Extra Part

1K 104 6
                                    

Waktu itu mendadak turun hujan, Leo dan Lea berada di dua belahan dunia yang berjauhan. Namun, hati mereka teramat dekat, saling merasa walaupun tidak melihat. Leo mengirimkan pesan lewat Yahoo Messenger, ia tahu Lea selalu terjaga saat jarak memisahkan untuk sekadar menuliskan kerinduan seberapa pun larut malam. Hatinya bersorak, betul kan, Lea online.

[Lea, aku rindu.]

[Aku pun, Leo … aku pun.]

[Apakah rindumu seperti rinduku?]

[Seperti apa itu?]

[Seperti langit merindukan bumi, lalu mengutus hujan untuk menyampaikannya.]

[Dan aku seperti bumi yang merindukan langit, air hujan menyerbu masuk, dan bumi rela merobek tubuhnya agar tumbuh pepopohanan yang ranting-rantingnya menjulang tinggi … menuju langit, menggapaimu.]

Untuk beberapa saat keduanya saling terdiam. Lea selalu lebih pandai merangkai kata, tapi Leo tetap lebih piawai menguntai rasa. Mereka tahu itu.

[Perasaanku tidak enak, Lea ….]

[Ada apa?]

[Entahlah … apakah kau mempercayai intuisi? Aku merasa, kita begitu dekat, tapi tak akan pernah menyatu. Seperti rel kereta yang selalu berdampingan, tapi berjalan sendiri-sendiri, jika hanya satu lintasan maka kereta akan celaka.]

[Itu biasa, semua yang menikah akan dilanda kecemasan.]

Jemari Lea bergetar, dalam hati terdalam ia pun merasakan kekhawatiran.

[Aku akan kembali besok pagi, tunggu aku, Lea. Aku akan menikahimu.]

[Tentu saja, Leo, tentu saja. Aku pasti menunggumu ….]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

M U S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang