Irama pengganti jabatan

12 3 6
                                    

      Tepat, hari Senin tanggal 23 Januari di perpustakaan sekolahku. Aku pergi ke sana bersama sahabatku, Andin. Entahlah keinginan dari mana aku mau untuk berlama-lama di perpustakaan sembari membaca buku bersamanya. Hahaha, Andin ini sahabatku yang sangaaaat cerewet. Terbayang tidak kalau aku sedang sibuk membaca buku di perpustakaan dalam suasana keheningan, tiba-tiba dia mencari topik untuk mengajakku bercanda dan membuatku tertawa terbahak-bahak di tempat yang tidak diharuskan untuk membuat kebisingan? Astagaaa, aku benci membayangkan itu, hahaha.

      Sebelum ia datang, aku sudah terlebih dahulu menemukan buku novel yang ingin aku baca di perpustakaan. Aku pun lebih dahulu membaca novel pilihanku tadi, sedang Andin masih belum menemukan novel yang ingin dibacanya saat itu. Di sela waktu ia mencari buku dan aku membaca buku, tiba-tiba aku mendengar suara lantang yang sedang berlatih sajak di ruas rak buku yang lain. Seketika aku terdiam, mendengarkan kalimat kalimat yang ia ucapkan dalam berlatih sajak itu. Aku masuk dalam lamunan, melamun akan makna yang ia ucapkan saat itu. Kalimat kalimat itu bagaikan lemari. Memiliki makna tersendiri. Saat itu aku melamun, mungkin aku tak paham dengan apa yang kau lontarkan. Beruntung Andin membuyarkan lamunanku dan membawaku kembali membaca novelku. Secara tak sadar, aku kembali berada dalam lamunanku, batinku bicara, “suara itu… sepertinya aku mengenalinya. Tapi siapa ya?”

************************************

Kuharap setelah bagian 2 aku publish, rasa ketertarikan tentang cerita ini meningkat. Semoga kalian bisa menikmati tulisanku untuk yang pertama kali ini, kritik dan sarannya aku tunggu ya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

.menatapmulagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang