Oleh: Ellya Ningsih
MUSE 2 – September Sad Story
“Bagaimana kau bisa menemukanku di sini?” tanya Lea pada suaminya.
Raka tersenyum, mengelus pipi Lea yang terasa dingin. Jawaban apa yang akan ia berikan? Kejujuran atau kebohongan? Raka terdiam.
“Aku menelepon Dewi tadi.” Raka tidak sepenuhnya berbohong.
Hari ini Ahad, anak-anak sedang menikmati liburan sekolah di rumah neneknya. Seharusnya Raka tidak bekerja. Seharusnya ia menepati janji menemani Lea ke resepsi pernikahan salah seorang temannya. Seharusnya ia mengajak Lea kencan sepulangnya nanti. Ah, terlalu banyak seharusnya. Namun, sekali lagi, terpaksa ia harus ingkar janji.
“Siapa lagi yang diundang?” Raka tiba-tiba masuk ke kamar, duduk di tepi ranjang, ia memperhatikan Lea yang sedang mematut diri di depan cermin.
“Hm … kurasa Dewi diundang. Kami bertiga berteman baik sejak sekolah dulu.” Lea melirik ke arah Raka sekilas, lalu kembali berkaca, memperbaiki letak kerudungnya. “Aku ingin sekali datang, ini pernikahan yang kedua setelah sekian lama ia menjanda.”
“Apa yang terjadi?”
“Suaminya … meninggalkan dia demi mengejar cinta pertama.”
Raka menelan ludah, tak ingin bertanya lebih banyak lagi. “Barusan Pak Bos telepon, ada meeting mendadak besok. Aku harus menyiapkan bahan presentasi.”
“Sekarang?” Lea membalikkan badan hingga keduanya saling berhadapan. Menatap Raka dengan pandangan penuh kekecewaan. “Jadi … batal pergi?”
Lea tipe perempuan rumahan, ia hampir tak pernah ke mana-mana jika tidak ditemani Raka. Lelaki itu sejenak terdiam, menimbang-nimbang. Melihat kedua mata Lea mulai berkaca-kaca, ia tak tega.
“Coba telepon Dewi, kalau dia bisa jemput ke sini, kau boleh pergi.”
Lea mengangguk, kekecewaannya sedikit terobati … sedikit saja. Lea terkadang cemburu, merasa Raka lebih mementingkan pekerjaan dan teman-temannya. Namun, Raka selalu bisa mengambil hati Lea dengan memberikan perhatian-perhatian kecil yang manis dan sederhana. Membuat Lea merasa selalu ditemani, walaupun sedang sendiri.
Beruntung Dewi dan suaminya bersedia menjemput Lea. “Titip Lea, ya, Dew. Ia tak tahu jalan. Bisa tersesat kalau pergi sendirian.”
“Siap!” Dewi tertawa, ia melirik Lea. Menggoda. Yang dilirik hanya membalas dengan eye-rolling.
Raka melewatkan jam makan siangnya tadi. Berharap setidaknya bisa menyusul Lea atau sudah berada di rumah ketika Lea pulang nanti. Menebusnya dengan sebuah kemesraan, mumpung di rumah hanya ada mereka berdua. Namun, sekali lagi rencana tinggal rencana.
Gawai Raka berbunyi, sekali, dua kali … Raka melirik sekilas, nomor tidak dikenal. Abaikan. Ia butuh segera menyelesaikan pekerjaan. Raka mengalihkan ke mode getar. Di panggilan ketiga, Raka menyerah, ia memencet tombol hijau dan membuka sapaan dengan salam.
KAMU SEDANG MEMBACA
M U S E
RomanceSebuah romantisme dengan tiga sudut pandang. Lea, Leo, dan Raka.