"Ini dia," bisik Odisseus sembari menatap lurus ke depan.
Ombak pagi itu masih menggulung liar, tetapi semua orang yang berdiri di atas kapal itu sudah terbiasa akan hal itu. Setelah berbulan-bulan bertarung dengan liarnya samudra, mereka akhirnya kembali menemukan daratan.
Badai besar kemarin malam membuat kerusakan yang cukup kritis, mereka semua hanya beruntung karena tidak ada kerusakan besar di kolong kapal. Odisseus sadar betul bahwa kapal mereka membutuhkan perbaikan secepat mungkin.
Sekarang atau tidak pernah.
"Kita akan berhenti di sana." Odisseus memberikan arahan agar awak kapalnya mengubah posisi layar dan bersiap-siap menurunkan jangkar.
Odisseus fokus menatap tampat yang akan didaratinya, pikirannya kembali diserbu oleh rintangan-rintangan yang menyerangnya setelah perang di Troya. Dalam perjalanan kembali ke kerajaannya, dia ditangkap oleh Nimfa Kalipso dan dikurung.
Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Kerajaan Ithaka dan bagaimana keadaan istrinya, Penelope. Saat ini keinginannya hanyalah untuk kembali ke Ithaka dan bertemu kembali dengan keluarganya. Dia sudah terlalu lama meninggalkan mereka.
Di tengah pemikirannya, tiba-tiba Odisseus disadarkan oleh sosok-sosok yang ada di antara batu karang. Pantai di sana jelas bukan rute terbaik untuk dijadikan tempat berlabuh.
"Bukankah tidak ada yang menghuni di pulau ini?" Salah satu awak kapal bertanya pada Odisseus untuk mengonfirmasi.
Odisseus kembali memperhatikan kertas kusam di tangannya. Memang benar, daratan yang ada di depan mereka memang tidak digambarkan di sana. Itu artinya pulau di depan mereka memang adalah pulau tanpa penghuni.
Lantas, siapa saja orang-orang di sana? Apakah mereka pelaut yang menemukan daratan baru?
Odisseus menerka-nerka sembari mempertajam visinya. Dari kejauhan, ia melihat beberapa wanita berambut panjang sedang duduk di atas batu karang. Mereka tampak sedang bermain, atau setidaknya itulah yang Odisseus lihat.
Mata Odisseus terbelalak saat kapal mereka semakin dekat dan wujud mereka semakin jelas saja. Wujud bagian atas tubuh mereka mungkin terlihat seperti wanita biasa, tetapi bagian bawahnya menyerupai ikan!
Sebelumnya, Odisseus pernah mendengar sedikit banyak tentang sosok yang mereka hadapi. Manusia setengah ikan. Wajahnya amat rupawan, kilatan mata mereka dapat membawa seseorang menuju bayangan terindah dan konon katanya suara mereka yang amat merdu ... juga membunuh.
"Itu manusia setengah ikan," ucap Odisseus.
Semua awak kapalnya terkejut. Tidak ada satu pun dari mereka yang belum pernah mendengar tentang sosok itu. Manusia setengah ikan memang sering disebut-sebut sebagai makhluk yang mengerikan. Suara merdu yang penuh manipulasi itu akan membawa mereka semua dalam malapetaka. Hal itu membuat mereka semua panik.
"Apakah kita putar balik saja?"
Odisseus menggeleng, lalu memberikan arahan pada semua awak kapalnya sebelum mereka semakin dekat dengan makhluk itu, "Bawa kotak lilin ke sini dan gunakan itu untuk menyumbat telinga kalian!"
Saat mereka sedang membawa kotak lilin keluar, Odisseus berbicara dengan para awak kapal.
"Ikat aku kuat-kuat di tiang dan pastikan aku tidak bisa melepaskan diri ketika mendengar suara mereka," pinta Odisseus, membuat para awak kapal itu terkejut mendengarnya.
"Kau tidak akan menyumbat telingamu dengan lilin?"
Odisseus tersenyum miring, "Aku ingin mendengar dengan telingaku sendiri, seberapa merdu suara mereka."
Para awak kapal berpendapat bahwa Odisseus yang penasaran pastilah sudah gila untuk melakukan tindakan berbahaya semacam itu, tapi mereka juga penasaran. Ini mungkin satu-satunya kesempatan bagi mereka untuk melihat dan mengetahui informasi tentang makhluk itu tanpa harus terlibat bahaya. Setidaknya, selama Odisseus masih diikat dan tidak bisa meloloskan diri.
Waktu yang mereka tunggu-tunggu pun akhirnya sampai juga. Kapal mereka sudah cukup dekat dengan makhluk itu dalam jarak yang aman. Kain layar sudah diturunkan agar angin tidak lagi mendorong mereka lebih dekat dengan batu karang di sekitar itu.
Para awak kapal akhirnya bisa melihat sosok manusia setengah ikan dari dekat. Mereka melihat makhluk itu melihat ke kapal mereka, lalu menggerakan bibir mereka seolah mulai bernyanyi.
Di waktu yang bersamaan, Odisseus yang diikat pada tiang utama kapal langsung memberontak dan meronta kegilaan. Para awak kapal terkejut dengan reaksi Odisseus yang kini terlihat emosi dan meledak-ledak karena tubuhnya terikat.
"LEPAS! LEPASKAN AKU!"
Para awak kapal pun mulai kebingungan. Bukan karena tidak dapat mendengar teriakan Odisseus, tetapi karena reaksi Odisseus yang tak terkendali.
Odisseus semakin liar dan gestur mulutnya terus meminta mereka melepaskannya. Beberapa dari awak kapal itu mengambil lilin dan mencoba menyumbatkannya pada telinga Odisseus. Namun kaki Odisseus yang juga diikat, terus menendang satu arah, memberontak dan menolak diikat seperti ini.
Akhirnya mereka menaikkan layar dan memutar arah menjauhi makhluk itu.
Odisseus yang masih terikat oleh tali pun pelan-pelan semakin tenang. Saat makhluk itu sudah tidak terlihat, barulah mereka melepaskan lilin dari telinga mereka.
Odisseus mengambil napas banyak-banyak, mencoba untuk menenangkan dirinya. Dia pun tersadar dan kembali pada dirinya sepenuhnya.
"Ya, benar. Merdu dan membunuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
GenreFest 2019: Myth Fantasy
FantasyYang namanya fantasy, selalu erat berkaitan dengan mitos. Ditantang menulis Myth Fantasy, mampukah peserta Genrefest 2019 ini menyuguhkan mitos-mitos menjadi lebih menarik? Cover by alizarinlake