TWO

24 1 0
                                    


Matur tengkyuu. Selamat beribadah..🙏



Aku menoleh ke belakang mencari tahu siapa dia.

"Hyera?" Sapa orang itu.

Termengu melihat pemandangan ini, tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Tampang watadosnya seperti mengatakan, seakan tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Hidungnya tebal, bibirnya yang ideal dan wajah bulenya membuatku semakin MUAK.

Kenapa dia di sini?! Dia sekolah di sini juga!? WHAT!!

Hangyul menyapaku dengan santai.

"Apa kabar Hyera? Udah lama gak ketemu." Ucapnya tersenyum. Aku yakin pasti dia merencanakan sesuatu. Ada udang di balik sepatu. :/

"Eh? Iya uda lama..." Jawabku. Aku bingung harus menjawab apa lagi. Masih tak terbantahkan kalau Hangyul emang ngganteng. Tapi jahilnya ingin minta dibinasakan.

Dia sering menjahiliku dan sekarang berubah baik seperti ini adalah keganjilan yang patut dicurigai. Tidak mungkin DEMIT seperti dia, yang katanya ketua geng paling ditakuti, dan pimpinan tawuran sekolah dulu, bisa jadi sopan dan lemah lembut kaya gini. Bukan Hangyul banget!

"Oke, gyul. Langsung to the point aja. Lu kaya gini pasti ada sesuatu. Iya kan?!" Ucapku lugas menyilangkan kedua tanganku sambil menatapnya.

"Lho lho.. Apa nih? Aku nyapa gak boleh?" Jawabnya sambil tersenyum kecil.

Senyumnya aneh. Seperti ada yang dia sembunyikan.
Mataku menyipit keheranan. Udah jelas dari omongannya, pake aku-aku segala.

"Udah ah. Gue males ngadepin lu sekarang. Satu sekolah sama lu lagi aja semakin buat gue GEDEK. Lama-lama gua jadi BUDEK dengerin bacotanlu yang ENEK!" Tegasku meninggalkannya sendiri di sana dan pergi menghampiri Yeji. Hangyul masih ngeliatin dari jauh.

Aku hanya ingin hidup tenang tanpa gangguan darinya. Tidak bisakah dia pergi dari sini? Cukup 9 tahun lebih aku berhubungan dengannya. Hubungan antara Tom dan Jerry. Selalu bertengkar di manapun mereka bertemu, tak pernah akur.

~~~

Hari ini hari pertama gue duduk di bangku SMA. Hari yang seharusnya menjadi hari menyenangkan, bercengkrama dengan teman karena sudah lama tak jumpa, berkenalan dengan teman baru. Tetapi semua itu sirna. Kenapa Bunda memintaku sekolah di SMA Negeri padahal aku ingin masuk di SMA Swasta saja. Alasannya sudah pasti untuk menghemat biaya dan sebagainya. Baiklah tidak apa aku terima. Untung saja ada Yeji di situ. Tetapi setelah aku tahu bahwa BOGEL juga di sekolah yang sama, LAGI. Seperti terbang ke atas awan lalu dijatuhkan sampai ke jurang yang tidak berdasar. Ingin rasanya aku terjun dari gedung Burj Khalifa dari pada harus ketemu Hangyul.

Aku dan Yeji berjalan bersama menyusuri lorong sekolah, mengamati kelas satu persatu mencari nama kami. Waktu tes psikopat, -psikotes maksudnya-, aku memilih jurusan Bahasa dan Yeji IPS. Tidak ingin berurusan dengan massa jenis dinamika dan parabola sebagainya. Sudah terlalu pahit mengenang sejarah, belajar bahasa lebih cocok untukku. Ya walaupun masih tetap ada Matematika pelajaran yang paling aku benci. BTW di sekolah ini meniadakan mos. Ada untungnya juga sekolah di sini.

"Eh lu masuk mana nih IPS 1 atau 2?" Tanyaku.

"Gak tau nih dari tadi gue cari malah nemu kelas 12 semua." Jawab Yeji.

"Udah hampir 15 menit kita muter-muter, gimana kalo kita tanya. Udah pada sepi takutnya udah masuk dari tadi." Ucapku dan Yeji hanya mengangguk.

Tiap jalan yang kami telusuri tidak ada satupun guru ataupun murid terlihat. Kami mulai kebingungan harus bagaimana. Sampai akhirnya ada sesosok pangeran berjalan ke arah kami sambil membawa alat musik, sepertinya saxophone. Rambutnya klimis, tingginya yang semampai, tubuhnya kekar berisi tapi tidak seperti binaragawan. Baru sehari sudah disuguhi cogan seperti ini, nggak pulang ke rumah aku sanggup asalkan ditemani oleh cowok itu. Kalau dia mau. :")

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Enemies - Lee HangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang