Chapter 4

1.3K 118 29
                                    


Dia sudah menunggu di ruang tamu mewah itu selama satu jam. Seorang pelayan wanita datang membawa secangkir teh panas dan makanan kecil, tersenyum sopan ke arahnya.

"Kemana penulis Yoon pergi?" Dia akhirnya bertanya, duduk gelisah menunggu orang yang sangat ingin ia temui.

Hari sebelumnya ia juga sudah membuat janji di perusahaan penerbit, namun pertemuan itu harus gagal karena kesehatan penulis idolanya sedang kurang baik. Jadi, hari ini setelah kelasnya berakhir, Choi Seungcheol datang dengan membawa satu keranjang buah segar dan satu buket bunga sedap malam cantik. Itu adalah bunga favorit Yoon Jeonghan. Ia ingin menjenguk penulis idolanya secara pribadi di rumahnya.

"Tuan Yoon pergi ke Nero Hospital pagi ini." Pelayanan wanita itu menjawab dengan senyum ramah.

"Apa tuan Marco ada?" Seungcheol kembali bertanya. Ia mendengar bahwa kepala pelayan itu sudah bertahun-tahun bekerja di rumah ini, dia adalah orang yang paling dekat dengan Yoon Jeonghan, Seungcheol ingin bertanya tentang beberapa hal pada kepala pelayan itu.

"Tuan Marco pagi ini pulang ke rumah pribadinya, dia akan makan siang di rumah bersama keluarganya dan akan kembali setelah jam makan siang." Pelayan wanita itu menjelaskan. Seungcheol yang duduk di seberang menganggukkan kepalanya mengerti.

Setelah meletakkan makanan kecil, pelayan wanita itu meninggalkan ruang tamu. Seungcheol duduk sendirian di ruang tamu besar itu, perhatiannya tertuju pada lukisan-lukisan tua bernilai seni tinggi yang menghiasi dinding putih. Ia bertanya-tanya berapa usia lukisan-lukisan itu? Yoon Jeonghan pasti menghabiskan banyak uang untuk koleksinya tersebut.

Semakin lama ia duduk di sana, semakin banyak pula ia ingin mengenal sosok Yoon Jeonghan lebih dalam. Apa yang dia pikirkan, apa saja hal-hal yang dia suka, hal seperti apa yang bisa membuatnya tersenyum, apa yang dia lakukan ketika cuaca cerah, ia sangat ingin tahu. Seungcheol ingin tahu lebih banyak tentang lelaki itu. Ia ingin duduk bersamanya, mengobrol tentang hal-hal menarik yang dia suka. Ia sangat ingin tahu semuanya. Walaupun Yoon Jeonghan dikatakan tidak mudah dekat dengan orang asing, namun Seungcheol akan berusaha menjadi orang yang menarik di matanya, menjadi dekat dengannya. Ia ingin menjadi seorang pendengar baginya untuk setiap cerita yang mungkin ingin dia bagi dengan orang lain. Yah, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Atau... bolehkah ia berharap lebih?

Tanpa sadar Seungcheol tersipu malu, menundukkan kepalanya seraya tertawa kecil, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Hanya duduk di ruang tamu rumah lelaki itu saja sudah membuatnya merasa bahagia. walaupun harus menunggu lama, itu sama sekali bukan masalah baginya. Ia akan menunggu hingga sampai Jeonghan kembali.

***

Joshua hanya menusuk-nusuk nasi di dalam mangkuk di hadapannya, matanya tidak lepas dari Kim Mingyu yang sedang sibuk memotong daging dan memasukkannya ke mangkuk nasi Jeonghan. Pria itu terus tersenyum dan membujuk Jeonghan untuk makan lebih banyak. Sikap dan cara bicaranya seperti sedang memperlakukan anak-anak, sangat lembut, perhatian dan penuh kasih sayang. Hal yang sungguh membuat Joshua merasa muak berada di satu ruangan bersama mereka. Mendengarkan keduanya mengobrol akrab membuat suasana hati Jisoo semakin buruk. Ia sama sekali tidak nafsu makan, sekarang ini ia hanya ingin memukul seseorang sampai babak belur.

"Apa sekolahmu libur?" Mingyu tiba-tiba bertanya pada Joshua yang duduk di seberangnya.

"Mulai sekarang dia akan sekolah di rumah." Jeonghan menjawabnya sebelum Joshua membuka mulut. Dia berbicara tanpa mengangkat kepalanya dari makanannya.

"Sekolah di rumah bukan pilihan yang tepat. Anak seusia Joshua butuh bersosialisasi, sangat penting mencari teman sebanyak mungkin... " Mingyu menatap Jeonghan serius. Tidak setuju dengan keputusasaannya. Walaupun ia tidak punya hak untuk ikut campur mengurus Joshua, apalagi anak ini beranjak tumbuh menjadi pria dewasa, namun ia lebih berpengalaman menangani masalah anak-anak dan remaja. Sedikit banyak Mingyu memahami kebutuhan dan kepentingan mereka.

Chasing of The Light [JIHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang