07 - Old Memories

678 109 16
                                    





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Aku melarikan pandangan menyusuri seisi taman, mencari raga manusia yang meminta bertemu di taman ini. Sampai manikku berbinar kala dapati sosoknya yang tengah duduk seraya mengulas senyum ke arahku. Tak lupa diiringi lambaian tangan yang diangkat tinggi-tinggi.

"SOJEONG-A!" Sebuah teriakan dari suara yang sudah kuhapal membuat tubuhku bergerak cepat menujunya.

"Annyeong!" Ia menyeru ketika langkahku sampai tepat di depannya.

"Ada perlu apa, Taeyong-ssi?" Aku bertanya setelah mengambil tempat di sampingnya.

"Perlu ku katakan berapa kali? Oppa, panggil aku begitu!" Dia menatapku dalam, kembali mengomel persis seperti seorang ibu.

"Akan kubelikan eskrim jika kau memanggilku oppa!"

Hey! Dia pikir aku anak kecil yang gerak-geriknya bisa digadaikan dengan makanan manis? Tentu saja!

"Arasseo, Taeyong oppa?"

"Kau jadi jauh lebih cantik ketika memanggilku begitu, chagi?" Mataku terbuka lebar mendengar kalimatnya.

Lee Taeyong, benar-benar buaya. Tanpa bisa dicegah, pipi sialan ini tiba-tiba memerah. Membuat namja di sampingku tersenyum yang sialnya terlihat sangat manis.

Tangan hangat Taeyong menyentuh pipiku yang makin terlihat rona-nya. "Memerah," ia bergumam layaknya berbisik, "Tapi aku suka," lanjutnya.

Apa-apaan dia? Ini sangat memalukan. Jantungku rasanya berdebar lebih cepat dari biasa. Aku takut mati lebih cepat, mari kita akhiri topik menggelikan ini!

"Y-ya! Kau sudah berjanji akan memberiku eskrim!" Aku berujar cepat, benci dengan debaran yang asing ini.

"Sojeong-a! Kau selalu menghancurkan momen! Aku memikirkan skenario ini sejak bangun pagi, dengan ending terbaik! Tapi kau malah memangkasnya!" ia kembali mengomel.

"Kau aneh, biasanya tidak seperti ini!"

"Aku merindukanmu, Kim. Kau sibuk sekali akhir-akhir ini. Rasanya sepi, padahal biasanya kita sering berjalan bersama. Dengan tangan seperti ini," ia berujar. Lantas jemarinya mengisi kosong jemariku. Membuat tangan kami saling bertaut.

"Jangan lupakan eskrimku, oppa."

Taeyong mendecak, lalu bangkit dan bertanya, "masih suka eskrim coklat, kan?"

Tanpa mendengar jawabanku, ia bergegas pergi, semangat. Membuatku terkekeh sejenak.








Menit demi menit menunggu, yang ditunggu rasanya tak kunjung datang. Aku sedikit ... cemas? Pasalnya pemuda Lee itu sedikit buta arah. Ya walaupun sedikit tidak masuk akal karena kami sering berada disini.

After Rain ;  Sowon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang