Setelah kelas usai sebagian anak pergi ke lapangan belakang sekolah untuk menghilangkan jenuh setelah seharian memeras otak di dalam kelas yang membosankan.
Lima belas menit bermain, semuanya berkeringat hingga membuat seragam mereka basah. Walaupun matahari sudah tak seterik siang tadi, namun musim panas ini sangat panas membuat orang yang beraktivitas di luar ruangan mudah merasa lelah. Mereka mengambil waktu istirahat untuk minum.
"Berengsek. Kita tidak pernah menang jika Joshua berada di tim lawan..." Seorang anak laki-laki berbicara dengan napas terengah-engah, bibirnya tersenyum saat ia berbicara.
Joshua acuh tak acuh meminum air mineral. Keringat mengalir di wajah dan jatuh ke lehernya. Kulit cokelatnya yang basah berkilau di bawah sinar matahari. Dia masih berusia 17 tahun, namun sudah memiliki pesona laki-laki dewasa yang seksi.
"Saudara sepupumu itu. Apakah hari ini dia akan menjemputmu?" Anak laki-laki tadi kembali berbicara. Matanya tampak berbinar-binar saat menyebutkan orang itu. Teman lainnya juga menoleh, menjadi tertarik dengan topik ini. Mereka semua menatap Joshua, menunggunya menjawab.
Joshua benci suasana seperti ini. Dia memilih berpura-pura tidak mendengar. Menghapus keringat di lehernya.
Tidak mendapatkan jawaban, anak laki-laki itu tertawa dan berjalan mendekati Joshua. Merangkul bahunya, ia berbicara dengan volume kecil, "Ajak aku ke rumahmu. Aku ingin lebih dekat dengan saudaramu. Dia sangat cantik, membuat jantungku berdebar-debar ketika melihatnya..."
Joshua tersenyum kaku dan menjawab,"Saudaraku seorang laki-laki." Kata-katanya keluar melalui giginya yang terkatup rapat. Rahangnya mengeras, ia diam-diam meremas botol air di tangannya hingga buku jarinya memutih.
Anak laki-laki itu tertawa keras seraya memukul bahu Joshua.
"Kau pikir aku buta? Siapa yang tidak tahu kalau saudaramu itu laki-laki!?" Anak laki-laki itu masih tertawa keras.
Dia merangkul bahu Joshua dan mendekatkan wajahnya, berbisik, "Walaupun saudaramu laki-laki, dia lebih menggairahkan daripada wanita... Setiap kali aku melihat bibirnya, aku tidak tahan ingin menciumnya...." Dia mengatakan kalimat terakhir sembari menjilati bibirnya seperti laki-laki berengsek yang mudah terangsang. Anak laki-laki ini memang bajingan yang hanya berpikir untuk selangkangannya.
Joshua meremas botol di tangannya hingga botol plastik itu pecah, air tumpah di tangannya. Teman-teman lain disekitarnya menatap takut pada wajah gelap Joshua. Melihat kilat amarah di mata yang biasanya tenang dan ramah itu. Detik berikutnya, Joshua membuang botol di tangannya yang sudah tak berbentuk. Ia meraih kerah seragam anak laki-laki itu, menghantamkan tinjunya ke wajah anak laki-laki itu yang telah berbicara kurang ajar.
Anak laki-laki itu jatuh dengan keras di lantai semen.
"APA MASALAHMU BERENGSEK!?"
Dia berteriak keras. Darah segar keluar dari lubang hidungnya. Ketika ia mengusap hidungnya yang berdarah menggunakan punggung tangan, ia terkejut dan ketakutan."KAU GILA!? KAU SUDAH TIDAK WARAS!?" Dia berteriak semakin keras.
Joshua melangkah maju. Membungkuk dan sekali lagi meraih kerah seragamnya.
"Kau bajingan berengsek..." ucapnya di depan wajah anak laki-laki itu. Pukulan keras kembali mendarat di wajahnya, kali ini Joshua bahkan menendang perutnya beberapa kali hingga anak laki-laki itu hanya bisa batuk kering dengan menyakitkan.
"KAU YANG BAJINGAN BERENGSEK!" teriak pemuda itu di tengah rasa sakitnya.
"Josh! Stop! Kau bisa membunuhnya!" Teman lainnya menarik Joshua yang sedang mengamuk. Menjauhkannya dari anak laki-laki itu. Jika dibiarkan, anak itu bisa mati di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing of The Light [JIHAN]
FanfictionAku adalah Ayahmu, Ibumu, Temanmu, dan Kekasihmu. Joshua, aku adalah satu-satunya yang kau miliki. Aku satu-satunya yang mencintaimu melebihi siapa pun di dunia ini.