♕ Epilog

2K 177 11
                                    

Jeongin memandang sungai Han sendirian. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Ia tidak menyangka takdir milik Hyunjin yang ia ingin putar ternyata memutarbalikkan takdirnya juga.

Ia senang karena rencananya berhasil. Ia berhasil mencegah Hyunjin membuat kesalahan besar.

Jeongin tidak menyangka bahwa akhirnya ia dapat merasakan kasih sayang.

Walaupun Jeongin tidak kembali ke masanya, tapi setidaknya ia senang. Disini, di masa lalu, Jeongin menemukan ecstasynya. Kebahagiaannya.

Jeongin menatap benda tipis transparan pemberian Woojin. Itu adalah alatnya untuk menuju masa depan.

Haruskah ia menelpon Woojin?

Jika kau bertanya dimana Hyunjin, lelaki itu sedang membeli makanan karena hari ini mereka berencana piknik.

Sudah terhitung satu tahun sejak Jeongin bersama-sama Hyunjin. Hari ini hari anniversary mereka, maka Hyunjin memutuskan untuk piknik berdua dengan Jeongin di tepi sungai dalam rangka merayakannya.

"Hei, Jeongin. Aku kembali."

Jeongin mengabaikan suara Hyunjin. Manik indah lelaki manis itu tetap menatap langit biru yang cerah.

"Hyun, lihat. Langitnya indah."

Jeongin menunjuk langit biru dan tidak mengalihkan pandangannya dari langit itu. Tetapi Hyunjin tetap menatap Jeongin dalam.

"Mengapa aku harus melihat langit itu jika manusia di depanku ini jauh lebih indah?"

Jeongin mengalihkan tatapannya ke arah Hyunjin. Pipi Jeongin sudah memanas. Jeongin tahu, pipinya sudah memerah sekarang.

"Lucu sekali.."

Hyunjin mencubit pipi Jeongin pelan. Yang dicubit merengek, minta dilepaskan.

Pandangan Hyunjin teralih pada benda tipis transparan di tangan Jeongin.

"Mengapa daritadi kau menatap benda itu? Ada yang kau pikirkan?"

"Uh.. Aku hanya ingin menghubungi Woojin, Profesor pencipta mesin waktu yang membawaku kesini. Aku ingin memberi tahu bahwa mesin waktu penemuannya berhasil. Sekaligus aku ingin berterimakasih."

"Berterimakasih untuk?"

Jeongin menatap mata Hyunjin dalam. Kemudian memegang kedua tangan Hyunjin.

"Karena ia menciptakan mesin waktu itu, maka aku bisa bertemu denganmu."

"Hei, darimana kau belajar berkata-kata seperti itu hah?"

"Darimu."

Hyunjin menatap Jeongin dengan smirk di bibirnya. Kemudian menghujani wajah Jeongin dengan kecupan-kecupan ringan. Yang lebih muda memberontak seraya tertawa.

"Hyunjiiiinnn, berhentiii hahahahhaha"

"Tidak mauu.."

Hyunjin mengecup bibir Jeongin. Tetapi lama-kelamaan kecupan itu berubah menjadi ciuman. Hyunjin melumat pelan bibir bawah Jeongin. Tidak ada nafsu, hanya menyalurkan kasih sayangnya pada lelaki manis di dekapannya.

"Aku ingin menelpon Woojin," kata Jeongin setelah mereka selesai berciuman.

"Apa benda itu bisa menelpon ke masa depan?"

"Tentu saja bisa."

Jeongin kemudian menekan tombol  video call pada telpon itu, dan secara otomatis menelpon Woojin.

"Jeongin?! ASTAGA!! APA KAU TIDAK APA-APA?!"

Jeongin terkikik kemudian menjawab, "Aku tidak apa-apa. Disini sangat menyenangkan! Mesin waktumu berhasil, Profesor!"

"Sudah lebih dari setahun aku menunggu kabarmu. Baguslah jika berhasil. Jadi, kapan kau akan kembali kesini?"

"Tidak akan."

"APA?! Kenapa?!"

"Mungkin ini gila. Tapi aku menemukan kebahagiaan disini. Hyunjin, kemarilah."

Hyunjin kemudian duduk di samping Jeongin dan menyapa profesor itu.

"Aku menjalin hubungan dengan Hyunjin. Ayahku."

Di seberang sana, terlihat Woojin membelalakkan matanya kaget, tetapi kemudian menetralkan ekspresi wajahnya dengan senyuman.

"Oke, itu gila. Tapi jika itu memberi kebahagiaan untukmu, aku hanya turut bersenang."

"Profesor, terimakasih telah menciptakan mesin waktu itu. Berkatmu, aku bisa menemukan kebahagiaan hidupku. Maaf aku tidak bisa menyampaikannya secara langsung. Tapi sungguh, aku sangat berterima kasih padamu."

Jeongin menatap Hyunjin seraya tersenyum. Benar-benar bahagia.

"Yah, sama-sama. Aku juga berterimakasih kau mau mencoba mesin waktuku."

Hyunjin mulai mendekat pada Jeongin, menyatukan bibir mereka lagi dengan video call yang masih tersambung.

"Hei, Jeongin. Aku mengerti kau senang karena telah menemukan kebahagiaanmu. Tapi bisakah kau tidak berciuman di depanku? Aku belum memiliki kekasih!"

Teriakan Woojin membuat Jeongin dan Hyunjin sontak tertawa. Kemudian Jeongin merapalkan kata maaf berkali-kali.

Jika kau bertanya, mengapa Jeongin tidak ingin kembali, jawabannya adalah di masanya, Jeongin tidak diinginkan siapapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika kau bertanya, mengapa Jeongin tidak ingin kembali, jawabannya adalah di masanya, Jeongin tidak diinginkan siapapun. Sedangkan disini ia menemukan kebahagiaannya. Ecstasynya.

Jeongin rasa merubah dua takdir sekaligus tidak terlalu buruk. Ia ingin tinggal di masa ini. Membuka lembaran kisah baru dalam hidupnya.

Bersama Hyunjin, tentunya.

ANJIR KENAPA JADI PUITIS BANGET ಥ⌣ಥ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ANJIR KENAPA JADI PUITIS BANGET ಥ⌣ಥ

biasanya aku ngetik yang retjeh" skrg menye menye jadi krinj

MAKASIH BUAT KALIAN YG UDH NGIKUTIN FF INI DARI AWAL ❤❤

MAKASIH JUGA BUAT 1.3K READNYAA!!

JIE SAYANG KLEAN SEMUAH 😚

/PELUK SATU"/

nak rp detected .g

JANGAN LUPA VOMMENT YAAA

tar bakalan ada bonchap kok gais tenang aja 👌🏻

buat yang lagi PAS, semangat ya!! aku besok PAS tapi malah ngewetpet. yaudahlahya.

goodluck gais!

Ecstasy [HyunJeong] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang