"inginku sederhana, mendengarmu mengucap 'Aamiin' di akhir lantunan Al-fatihah dalam sholat ku" ~Azam.
Keempat sahabat itu tengah berjalan sembari bercanda ria di koridor. Mereka sudah bersahabat sejak masuk kuliah. Bagi shifa, memiliki sahabat seperti mereka adalah sebuah anugerah. Amira, si gadis periang yang selalu mampu menghibur di kala sahabat nya sedih. Anita, gadis yang selalu membuat Shifa kagum dengan kepribadian nya yang tegas namun sopan, meskipun kadang dia sedikit ceroboh. Dan syakilla, gadis yang selalu blak-blakan namun selalu berpikir dua kali jika berbicara.
"Shifa" panggil seseorang yang membuat keempat sahabat itu menghentikan langkahnya. Dilihat nya dua wajah yang sangat akrab di mata Shifa.
"Kalian duluan saja" ucap Shifa pada ketiga sahabat nya.
"Baik ustadzah^^ Assalamualaikum" ucap Amira sembari menggoda Shifa yang terlihat malu malu kala ia memanggilnya dengan sebutan 'ustadzah'
"Waalaikumsalam"
Setelah ketiga gadis itu pergi, dua orang itu pun mendekati shifa. Mereka adalah Widya dan Heni, kakak tiri Shifa.
"Kamu kenal dia?" Tanya Heni pada Widya dengan Jari telunjuknya yang mengarah kepada Shifa. Widya mengangguk dan memberitahu Heni bahwa ia dan Shifa adalah teman satu pengajian. Heni pun mengangguk paham meski sejujurnya ia tak suka sahabat nya itu berteman dengan orang yang di benci oleh nya.
"Shifa, bagaimana dengan kado ku? Sudah diterima oleh azam?" Tanya Widya.
"Sudah aku berikan. Terimakasih, katanya" jawab Shifa dan menyampaikan ucapan terimakasih Azam.
"Wah, kalau begitu terimakasih ya." Balas widya dengan wajah sumringah. Shifa mengangguk dan tersenyum. Ia mengalihkan pandangannya kepada Heni. Gadis itu masih saja tak mau menatap ke arah Shifa. Sebenci itu kan Heni pada nya? Padahal Shifa tak tahu apa kesalahannya hingga Heni begitu membenci dirinya.
"Untuk apa memberi kado pada Azam? Percuma saja" celetuk Heni yang membuat senyum cerah di wajah Widya pun memudar.
"Maksud mu?" Tanya Widya heran.
"Kamu pikir Shifa dan Azam itu hanya berteman? Hahaha bodoh. Di zaman sekarang mana ada laki laki dan perempuan yang benar-benar berteman? Bisa saja sebenarnya mereka berpacaran, tapi berkedok pertemanan. Dasar munafik" ucap Heni yang membuat Widya dan Shifa bergeming. Shifa masih mencerna kata kata yang baru saja keluar dari mulut Heni itu, ia tak menyangka kata kata yang paling tidak ingin ia dengar, keluar dari mulut kakak tirinya sendiri.
Sejujurnya, ada satu alasan mengapa Heni begitu membenci Shifa. Alasan itu adalah Azam, pria yang sudah bersahabat dengan Shifa sejak kecil. Heni menyukai Azam karena ia adalah pria yang tampan dan juga most wanted di kampusnya. Akhlak serta kepribadian yang baik membuat wanita manapun akan jatuh cinta kepadanya. Namun, ketika Heni mengungkapkan perihal rasa cinta nya itu, Azam menolaknya. Dan saat itu ia tahu, jika gadis yang di sukai Azam adalah Shifa. Sejak itu, rasa dendam, iri, dan dengki sudah tumbuh dalam hati kecil Heni. Ia tak ingin melihat Shifa bahagia.
"Astagfirullah kak, kenapa kakak berpikir seperti itu? Shifa dan Azam memang hanya bersahabat. Tak ada hubungan lebih di antara kami. Aku mohon kakak jangan berkata seperti itu lagi, aku tak mau jadi fitnah" jawaban Shifa berhasil membuat Heni bungkam. Ia lantas pergi meninggalkan Shifa dan Widya.
Selepas Heni pergi, Shifa menjelaskan semuanya kepada Widya. Ia tak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka yang dapat menghancurkan silahturahmi keduanya.
"Iya Shifa, aku paham dan percaya padamu. Lagipula, aku hanya menyukai Azam. Perihal aku bersama dia atau tidak, itu kehendak Allah kan" ucap Widya yang membuat Shifa lega. Gadis ini memang lembut hatinya. Semenjak berteman dengannya, Shifa tak pernah melihat raut wajah kesal Widya. Ia sangat sabar dan tidak pemarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Allah
Teen FictionJodoh adalah rahasia Allah SWT. Perihal dengan siapa dan bagaimana kita di pertemukan adalah ketetapan-Nya. Maka, bersabarlah dalam penantian. Terus perbaiki diri dan yakinlah bahwa suatu saat Allah akan mempertemukan kita dengan orang pilihan-Nya y...