#Jadi tadi itu si(apa) ?
Diceritakan seperti penuturan Mbak R. Nama dan tempat disamarkan.
Bekerja pada giliran shift malam di Rumah Sakit buat sebagian karyawan ada seni tersendiri. Tidak selalu berbau hal-hal yang berhubungan dengan 'dunia lain', tapi lebih kepada bagaimana bisa tetap memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarga sebaik mungkin sambil menahan diri dari kantuk yang menyerang.
Mbak R bukan seorang Dokter atau Perawat, dia adalah petugas informasi dan operator telepon.Dengan masa kerja enam tahun Mbak R sudah cukup hafal seluk beluk lingkungan Rumah Sakit tempatnya bekerja. Di Rumah Sakit B petugas operator bekerja bergiliran dalam tiga shift, pagi, siang dan malam. Dan untuk shift malam dilakukan selama dua hari. Sudah ratusan kali dinas malam yang dilaluinya sehingga Mbak R sudah terbiasa, apalagi dia juga tidak sendirian ketika dinas malam.
Malam itu adalah dinas malam Mbak R hari yang kedua. Ruang operator terletak di sebelah UGD, dan didepan ruang operator terdapat selasar yang berkelok jauh kekanan dan berujung pada instalasi pemulasaraan jenazah. Pasien dari IGD yang meninggal dibawa ke kamar jenazah melalui selasar tersebut. Sebelum belokan terdapat toilet khusus untuk karyawan yang biasanya digunakan oleh para Perawat IGD, petugas operator dan security, karena paling dekat.
Siaran film tengah malam baru saja selesai diputar. Mbak R melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Pukul dua belas tepat. Dia merasa ingin buang air kecil.
"S, aku ke toilet dulu ya..." pamitnya pada teman satu shiftnya yang sedang sibuk mencatat pesanan ambulan rujuk dari ruang rawat inap.
"Okey Mbak, hati-hati lho..." sahut Rudi menggantung
"Kenapa memang...?" Mbak R balik bertanya
"Ntar ada yang ngintil..." jawab Mas S sambil nyengir kuda
"Eleh...kamu yang mo ngintil" jawab Mbak R seraya mencebikkan bibir, lalu meraih kunci toilet dari dalam kotak kunci dan segera melangkah keluar diiringi gelak tawa Mas S.Ketika berjalan menyusuri selasar, Mbak R merasa udara sedikit lebih dingin dari biasanya, suasana juga tampak sepi, biasanya ada beberapa keluarga pasien IGD yang lalu lalang, tapi malam ini pasien yang datang memang tidak terlalu banyak. Tiba-tiba bulu kuduk Mbak R terasa meremang, tapi segera ditepisnya rasa aneh yang sempat menyelinap dalam hatinya. Dipercepatnya ayunan langkah kakinya menuju ke toilet.
Ketika sedang berjongkok menuntaskan hajat, di luar terdengar derit roda brankart yang lewat.
"Hmm...ada paketan lewat nih" batin Mbak R. Teman-teman petugas pemulasaraan jenazah kadang bercanda menyebut jenazah yang diantar ke ruang pemulasaraan jenazah dengan kode paket. Mbak R merasa agak senang karena tidak sendirian.
Setelah selesai Mbak R segera keluar, kemudian hendak mencuci tangan di wastafel. Suara derit roda brankart masih terdengar dan dilihatnya memang ada orang yang sedang mendorong brankart tertutup kain. Mbak R hanya sempat melihat bagian belakang orang itu.
" Sepertinya Pak D, biar kusapa" gumam Mbak R menyebut nama salah satu petugas pemulasaraan jenazah yang paling senior."Pak D, piyambakan?" (Pak D,sendirian?) seru Mbak R kepada orang tersebut, seketika orang itu berhenti lalu menoleh kearah Mbak R, tapi Mbak R tidak dapat melihat terlalu jelas karena kebetulan orang tersebut berhenti di belokan selasar yang tidak terjangkau penerangan.
Tapi dari sosok dan tampak sekilas struktur wajahnya Mbak R yakin itu Pak D. Orang tersebut melambaikan tangan
"Iyo R.., sik ya" (Iya R, duluan ya) jawabnya lalu melanjutkan mendorong brankart menuju kearah pemulasaraan jenazah.
Mbak R mengangkat bahu, lalu melirik kembali kearah jam tangannya waktu menunjukkan pukul setengah satu malam, setelah itu Mbak R berjalan kembali menuju pos operator. Sampai disana didapatinya Mas S sedang berbincang dengan petugas security."R,kamu istirahat saja dulu, nanti gantian" kata Mas S mempersilahkan. Yang dibilang istirahat sebenarnya bukan tidur tetapi menyelonjorkan kaki sambil agak merem ayam.
"Okey, eh tadi ada kiriman dari IGD ya? Kok aku ketemu Pak D di selasar" tanya Mbak R kepada Mas S.
" Oh iya ya, aku kok ga ketemu Pak D ambil kunci ya, apa mungkin pas aku kedepan sebentar tadi nyari sopir yang mau rujuk ambulan" jawab Mas S ragu-ragu.
"Ohh..., bisa jadi, aku ketemu kok tadi dan tak sapa dia jawab" balas Mbak R yakin. "Ya sudah aku ambil kopi dulu, ada yang mau ?" tawar Mbak R, kedua laki-laki itu menggeleng sambil mengangkat gelas berisi kopi.***
Tak terasa pagipun menjelang. Mbak R dan Mas S sedang bersiap untuk mengakhiri shift malam mereka. Keduanya sedang menyampaikan informasi kepada dua teman operator yang berdinas pagi, ketika dua orang laki-laki masuk kedalam ruang operator.
"Selamat pagi..." sapa keduanya.
" Pagi Pak D, wah sudah mau pulang pak, aplosan (gantian)sama Pak W ya ?" Mbak R yang menjawab. Kedua laki-laki tersebut saling bertukar pandang,
"Bukan Mbak R, saya justru baru mau memulai dinas pagi saya, nih Pak W yang dinas tadi malam" jawab Pak D sambil menunjuk Pak W.
"Oalah....jadi tadi malam yang saya ketemu didepan toilet waktu lagi antar jenazah itu Pak W to..., maaf Pak, takpikir kemarin njenengan (kamu) Pak D, lha nggak begitu kelihatan wajahnya" sahut Mbak R lagi.
Anehnya Pak W malah mengerutkan dahi lalu pelan-pelan duduk di kursi kosong yang ada di depan Mbak R.
"Mbak R, tadi malam saya ngobrol sambil main catur sampai jam dua pagi sama security di pos depan, dan lagi kemarin tidak ada pengiriman jenazah sama sekali dari UGD ataupun ruangan rawat inap" cerita Pak W panjang lebar.
"Pak W yakin...?" desak Mas S.
"Yakin banget lah Mas, masak iya saya ngelindur, tanya aja sama Si P yang maen catur sama saya tadi malam" jawab Pak W lagi tanpa ragu-ragu.
Semua mata yang ada di ruangan tersebut kini terarah kepada Mbak R yang tampak pucat pasi dan kebingungan,"Jadi, yang tadi malam itu si(apa) ?" bisik Mbak R pelan.

YOU ARE READING
Haunted Hospital
HorrorKumpulan cerita horor yang terjadi di Rumah Sakit. Ditulis berdasarkan penuturan langsung dari mereka yang mengalaminya. Nama narasumber dan tempat kejadian disamarkan untuk privacy.