7

1.2K 190 26
                                    

Penulis Yanni0306

Saya ingatkan sekali lagi ya, cerita ini adalah fiksi. Fiksi yang mengambil ceruk dari mitos dan asumsi yang beredar luas.


Gelanggang Hitam - 1

Aku tidak menginginkan sama sekali kembali terjun dalam segala hal yang menyangkut penyidikan tentang Antroplogi lagi. Aku merasa kenyang. Biarlah kini bagian mereka yang muda-muda saja. Selama ini aku sudah cukup tentram hidup dengan keluarga. Yeah, setelah sekian lama aku memiliki sebuah keluarga. Benar-benar keluarga. Menyingkir dari keramaian. Hidup di sebuah kaki gunung. Menanam sendiri apa yang kita makan, sedikit keinginan ini itu, juga senyum dan tawa hangat di ruang keluarga adalah keindahan rasa syukur sesungguhnya. Dari sana aku merasa Tuhan sangat dekat. Dekat sekali. Sebelumnya aku hanya kenal Tuhan dari ritual dan simbol-simbol kuno berusia ratusan bahkan ribuan tahun, yang aku kuasai sebagai antropolog. Semua serba dingin dan menenangkan disini. Udara gunung begitu menentramkan. Dan tiba-tiba Tuhan menyelinap sedekat urat nadi. Begitu saja.

Sampai seseorang menemukanku di persembunyian yang damai. Menemuiku di pesawahan yang tengah kunikmati hijaunya. Di gubuk bambu dengan kopi dalam cangkir termos.   Seorang anak muda dengan gaya pakaian jauh lebih tua dari umurnya. Anak muda yang kuyakin sudah terlalu lama hidup di laboratorium atau musium.

Anak muda ini memperkenalkan dirinya sebagai Paranganti. Nama yang nyaris melintas gendernya sebagai laki-laki. Dia kemudian memintaku memanggilnya Parang daripada Nganti. Parang membawa map berisi delapan foto. Foto menyerupai manusia andai aku tak melihat telinga dan tangannya yang agak kepanjangan.

"Ini apa?"

"Alien  dari jenis bangsa baru Mas. Maaf boleh saya panggil Mas?

Aku mengangguk dan mengamati foto-foto itu.

"Itu hasil mutasi sel yang dikembangkan bangsa  Nexela pada bangsa Noom dan ... " Dia berdehem

"Dan ... kita menyebutnya "J" faktor Mas."

"Apa hubungannya sama saya? Saya tak punya kapasitas apapun tentang Alien. Percaya saja tidak." Aku tersenyum geli.

"Ini bukan Alien macam dunia Holywood Mas. Ini  yang lahir dari mitos lokal."

Aku mengernyit bingung.

"Oh saya paham sekarang, kamu tim riset produksi film ya? Jangan ke saya nanti saya kasih rujukan yang lebih pas untuk kajian mitos. Teman saya juga," kataku.

Banyak memang para penggagas film lokal yang mengambil seting kerajaan dan sejenisnya, bekerjasama dengan para antropolog guna kebutuhan risetnya.

"Foto ini hasil kerja animasi ya, keren sekali. Ternyata teknologi kita sudah maju juga ya," sambungku.

"Nggak Mas semua gambar di foto itu asli."

"Asli gimana maksudnya?"

"Asli Mas," ujarnya meyakinkan

"Asli ... asli?"

Dia mengangguk mantap sekali.

"Semua gambar di foto itu ada wujudnya Mas, dia  asli. Dia mahluk hidup."

Aku terpana menatap wajah Parang tanpa berkedip, mencoba mencari celah kalau bocah ini salah satu macam youtuber yang main prank prangan. Kutengok kanan kiri bahkan sampai mendongak ke atas, barangkali ada kamera. Tak satu pun kutemukan. Lalu kembali kutengok wajahnya. Tidak kulihat dia sedang bergurau. Wajahnya lurus dan kaku.

"Maksudnya gimana, saya nggak paham."

"Gambar di foto itu asli Mas. Itu  mahluk yang berhasil kami tangkap untuk penelitian. Dia dari bangsa Noom."

Beautiful MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang