Chapter 2

20 4 0
                                    

Gerimis....rintik hujan mulai membasahi bumi saat dua jasad mulai di kebumikan. Beberapa menangis dalam diam, pun juga ada yang menangis tersedu-sedu.

Dira menangis,diam tak bersuara.Menggunakan kaca mata hitam untuk menutupi mata nya yang bengkak akibat menangis seharian, Walaupun orang tau hatinya pun sangat hancur.

Dia menatap sendu pemandangan di depannya.Melihat mama nya menangis histeris di samping makam kakak nya.

Nara yang dari tadi berada di sampingnya menenangkan nya dengan mengelus pundak Dira. Walaupun itu tidak membantu sama sekali, tapi Dira hanya diam saja.

Sekarang, untuk ke dua kalinya orang yang sangat berarti pergi meninggalkannya untuk selamanya. Dulu ayahnya, akibat kecelakaan mobil hingga tewas ditempat. Saat itu Dira masih kelas 1 SMP, dia sangat berharap ayah nya pulang membawakan makanan kesukaan yang selalu Dira pesan saat ayahnya akan pulang kerumah. Saat itu sedang hujan lebat. Di ruang keluarga, dia dan kakak nya menunggu sambil menonton tv, hingga akhirnya telpon rumah berbunyi, mama yang sedang berada diluar memberi tau kalau ayah kecelakaan. Seperti tersambar petir, Dira dan kakak nya langsung pergi kerumah sakit menggunakan motor, derasnya hujan tak mereka pungkiri. Bahkan, mereka berdua hampir terjatuh karna keadaan jalan yang licin. Saat di rumah sakit, Dira menangis histeris, kakaknya sama, mama nya pun juga. Sejak saat itu, selama hampir sebulan Dira gak masuk sekolah.Mama nya pun sibuk kerja untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Dira tersenyum hambar mengingat kejadian itu. Air matanya tambah deras.Tapi dia berusaha untuk tidak bersuara. Ya, Dira harus kuat,dan Dira emang kuat.

Satu per satu orang mulai pergi meninggalkan makam. Orang-orang pun mengucapkan duka cita kepadanya dan mama nya, juga kepada keluarga kak Sonya. Dira masih disana, berdiri menatap makam kakaknya. Hingga mamanya berdiri, memeluk Dira,menangis di pundak Dira.

Dira melepas pelukan mamanya, menghapus air mata mamanya.

"Mama pulang duluan aja, Dira nanti pulang nya sama Nara". Mama mengangguk

"Kamu hati-hati ya". Dira tersenyum,mengangguk lalu mamanya pun pergi meninggalkan Dira dan beberapa orang lainnya.

Dira mendekati makam kakak nya, mengelus papan nama nya,mulai menagis lagi, bersuara walau pelan. Sangat pelan, seolah takut orang lain mendengar tangisannya.

"Udah Dir, lo tau ini emang udah takdir kak Mira, lo ikhlasin ya". Nara mengelus pundak Dira, berusaha menenangkan.

Disebelahnya mama dan papa kak Sonya masih menangis di sebelah makam anak semata wayang nya itu, mereka masih belum bisa menerima kenyataan yang menimpa anak nya. Juga laki-laki yang sedari awal berdiri di bawah pohon dekat mereka, memperhatikan dengan wajah datarnya,Laki-laki yang sama saat memperhatikan dua mayat di sekolah Dira-Kenzo julian.

Saat Dira dan Nara melihatnya, dia pun pergi tanpa mengatakan apa-apa, seolah dia hanya melihat hal yang membosan kan. Tidak tau mengapa dia ada di sini, Dira pun juga tidak peduli.

"Kita pulang sekarang". Nara membawa Dira keluar dari daerah pemakaman.

Mereka bertemu tatap lagi dengan Kenzo, yang berdiri di gerbang pemakaman. Tidak tau mengapa, setiap melihat nya, Kenzo selalu pergi dengan santai nya. Biarlah, sudah cukup pusing Dira dengan keadaannya, jangan lagi di tambah dengan keberadaan orang yang tidak penting dalam hidupnya.

"Dia kenal sama kakak lo? Atau kak Sonya?". Nara bertanya saat Kenzo berlalu.

"Ntahlah Nar, setau gue dia tertutup sama orang lain. Yaudah, gausah pikirin dia". Nara mengangguk paham, mereka pun pulang dengan mobil yang di bawa Nara.

Mobil keluar dari daerah pemakaman, lagi,Nara melihat Kenzo yang berdiri memperhatikan mobil mereka yang berlalu, tapi kali ini, hanya Nara yang melihatnya. Dia tau, Kenzo juga melihatnya, tapi kali ini, dia tidak pergi, masih berdiri hingga mobil itu hilang dari pandanganya.

~~~

HALLO LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang