Malam itu dia terbangun karena sesak napas. Asap tebal memenuhi kamarnya. Matanya perih, ruangan berwarna merah seperti iblis yang sangat menakutkan. Panas seolah-olah ia berada di Neraka.
Bocah kecil itu ketakutan, dadanya sesak karena asap tebal. Ia menangis sembari memanggil-manggil nama ayahnya. Namun, ia tidak mendengar suara apapun kecuali suara percikan api yang melahap bangunan rumahnya. Dengan keberanian yang ia miliki, ia turun dari tempat tidur. Berlari ke arah pintu. Kaki kecilnya melepuh akibat serpihan langit-langit yang terbakar.
"Daddy...."
Dia menangis. Air mata jatuh di pipinya yang panas dan memerah. Ketika kaki kecilnya hendak menuruni tangga, atap di atas kepalanya ambruk. Bocah itu menjerit keras sampai tenggorokannya perih. Kayu besar terbakar jatuh tepat di depannya.
Ketika ia pikir akan mati terpanggang tanpa ada siapapun yang menolongnya, tiba-tiba seseorang memeluknya erat. Sangat erat.
Bocah itu menutup erat matanya. Di tengah hawa panas seperti neraka dan asap tebal yang membuatnya sulit bernapas, ia merasakan tubuh orang yang memeluk dingin. Tubuh kurus itu memiliki aroma harum yang lembut.
"Joshua, kau sudah aman... Kau aman sekarang..." ucap orang yang memeluknya erat.
Bocah itu tidak sempat berpikir mengapa orang asing yang memeluknya mengetahui namanya. Ia juga baru pertama kali mendengar suara orang itu. Suaranya ringan, namun lembut. Sangat indah di telinga.
Orang itu mengangkat tubuh kecil Joshua. Asap tebal membuatnya kesulitan bernapas, Joshua lemas. Dia memeluk leher orang itu, kepalanya terkulai lemas di bahu orang itu.
Dengan tenang, orang itu berjalan keluar. Membawa tubuh bocah laki-laki berusia 6 tahun di gendongannya. Dia berjalan tanpa alas kaki di dalam rumah yang terbakar. Walaupun menginjak bara berwarna merah, namun sama sekali tak meninggalkan luka melepuh di sana.
Dia memeluk tubuh kecil bocah itu. Mengusap kepalanya dengan sayang.
Joshua sudah kehilangan kesadaran akibat hawa panas dan sesak napas. Kulitnya panas seolah-olah dia sedang menderita demam. Telapak kaki kecilnya melepuh.
Dalam tidurnya, ia bermimpi sedang berada di tengah-tengah padang rumput luas. Ia memutar kepalanya dan tak bisa melihat tepinya. Dari ujung ke ujung hanya hamparan rumput berwarna hijau yang tak ada habisnya. Joshua menurunkan kepalanya, memandangi kaki kecilnya yang telanjang. Rumput tebal tingginya hingga mata kaki. Joshua berjongkok untuk melihat bunga dandelion di dekat kakinya. Ia berhati-hati bernapas karena takut menghancurkan bunga yang indah itu.
Ketika ia membuka mata lagi keesokan harinya, Joshua telah kehilangan ingatannya. Melupakan Ayahnya-melupakan peristiwa kebakaran di rumahnya. Saat ia terbangun, wajah yang sangat cantik menyambutnya dengan senyuman indah. Ketika orang itu tersenyum, Joshua pikir ia sedang melihat malaikat.
"Sayang, kau sudah bangun?" Orang itu mencium keningnya seperti sudah menjadi kebiasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing of The Light [JIHAN]
FanfictionAku adalah Ayahmu, Ibumu, Temanmu, dan Kekasihmu. Joshua, aku adalah satu-satunya yang kau miliki. Aku satu-satunya yang mencintaimu melebihi siapa pun di dunia ini.