pertemuan

45 1 2
                                    

Awan merah masih terlihat di ufuk barat, senja baru saja pergi entah kemana, matahari lenyap di ganyang kegelapan, bintang-bintang mulai berdatangan menghiasi langit yang mulai menghitam.

Adzan magrib dikumandangkan, terpaan angin menyapa dedaunan yang gemerisik, hewan malam mulai melengkingkan suara-suara indahnya. Seakan mereka menjawapi suara adzan yang sedang dikumandangkan muadzin itu. Kulihat dari bilik jendela kamar, para santri sudah mulai merapat berkumpul dimushola. Mereka duduk berbaris rapi sesuai shof yang telah ditetukan. Entah sedari kapan santri-santri itu mulai berkumpul? Mereka semua menjawapi adzan dengan sempurna.

Sembari menunggu pak kiyai datang. Muadzin melantunkan bait-bait syair aqidatul awwam, kemudia para santri serempak mengikutinya. Ini memang sudah menjadi ciri has pondok pesantren kami. Barulah setelah nadzom tersebut dirampungkan muadzin menyalambung lagi dengan puji-pujian. Bisa berupa sholawat, syair do'a dan bisa juga khosidah-khosidah lainya, asal jagan lagu band atu dangdut saja. bukannya apa .. kalian pasti sudah tau.

Di pintu-pintu mushola juga terlihat para santri senior(pengurus) sedang berjaga memantau para santri. Biasanya ada juga yang berkeliling kamar-kamar untuk megoprai, agar para santri segera pergi ke mushola melaksanakan sholat berjamaah. Biasanya jika ada santri yang ketahuan terlambat atau bahkan tidak ikut sholat berjamaah. Santri seniorlah yang akan memberi tindakan sangsi sesua ketentuan yang telah disepakati, jika tidak jera? Tindakan terahir adalah disoankan (dihaturkan ke kiyai). Dan pak kiyai sndiri yang akan mutuskan hukuman terhadap santri yang sudah kelewat batas bandelnya.Sedang para santri masih ada yang terlihat berarulalang di lorong-lorong yang menuju kamar mandi, mereka kelihatan panik. Mungkin mereka takut terlambat untuk melakukan sholat berjamaah.

Para satri senior atau pengurus di bagi menjadi berepapa bagian, ia wajib menjalankan amanahya sesuai dengan tugas dan bagianya masing masing. Ada yang bertugas sebagai keamanan, kemaarifan, keuangan, kebersihan pengairan, dan masih ada bayak yang tidak mungkin ku sebutkan. Semuanya sudah terstuktur rapi tertempel cantik disebuah papan yang di centelkan di dinding kantor pondok pesanteren.

Melihat pemandangan seindah ini aku jadi teringat padanya, kurasa kalian perlu tau tentangnya.

* * *

Malam yang dingin seperti biasanya. Daerah pesisir pantai utara memang bersuhu dingin pada waktu malam hari, anginya bertiup kencang dari arah lautan.

Ah... sial sekali, sudah berapa puluh truk yang tak mau berhenti, tanganku terus melambai-lambai di pingiran jalan, memberi isyarat kepada sopir truk itu bahwa aku membutuhkan sekali bantuanya, aku akan datang terlambat jika mereka tak mau aku tumpangi. Kurasa aku akan kecewa.

"Sial..... " Gumamku sambil meremas-remas kepalan tangan.

Selepas sholat magrib tadi aku sudah berada di pingir jalan. Hampir satu jam lebih aku berada di tempat ini. Tapi tak ada satupun truk yang mau berhenti mengangkutku, utung saja tadi aku sudah memberi tahu ibu agar tidak mencariku, bahwa malam ini aku tidak pulang, kalau saja tidak,,,, ibu pasti sudah mencariku dan menemukanku di pingiran jalanan. Dengan rupaku yang kusut, mengenkan clana pendek, kaos hitam, jaket kain yang robek-robek serta tas panjang yang ku sandang miring di badanku. Pasti dia marah sekali menemukanku dengan model pakaian seperti ini. Dia memang sering marah-marah padaku.

Ibu adalah wanita yang tangguh, pekerja keras. Setelah kepergian bapak ibulah yang menjadi tulang punggung keluarga, ia habiskan keringatnya untuk bekerja agar bisa mencukupi kebutuhan kami. Terik matahari, udara dingin, hujan lebat, bahkan angin topan semua ia tahlukan. Itu semua ia lakukan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ibuku adalah wanita yang baik, tapi tak jarang juga ia sering memarahi dan menghajarku. Mungkin aku terlalunakal. yaaa aku anak yang nakal, memang pantas untuk di hajar. Aku sangat menyayanginya.

Jalanan semakin ramai dengan kendaraan-kendaraan besar. Ada juga kendaraan kecil seperti motor dan mobil pribadi, itupun hanya sesekali aku melihatnya, yang lebih mendominasi di jalanan adalah truk-truk berukuran besar. Sebesar gudang barang, milik haji salem yang berada di sebelah toko bangunan itu, aku tak begitu tau perkakas apa saja yang ada di dalamya, lagipula aku juga tidak perlu tahu. Meneliti hata orang lain itu menurutku tidak baik, Itu bisa membuat kita menjadi kurang bersyukur.

Aku sudah mulai putus asa dengan usaha yang tak membuahkan hasil. Aku beristirahat duduk sendirian di pagar jembatan pembatas antara kabupaten tuban dan kabupaten rembang. Mungkin mirip sekali dengan patung arca yang berada di sebelah gapura SELAMAT DATANG. Hanya saja patung arca sebelah gapura itu jumlahnya ada dua, satu di sebelah kiri dan satunya lagi di sebelah kana jalan. Batas wilayah antara kabupaten rembang dan kabupaten tuban dipisahkan oleh dua gapura yang ditengah-tengahnya terdapat sungai yang terhubung langsung kelaut, diatas sungai itu dibangunkah sebuah jembatan penghubung antar kabupaten. Aku sendiri belum tahu, sesungguhnya jembatan itu milik kabupaten tuban atau milik kabupaten rembang. Karena memang letaknya tepat sekali di tengahnya.

Malam itu aku nyaris kembali pulang. Utung saja aku mengurungkan niatku, coba saja kalo aku kembali kerumah? mungkin aku tidak akan pernah bertemu dengan dia.

Kalaku mematung duduk berjam-jam di pagar jembatan. Tiba-tiba kulihat lampu riting sebelah kiri kendaraan itu menyala, berjalan melambat... semakin lambat, melambat dan berhenti tepat di depanku, membuyikan klakson mobil dan membukakan pintu dari dalam.

Melihat itu segera kumelompat dari pagar jembatan bergegas masuk kedalam kendaraan yang tengah berhenti di depanku itu.

Aku melihat wajahnya yang oval, hidung yang mancung dengan kumis tipis dan sedikitbulu-bulu halus yang tumbuh rapi di sekitar pipi kana kirinya, kulitnya putihlangsat ciri orang asia, rambutnya kriting bergelombaang berwarna hitam pekat.Dia lumayan tampan jika aku perhatikan. Itulah pertama kalinya aku bertemudenganya serta pertama kalinya aku memandang wajahnya

laa buddaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang