Luhan sudah sangat terbiasa. Bahkan rasa bersalah pada suaminya kian hari kian mengikis meskipun masih terasa eksistensinya.

Keadaannya yang harus selalu siap siaga melayani Sehun, mengharuskan Luhan menyelipkan banyak kebohongan yang Ia berikan kepada suaminya. Ia yang sudah jarang di rumah, karena Sehun memintanya untuk tinggal bersamanya di apartemen. Ia yang sering pulang terlambat saat jam pulang kantor, Sehun selalu menahannya. Sungguh.. Luhan akan bersujud di kaki suaminya dan memohon ampun untuk kebejatannya.

Drtt… Drtt..

Luhan tidak mendengar panggilan yang masuk ke ponselnya. Saat ini Ia tengah sibuk menyeimbangi lumatan kuat pada bibirnya yang dilakukan oleh atasan agung di kantornya ini, siapa lagi jika bukan yang Mulia Agung Oh Sehun. Tubuhnya mengangkangi tubuh perkasa Sehun yang berada di bawahnya. Cumbuan panas ini dipastikan akan berakhir dengan investasi tambahan sperma yang ditanamkan Sehun dalam rahim Luhan jika saja ….

Tok.. Tok..

Luhan tersentak dan melepaskan tautan bibirnya dengan Sehun. Ia segera turun dari pangkuan Sehun dan membenahi penampilannya kemudian berjalan ke arah pintu yang diketuk. Karyawan kantor ini tidak akan berani mengetuk pintu jika bukan untuk menyampaikan sesuatu yang penting.

“Sial.. Siapa yang menganggu”. Geram Sehun menutup resleting celana kainnya yang terbuka, menutup keperkasaan yang dibanggakannya.

“Tuan Park.. silahkan masuk. Sajangnim ada di dalam jika Kau ada keperluan dengannya”. Sapa Luhan setelah membuka pintu dan menampakkan wajah tampan orang kepercayaan perusahaan besar ini.

“Tidak. Bukan Aku”. Jawabnya meneliti penampilan Luhan dari atas ke bawah.

“Lalu ada yang bisa saya bantu Tuan Park?”. Tawar Luhan ramah.

“Ada. Cepat Kau temui suami dan puteramu yang ada di lobi bawah. Suamimu kerepotan menangani putera kecilmu yang menangis. Katanya Kau tidak menjawab telponnya saat kutanya tadi. Makanya Aku kemari untuk memberitahumu. Apa yang sedang Kau kerjakan sampai tidak mendengar suara panggilan di ponselmu?”. Tanya Chanyeol lantang sampai Sehun menghampir kedua insan di depan pintu ruangannya.

“Ahh.. Yee Kamsahamnida. Aku akan segera menemui mereka. Sekali lagi terima kasih Tuan Park”. Ucap Luhan membungkuk dan kaget mendapati suami dan puteranya ada di kantor ini. Ia merasa bersalah karena tidak mendengar ponselnya berbunyi karena sibuk menangani Sehun. Luhan segera berlari ke mejanya guna mengambil ponselnya, gerakan kakinya terbirit ingin segera menapaki lantai satu tempat suami dan puteranya berada.

“Mau kemana?”. Sehun mencekal tangan Luhan yang melewatinya karena terlihat terburu-buru keluar ruangan.

“Sajangnim.. Aku pamit untuk menemui suami dan puteraku di bawah”. Ucap Luhan bergegas kembali ingin melangkahkan kakinya namun tertahan karena tangannya kembali dicekal.

“Jangan bertindak tidak profesional Luhan, ini jam kerja. Kau tahu peraturan perusahaan ini kan?”. Sehun geram setelah Luhan mengatakan ingin menemui suami dan puteranya. Ada pancaran kebahagiaan di wajah Luhan saat mengatakannya, dan Sehun tidak menyukai itu. Bahkan Luhan melupakannya tadi ketika Chanyeol memberitahukan keberadaan Jongin dan Taeoh di kantor ini. Sehun seolah dianggap angin saat Luhan melewatinya. Hah..benar-benar.

“Sajangnim.. ini sudah memasuki jam istirahat. Jadi saya pamit menemui suami dan putera saya”. Ucap Luhan membungkuk lalu bergegas keluar ruangan, meninggalkan dua kaum Adam yang saling bersitatap.

“Sial”. Umpat Sehun mengayunkan tinjunya ke udara.

“Sajangnim.. Dia perempuan yang sudah bersuami dan memiliki putera”. Suara Chanyeol memecahkan keheningan yang tercipta setelah pintu ruangan tertutup.

“Lalu?”. Tantang Sehun melayangkan mata tajamnya pada Chanyeol.

“Aku hanya mengingatkan jika ..”. Belum selesai Chanyeol memberi petuah, Sehun memotongnya dengan rahasia yang Ia tutup rapat selama ini.

“Jangan campuri urusanku, jika Kau masih ingin rahasiamu dengan Baekhyun tidak tercium”. Sehun menyeringai mendapati Chanyeol yang terdiam dengan bola mata yang kaget. “Bahkan Aku sudah tidak bisa menghitung berapa kali Kau menghujam vagina wanita yang masih berstatus sebagai istriku”. Selak Sehun datar.

“Jadi jangan pernah mencoba mencampuri urusanku, jika Kau siap menanggung siksaan yang akan Aku berikan padamu dan wanita pelacur itu, yang sayangnya masih berstatus menjadi isteriku”. Chanyeol tahu Sehun tidak pernah main-main dengan ucapannya. Ia bahkan tidak berhak mengeluarkan satu kata pun saat ini karena rahasia yang Ia tutupi rapat-rapat terendus oleh Sehun, suami dari wanita yang menjadi penghangat ranjangnya, Baekhyun.












Grandest Pain (HunHan GS) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang