Pandora dan Kotak Pemberian Para Dewa

417 57 2
                                    

Zeus marah besar di singgasana megahnya setelah mengetahui bahwa yang membocorkan rahasia api milik para dewa di Gunung Olimpus kepada umat manusia ternyata adalah Prometheus. Meninggalkan lingkaran jejeran kursi para dewa, ia segera mencari Prometheus dan mengurungnya di Gunung Kaukasus.

"Tinggallah bersama elang yang berdiam di sini. Ia akan memakan hatimu atas apa yang sudah kau perbuat," ucap Dewa Petir itu sebelum meninggalkan sang titan yang kaki tangannya dirantai pada sebuah batu. Hati yang dimaksud bukanlah sebuah kata kias, melainkan kata lugas. Elang yang mulai mendatangi Prometheus itu mengoyak sebagian perut lelaki itu dan memakan organ hati di dalamnya. Tidak sampai habis, mampu membuat Prometheus merasakan deritanya secara pasti, dan siksaan yang sebenarnya adalah ketika hati milik titan itu disembuhkan kala Elang Kaukasus pergi, dan kemudian dimakan lagi ketika elang itu datang setiap hari.

Zeus yang sudah kembali di singgasana Olimpus mempertimbangkan hukuman seperti apa yang cocok untuk diberikan kepada manusia. Beberapa waktu kemudian, ia menemui anaknya Hefaistos yang pandai besi dan menyuruhnya untuk menciptakan seorang manusia perempuan.

Pandora, itulah nama yang diberikan Hermes, sang pembawa pesan para dewa, kala dirinya diciptakan oleh anak Zeus. Pandora memiliki paras yang cantik dan menawan, berambut hitam legam dihiasi kulit tubuh yang putih bersih. Segala kecantikan ia dapatkan dari pemberian dewa Aphrodite. Kala ia membuka mata yang berwarna cokelat kehitaman itu, Athena memberinya pakaian untuk membaluti tubuhnya, dan Kharis memakaikannya perhiasan yang indah berkilauan. Hoirai memberi Pandora sebuah mahkota dari rangkaian dedaunan berwarna hijau segar. Poseidon yang berasal dari lautan memberi Pandora mutiara-mutiara laut yang mengilap indah. Hera memberi Pandora akan rasa penasaran dalam dirinya. Hermes sendiri memberikan kecerdasannya dalam berbicara, dan menamai wanita itu Pandora karena mendapat banyak hadiah dari para dewa.

Tak luput dari perhatian Dewi Kebijaksanaan, Athena mengajarkan Pandora bagaimana caranya menenun dan menjahit pakaian. Di waktu yang lain, Apollo mengajarinya cara bermain alat musik dan bernyanyi. Pandora jadi memiliki beberapa keterampilan dan menjadi seorang wanita yang mahir. Terlepas dari penciptaannya sebuah hukuman, para dewa begitu peduli dan mengasihi dirinya.

Suatu hari, Zeus mencoba untuk memanggil Epimetheus, saudara dari Prometheus.

"Ephimeteus, aku perintahkan padamu untuk menikahi Pandora," titah Zeus saat itu. Epimetheus tentunya terkejut. Ia melihat Pandora yang berdiri di sekitar kursi singgasana para dewa, memandangi betapa jelitanya sosok manusia tersebut. Ephimeteus memutuskan untuk menimbangnya terlebih dahulu.

Prometheus yang sudah dibebaskan tanpa sepengetahuan Zeus memperingatkan saudaranya untuk tidak menikahi Pandora. Ephimetheus ingin mengindahkan perkataan saudaranya, tetapi siang dan malam justru yang dipikirkannya hanya wajah sang wanita. Kecantikannya selalu terbayang dalam benaknya. Ia tidak bisa menahan lagi. Maka dari itu, ia segera menemui Zeus untuk melaksanakan perintah dewa itu.

"Aku akan menikah dengan Pandora," tegas Ephimetheus waktu itu. Zeus tidak berdiam diri lama. Bersama Ephimetheus dan para dewa yang lain, mereka mulai mempersiapkan acara pernikahan antara sosok titan dan manusia perempuan itu.

***

Hari pernikahan antara Ephimetheus dan Pandora pun digelar. Kemeriahan yang terbilang besar terjadi di lingkungan para dewa sembari mengadakan pesta yang cukup megah. Makanan dan buah-buahan diletakkan di atas meja dengan piring bundar bertingkat. Sedikitnya, semua mencoba menikmati waktu-waktu tersebut. Di hari itu, Pandora dihadiahkan sebuah kotak peti tebal sebesar dua tangan dengan ukiran manis nan indah.

"Tetapi biar kuberitahu padamu," tutur Zeus saat itu. "Jangan sekali-kali dirimu membuka kotak indah itu." Hanya itu pesan Zeus kepadanya, meninggalkan tanda tanya di dalam pikiran sang wanita. Untuk saat ini, ia memutuskan untuk mematuhi apa perkataan dewa besar itu.

Seusai pernikahan, berkali-kali Pandora memandangi keindahan kotak itu. Sesaat masih menghabiskan waktu bersama Athena dan Apollo yang mengajarkannya menenun dan bermusik, juga sesekali menghabiskan waktu bersama pasangan hidupnya, Ephimetheus, ada waktu di mana ia merenung di depan kotak itu. Awalnya, ia berpikiran kosong saja, menurut penuh akan apa yang dipesankan oleh Dewa Petir, tetapi lama-kelamaan rasa penasaran mulai muncul.

"Apa gerangan yang ada di dalam kotak itu?" Pandora berguling gusar di kasur lebar empuknya. "Mengapa aku dilarang untuk membukanya?"

Rasa itu berkembang menjadi ingin tahu setengah mati akan apa isi di dalam kotak tersebut sampai ia dilarang untuk membukanya. Pandora semakin diselimuti oleh keresahan dan kegelisahan mengenai kotak pemberian itu. Tentu, untuk apa diberikan kepadanya jika tidak boleh dibuka? Memandangi keindahan kotak itu tidaklah cukup. Lagi pula, untuk apa larangan itu? Pandora mulai berpikir bisa jadi larangan itu hanya diperuntukkan untuk menguji kesabarannya.

Celakalah akan hasrat pemberian Hera untuk Pandora. Ia sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak membuka kotak itu di saat waktu sudah menempatkannya untuk fokus hanya pada benda itu saja di kamar sepinya. Seketika sekujur tubuh Pandora menggigil. Kotak itu terbuka, memunculkan aura hitam pekat melayang menguar ke udara menimbulkan ketakutan pada dirinya.

"A ... A ...." Badannya terdorong mundur, pupil matanya bergetar. Dari dalam kotak terdengar suara-suara banyak orang yang mengerikan—minta dipaksa keluar, seolah sudah terkurung siksaan penjara api beribu tahun lamanya. Aura itu masih melayang keluar bagaikan roh yang berkerumun terbang ke angkasa. Pandora yang masih gemetaran baru tersadar akan apa yang sedang terjadi. Ia segera meraih kotak itu, melawan ketakutannya dan lekas menutupnya.

Pandora kemudian terdiam, menatap lantai dengan napas memburu. Ketakutan itu nyata. Ia dapat melihat semuanya dengan jelas. Rasa-rasa buruk dan negatif yang pernah ada telah keluar dari kotak itu mengotori dunia. Masa tua, rasa sakit, kegilaan, wabah penyakit, keserakahan, pencurian, dusta, cemburu, kelaparan, dan berbagai malapetaka lainnya. Pandora tidak percaya akan apa yang sudah diperbuatnya. Ia menutup mulutnya, kembali gemetaran yang kali ini disusul dengan rintik air mata.

"A ... Apa yang sudah kuperbuat ...?" isaknya. Pandora sangat menyesali perbuatannya yang hanya berdasar hasrat dan keinginan semata. Ia menyesal tidak memenuhi amanat yang diberikan Zeus kepadanya.

Di saat ia sudah mulai pulih dari kondisi itu, Pandora kembali melihat ke arah kotak itu. Ia tersadar, kotak yang belum sepenuhnya tertutup itu ternyata masih meninggalkan sesuatu yang lain. Ia memegang kotak itu hati-hati dan menilik ke dalamnya. Tangannya masih sedikit bergetar. Ia melihat harapan, hal yang dapat menenangkan di saat-saat susah, hal yang memberi semangat di saat-saat terpuruk, hal yang menguatkan untuk terus bertahan melalui penderitaan.

Pandora memeluk kotak itu erat-erat. Tangis sesal kini berubah menjadi tangis haru. Ia berjanji pada dirinya, kali ini ia akan menjaga harapan untuk manusia dengan baik.

GenreFest 2019: Myth FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang