Derap langkah terdengar sepanjang koridor yang masih sepi, seorang cewek berjalan santai dengan setumpuk buku di pelukannya. Membalas sapaan beberapa orang yang dilewatinya dengan senyuman manis, lalu berjalan memasuki sebuah ruangan.
"Gue bantuin sini." Ujar seseorang yang ada diruangan itu.
"Nggak perlu, dikit lagi juga nyampe." Cewek itu menjawab ramah. "Btw, lo ngapain sepagi ini udah disini?" tanyanya dengan tetap berjalan menuju sebuah ruangan lain diruangan itu.
"Buku gue ketinggalan."
"Kebiasaan." Sahutnya. "Oiya Arga, jangan lupa fotocopy soal-soal fisika buat latihan nanti sore."
Sosok bernama Arga itu mengangkat jempolnya. "Siap, Miss Alys. Kalo gitu gue keluar dulu. Bye."
Alys tidak sempat menjawab karena sosok Arga sudah menghilang begitu saja. Setelah meletakan setumpuk buku diatas cewek itu beranjak keluar yang langsung disambut seorang cowok.
"Hai, apa kabar?" tanya cowok itu.
"Kayanya lo bisa liat sendiri." Jawab Alys ketus.
"Tapi gue lebih suka kalo lo yang jawab."
Alys mendengus, demi apapun dia tidak suka meladeni cowok yang ada dihadapannya sekarang. "Bisa nggak sih, sehari aja nggak gangguin gue? Mana pagi-pagi gini. Bikin mood gue jelek aja."
Bukannya tersinggung, cowok itu justru tertawa. "Harusnya lo senang, karena anak kepala sekolah yang gantengnya kaya gue mau gangguin tiap hari. Ini suatu kehormatan."
"Suatu kehormatan?" ulang Alys tidak percaya. "Sumpah lo sinting, Billy."
Setelah mengatakan itu Alys berjalan melewati Billy. Membuat cowok itu ikut bergerak mengejar cewek yang selalu menjadi primadona sekolah. Tangannya meraih pergelangan tangan Alys, yang langsung saja di tepis cewek itu.
"Lo apa-apaan sih?" tanya Alys dengan nada tidak suka.
Billy membalas tatapan galak Alys dengan cengiran. "Gue belum selesai ngomong. Nanti malem, temen gue ngajak double date, gue nggak ada temen, jadi temenin gue ya?"
"Lo pikir gue peduli?"
Billy berdecak. "Jutek banget, coba kalo Langit, pasti lo langsung iya."
"Tolong ya, lo sama Langit jelas berbeda."
"Iyalah, mana mau gue disamain sama anak mamih." Ujar seorang cowok yang muncul dari belakang Billy. Cowok itu merangkul Billy lalu berbisik. "Sori aja ya, nggak ada yang bisa nyamain posisi gue dimata Alys. So, jangan berharap lebih." Langit menarik seringainya.
"Ck, apa sih bagusnya lo?" tanya Billy kesal.
"Banyak! Gue ganteng? Banget. Pinter? Jangan pura-pura nggak liat piala gue. Kaya? Kayanya cuma orang buta yang bilang gue miskin. Tapi bagi gue yang terpenting, Alys suka deket-deket gue." Jawab Langit dengan sombongnya.
Dari arah belakang, sosok lain muncul dan langsung menoyor kepala Langit. "Pede bener lo, nyet."
"Apa sih, Ces? Main dorong-dorong kepala aja. Kalo gue jadi bego lo harus tanggung jawab!"
"Gue nggak ngehamilin lo!"
Alys memijat keningnya, pusing. Billy saja sudah membuat kepalanya berdenyut, sekarang di tambah Langit dan cowok yang tidak terlalu dikenalnya, tapi Alys tau cowok itu adalah kapten basket.
"Ribut aja lo pada, gue mau pergi." Alys berjalan pergi tanpa memperdulikan Billy, yang terus memanggil namanya.
Anindya Alyssa Milano atau biasa disapa Alys adalah cewek yang menjadi primadona disekolahnya. Cewek dengan tinggi badan lebih dari seratus enam pulu senti meter itu terkenal karena selain cantik dan pintar, dia juga sangat ramah terkecuali pada cowok bernama Billy yang selalu menganggunya. Alys bukan tidak suka berinteraksi dengan cowok, hanya saja dia tidak menyukai cowok yang agresif. Saat ini hanya ada satu cowok yang menarik perhatiannya, cowok yang mungkin tidak akan pernah didapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INANIS
Ficção Adolescente"Hari ini, sebagai guru bahasa saya ingin menanyakan makna sebuah kata kepada kalian." Guru berkepala botak itu jalan mengelilingi kelas, lalu berhenti dihapadan seorang gadis. "Anindya Alyssa Milano, menurutmu apa makna kosong dalam kehidupan seseo...