"tak kenal maka tak sayang. Pepatah bilang begitu. Jadi, bukankah aku harus mulai mengenalnya? Calon bidadari surgaku" -Rayhan
Azam masih tertegun, ia tak tahu harus memberikan jawaban seperti apa. Di satu sisi, ingin sekali rasanya jujur perihal perasaannya pada Shifa. Namun, di sisi lain ia takut akan merusak hubungan kekeluargaan yang selama ini terjalin baik. Apalagi Abi Shifa sudah menganggap nya seperti anak sendiri.
"Abi, Azam tidak tahu harus memberikan jawaban apa. Karena Azam sendiri tak berhak untuk mengatur kehidupan Shifa. Azam hanya memberi saran, sebaiknya Abi langsung katakan saja pada Shifa. Biar Shifa yang memutuskan perihal perjodohan ini" jawab Azam setelah berpikir lama.
Abi terdiam, ucapan Azam memang ada benar nya. Sebaiknya Shifa yang tahu lebih dulu mengenai perjodohan nya.
"Abi, kalau misalnya pria seperti Azam melamar Shifa, apa Abi akan merestui?" Tanya Azam di sela-sela keheningan. Pria paruh baya itu cukup terkejut mendengar pertanyaan Azam.
"Tentu saja Abi akan merestui, kamu adalah pria yang baik. Baik akhlak maupun sikap. Abi pun ingin sekali punya menantu seperti kamu. Tapi mengenai perjodohan ini, Abi tak bisa menolaknya." Jawab Abi. Sejujurnya hati Azam sedikit lega. Karena ia memiliki secercah harapan untuk melamar Shifa.
"Abi, sejujurnya Azam men,-" belum selesai Azam berbicara, pintu kamar Abi di ketuk oleh seseorang. Keduanya menoleh, dan muncul lah Shifa di balik pintu itu. Senyum nya sangat manis, hingga meluluhkan hati Azam.
"Kenapa serius sekali? Shifa mengganggu ya?" Tanya Shifa ketika suasana canggung itu mulai terasa. Abi tersenyum dan menyuruh Shifa untuk masuk.
"Nak, sejujurnya Abi ingin sekali menikahkan kamu dengan putra sahabat Abi. Tapi Abi tak bisa memaksamu, jadi sekarang Abi ingin tanya kepada kamu, apa kamu mau menikah dengan putra sahabat Abi?" Tanya Abi. Shifa terkejut, pertanyaan yang sama sekali belum siap untuk ia jawab. Menikah? Ia bahkan belum berpikir jauh tentang hal itu.
"Shifa belum siap untuk menikah, Abi. Menikah itu bukan hal yang mudah, harus ada kesiapan mental dan fisik. Tapi Shifa belum siap untuk itu. Lagipula Shifa masih kuliah. Shifa juga belum bisa membahagiakan Abi dan umi" jawab Shifa. Abi tersenyum tipis.
"Nak, menikah adalah ibadah yang paling banyak pahala nya. Perihal kesiapan, kamu bisa belajar seiring berjalannya waktu. Ketika ada pria yang baik akhlak dan agamanya melamar mu, Abi tak bisa menolak. Lagipula sebentar lagi kan kamu lulus kuliah, Abi ingin sekali menimang cucu sebelum Allah memanggil Abi" ucap Abi.
"Pikirkan lah lagi nak, Abi tak akan memaksamu tapi tolong pertimbangkan permintaan Abi ini" lanjut Abi nya. Sedangkan Shifa masih bergeming, berkelahi dengan pikirannya sendiri. Lalu bagaimana dengan Azam? Ia sendiri pun tetap bungkam. Ia menunggu keputusan Shifa dengan hati gelisah. Bagaimana jika gadis yang di cintai nya ini menerima perjodohan itu? Apakah ia harus jujur akan perasaan nya? Ya Allah Azam benar-benar kalut.
"Baiklah Abi, Shifa akan pikirkan dulu. Kalau begitu, sekarang Shifa pamit dulu. Mau membantu umi memasak" pamit Shifa yang di angguki oleh Abi. Azam pun mengikuti Shifa dan keluar dari kamar Abi.
•••••••••
Setelah beberapa saat, Azam pamit pulang. Ia harus merenung dan menceritakan tentang kegelisahan hatinya ini pada yang maha kuasa agar di beri jawaban.
Di sisi lain, Shifa sedang membantu umi di dapur.
"Umi, apa umi tahu tentang rencana perjodohan Shifa?" Tanya Shifa lembut. Umi mengangguk dan menghentikan aktivitas memotong sayuran nya. Ia menghampiri Shifa yang sedang merebus kentang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Allah
Teen FictionJodoh adalah rahasia Allah SWT. Perihal dengan siapa dan bagaimana kita di pertemukan adalah ketetapan-Nya. Maka, bersabarlah dalam penantian. Terus perbaiki diri dan yakinlah bahwa suatu saat Allah akan mempertemukan kita dengan orang pilihan-Nya y...