| ⊱Satu - MOPD⊰ |

295 120 97
                                    

3 tahun yang lalu.

"Jiheon, jangan lupa alas duduknya." Teriak seseorang dari depan garasi.

"Iya ayah, sebentar." Balasku. Aku sibuk mencari kaos kaki ku yang hilang sebelah.

Benar-benar pagi yang gaduh. Ibuku sibuk membangunkan adikku yang masih tertidur pulas.

Sedangkan kakakku masih kami pertanyakan keberadaannya.

Lagi pula, siapa yang tidak malas berangkat sekolah se pagi ini? Bahkan, matahari pun masih bersembunyi.

"Mama! Aku berangkat dulu."

Tanpa basa-basi lagi, aku langsung menghampiri ayahku yang menunggu di dalam mobil.

"Udah siap untuk hari pertamanya?"

"Siap dong. Aku kan nunggu-nunggu hari ini dari seminggu yang lalu." Jawab ku sambil terkikik.

-

Ketika semua berkumpul di lapangan, aku hanya bisa terdiam. Berpura-pura sibuk mencari sesuatu di tasku, padahal aku tau kalau aku lupa membawanya.

Sial. Kenapa alas duduk ku bisa tertinggal.

"Hey!"

Aku menengok ke sumber suara.

"Iya, kamu yang pake tas biru," Seorang pria menghampiriku.

"Kenapa gak duduk? Mana alasnya?"

Sudah kuduga, pertanyaan ini yang akan dilontarkan. Dengan gugup, aku berkata bahwa aku lupa membawanya.

Aku tak keberatan jika di hukum. Namun, mungkin rasa malu nya akan sedikit membekas.

Akhirnya aku dipindahkan ke barisan yang paling kiri. Sepertinya ini khusus untuk orang-orang ceroboh sepertiku.

Tak lama, seorang peserta didik lain berbaris di sampingku.

Aneh. Rasanya seperti mata ini tak ingin berhenti memandanginya.

Ya tuhan, dia menoleh.

"Kok bisa baris di sini?"

Sontak, aku tersadar dari lamunanku.
"E-eh, aku lupa bawa alas duduk."

"Mau pake ini?" Ia menyodorkan kertas karton berwarna biru tua yang masih terlipat.

"Nanti kamu gimana?"

"Aku gak bawa nametag. Lagian bakal tetep di hukum juga." Ia tersenyum. Membuat garis senyuman yang manis di pipinya.

Seolah-olah ter hipnotis, tangan ku langsung mengambil kertas karton itu.

"Um, makasih, ya. Nanti aku kembaliin."

Akhirnya aku diizinkan bergabung bersama yang lain di lapangan. Walaupun warna kertas karton ini bukan untuk jurusanku, aku tetap di perbolehkan duduk.

Kubuka lipatan kertas itu perlahan. Terdapat sebuah nama di sudut kanan atas. Menggemaskan sekali, pasti pemiliknya takut tertukar.








-🍁-

fyi, aku habis ubah sedikit prolognya. jadi jiheon itu nanti ceritanya udah gak sekolah. so~ jangan bingung yaa

Remember | Lee EunsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang