Ia

4 2 0
                                    



Aku menunggu di ruang tunggu, duduk menantikan kabar selanjutnya dari dokter yang sedang melaksanakan tugasnya di dalam sana. Aku masih berpikir, kenapa secara spontan aku membawanya ke rumah sakit ini.

Seharusnya aku membiarkan proses pengistirahatannya. Aku merasa aku telah menggangu sistem yang seharusnya. Aku duduk, dan aku merasakan kehadiran sesuatu.

"kau.... sebenarnya.... siapa...?" suara itu datang dari belakangku.

Aku sudah tau siapa dia, itu ia yang sedang ada di dalam. Saat aku berbalik aku tidak melihat ia. Aku tidak yakin dia sedang ada dimana, mungkin perbatasan antara dunia ini dan dunia lain.

Sehingga hanya suaranya saja yang bisa kudengar. Tapi aku sedikit tenang karena dengan masih ada suara darinya , masih ada kesempatan dirinya terselamatkan.

"apakah kau kerabat darinya tuan?" tanya dokter yang menghampiriku dari ruang UGD.

"aku ? tentu bukan dok. Aku hanya mengantarnya kemari untuk mendapat pertolongan" jawabku

" syukurlah kau membawanya tepat waktu. Ini bukan kabar baik tetapi syukurlah nyawanya terselamatkan"

"apa yang terjadi padanya?" tanyaku

" dia mengalami koma karena lemahnya kerja otak dan kerja jantung" jelas sang dokter

" apa yang menyebabkan ia mengalami kondisi seperti itu ?"

" untuk saat ini kami belum bisa mengetahui sebab mengapa bisa terjadi lemahnya kerja otak dan jantungnya" jelas dokter itu.

" baiklah aku mengerti, aku akan mengecheck nya sendiri saja. lagipula aku juga seorang dokter" jawabku

" oh... aku mengenalimu tuan. Kau adalah pimpinan rumah sakit Bhakti Persada kan? Tuan muda Raga Pusaka Bhakti Persada" mata dokter itu langsung melebar tanda dia menyadari dia mengenaliku.

" ya kau betul sekali mmm... dokter Jaya Purna" balasku sambil melirik tanda nama di dadanya.

"baiklah saya tinggal dulu tuan Raga, saya akan memeriksa pasien lain" dokter berkata sambal berlalu.

" ya silahkan dok, selamat bertugas" balasku singkat.

Aku akhirnya memasuki ruangan tempat ia dirawat. Tubuhnya terbujur lemah di atas Kasur itu. Selang oksigen melekat pada nya. Jarum infus tertanam di lengannya yang kecil itu. Kondisi dia saat ini sangatlah lemah.

Aku melirik kembali wajahnya sepertinya aku pernah bertemunya di suatu tempat dan di suatu waktu. Wajahnya sekilas mengingatkanku akan sesuatu. Tapi sangat samar-samar.

" kau sedang apa memandangku seperti itu?" tanya ia padaku.

" aku hanya merasa kita pernah bertemu dan aku sedang mengingat dimana dan kapan itu terjadi. Siapa tahu aku akan mengetahui setidaknya siapa teman atau saudaramu" jawabku

" akhirnya, ada yang menjawab suaraku" ia berbicara dengan nada yang sangat senang.

" ya bersyukurlah kau, karena aku tak hanya bisa mendengar dan menjawab suaramu. Aku bahkan bisa melihatmu" jelasku kepadanya yang sedang bergembira itu.

" benarkah????" dia terlihat kegirangan.

"bahkan,,,," aku berkata sambil aku memegang tangannya

Ia terkejut dan hanya diam saja melihat aku yang bisa menggenggam ia yang transparan itu bagaikan hologram.

"kkkk... kau.... Bbbbiii saaaa me me gang ku?!" ia terkejut terheran-heran.

"ya aku bisa melihat, mendengar, menjawab, menyentuh, bahkan bisa merasakan kehadiranmu, dimanapun kau bersembunyi di sekitarku" jelasku padanya.

Sekarang aku bertiga dalam ruangan ini. Aku , ia, dan tubuhnya yang sedang tidur di Kasur ini. Entah kenapa dia masih terheran-heran mengetahui aku bisa menggenggamnya karena sedari tadi ia mencoba untuk menyentuh orang sekitar tapi hasilnya nihil.

Seakan ia mendapatkan sebuah petunjuk bagaimana cara ia akan menemukan jawaban dari peristiwa yang terjadi padanya. Aku masih menggenggam tangannya yang dingin itu. Tangannya sangatlah lembut dan dingin, tangannya ini bagaikan salju yang turun di musim dingin.

" jadi, bisa kau jelaskan mengapa aku bisa begini?" tanyanya langsung kepadaku.

Aku langsung melepas genggamanku dan membenarkan postur tubuhku.

" aku tidak tahu pasti apa yang terjadi sebelumnya. Yang pasti sekarang kau sedang dalam keadaan koma karena sistem kerja otak dan jantungmu melemah"

"Bagaimana itu bisa terjadi?" tanyanya lagi padaku

"aku tidak tahu, kau benar-benar lupa apa yang terjadi padamu?" aku balik bertanya padanya.

"aku tidak tahu apa-apa" jawabnya singkat sambil menunduk.

" ya tenang saja pasti sebentar lagi keluargamu akan mencarimu"

"semoga saja begitu, aku tidak yakin" jawabnya lagi

" tapi... kalau diriku sedang koma... berarti..."

" ya begitulah"

" aku dan tubuhku..."

"ya ... kau mengalami peristiwa lepasnya jiwa dari tubuhmu sehingga jiwamu berkeliaran bebas di antara dunia ini dan dunia sana"

" kalau jiwaku sudah terpisah dari tubuhku seharusnya aku sudah mati?"

" ya memang sedikit kejadian seperti ini, kau berada di batas antara hidup dan mati. Bisa dibilang tuhan belum menginginkan engkau pergi dari sini namun jiwa mu menerobos masuk ke dunia sana" jelasku Panjang padanya.

" bagaimana bisa itu terjadi?" dia masih kebingungan.

" akan kujelaskan padamu, jiwa adalah sesuatu yang kompleks dan itu diatas pemahamanku. Meskipun aku dapat melihatmu dalam wujud roh jiwamu ini aku tetap belum tahu bagaimana kau bisa seperti ini" aku menjawab sebisaku karena memang aku masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sebagai seorang dokter aku harus menganilisis apa yang pasien rasakan dan apa sebelumnya terjadi pada pasien. Namun untuk kejadian ini , ia bahkan tidak tahu apa-apa sebelumnya.

Sehingga aku tidak bisa mendiagnosis dan menyimpulkan mengapa ia bisa mengalami hal seperti ini.

Tapi aku merasakan kejanggalan, dan aku harus menemukan jawabannya.

Setelah berfikir seperti itu aku merasakan tanda bahaya, aku merasakan hawa negatif mendekat ke arah kami bertiga.

" kau, janganlah menjauh. Tetap berada di belakangku."

Hawa itu kian mendekat dan terus mendekat dan akhirnya berhenti di depan pintu masuk. Aura yang abu-abu dan sangat misterius penuh dengan tanda tanya.

Dan orang itu pun membuka kenop pintu dan mulai masuk kedalam.

***

JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang