24

1.2K 153 21
                                    

Pengarang : Yanni0306

Semoga segala kusulitan memuai dan segala kemudahan membentang, juga segala harapan tergenggam.

*

CEWEK BERKILAU 12

Dinding kamuflase  yang ternyata pintu lift itu, membawa kami berdua belas---sedikit berdesakan, ke tombol tanpa nomor. Alias tombol emergency jika di lift pada umumnya. Aku pikir itu tombol kamuflase juga, sama halnya dengan dinding tadi.

Wajah-wajah tegang serta hembusan nafas tertahan, membuat perjalanan turun terasa lama.  Tak ada mata yang memandang selain pada lampu indikator di atas pintu. Semua ke sana seolah menanti lampu itu berkedip sesegera mungkin. Benar saja, begitu lampu indikator menyala merah, orang-orang tergesa keluar. Bahkan aku yang berdiri di posisi tengah sudah berapa kali berbenturan bahu kanan kiri. Cukup keras.

Masuk ruang rahasia pun ternyata cukup rumit. Melewati gang sempit sebanyak dua kelokan. Tentu saja satu kelokan terakhir adalah kamuflase juga. Kelokan sesungguhnya menuju lorong lainnya. Sebuah lukisan menyamarkan pintu kecil---pintu yang hanya muat  satu orang untuk melewatinya. Lukisan itu melapisi pintu baja tanpa tuas. Kamu perlu menekan untuk bisa membukanya. Aku sempat menengok kebelakang, tanpa sengaja melihat Brajasakti mengunci pintu baja dengan kombinasi sandi angka. Aku sempat merekam gerakan cepat tangannya memencet enam nomor kombinasi dan menyimpannya di kepala. Sorry,  bukan maksud mencuri pasword, reflek ini sudah jadi kebiasaan dalam mencermati sesuatu. You know agen-lah.

Kecuali aku dan Nat, semua orang sibuk melakukan pekerjaannya. Ada yang membuka kain pelapis sebuah meja panjang dengan banyak  tombol di atasnya, lalu beberapa orang lainnya  langsung tak tek tok mengoperasikannya. Dua orang berlari ke pojok ujung ruangan dimana pembangkit daya dan data berdiri seperti kabinet besi besar dengan banyak lampu warna-warni menyala, begitu di aktifkan.

"Mereka sengaja pakai perangkat keras demi menghindari pelacakan, kamu tak akan melihat teknologi hologram lagi di sini." gumam Nat.

"Ya, bisa kulihat banyak monitor tabung di sini. Tapi bentuknya aneh. Seperti telivisi di pasar-pasar vintage di kawasan china town," sahutku.

"Sambungkan semua cctv!" teriak Brajasakti.

"Dalam tiga detik, Tuan."

Satu .. dua ... Ti ... Monitor dengan gambar hitam putih menyala bersamaan menangkap setiap ruangan di kastil ini. Setiap monitor terbagi  empat gambar ruangan berbeda.

"Pintu utama berhasil di buka!"

"Mereka menyebar ke wing kiri dan kanan!"

"Demi Behomet! (Nama Iblis ring 1) Mereka mengirim banyak sekali pasukan!"

"Celaka kita, sepertinya mereka tahu apa yang kita tahu!"

Teriakan-teriakan dalam getaran gugup pada suara mereka cukup menggambarkan situasi yang tidak sedang baik-baik saja. Sementara Brajasakti malah terpatung seperti tak percaya banyak tentara mengepung markasnya. Maksudku kastilnya eh, lab-nya. Aduh aku jadi ikutan kacau.

"Apa ada senjata atau amunisi apa pun di ruangan ini?" tanya Nat dengan sedikit menghentakan nadanya. Kupikir Nat sedang membangunkan Brajasakti.

"Eee . . Ada tapi tak banyak. Karena gudang senjata terlatang di sayap ki--- yaah mereka baru saja menghancurkannya!" Seru Brajasakti kelihatan gugup. Butir-butir keringat di dahinya menjelaskan segalanya. Aneh butiran keringat itu  kemudian berubah jadi pasir pasir berwarna hijau dan berjatuhan. Sementara matanya masih terpancang di monitor yang menunjukan gudang senjata  meledak dengan asap berwarna pink yang membumbung ke atap yang terbelah.

Beautiful MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang