7

447 97 14
                                    

" Hai.." Sapa Jisoo yang memeluk hangat Irene yang datang ke perusahaannya.

" Aku mau pulang." Ucap Irene tiba-tiba.

" Pulang? Ara...nanti kita pulang."

" Bukan pulang ke Jeju." Kata Irene lagi dengan pandangan serius dan Jisoo tyang berhenti tersenyum menatap kerut mengerti apa maksudnya.

" No." Tolak Jisoo sambil berbalik ingin duduk di kursi putarnya lagi.

" Aku mau kembali ke London. Katakan pada Mommy kalau aku mau melanjutkan pekerjaan di London." Kata Irene sambil berjalan menuju pintu keluar. Jisoo menoleh ke belakang dengan kerut wajah yang berubah datar.

" Keras kepala sekali." Ucapnya.

----

Irene berhenti mendadak. Ia terdiam menatap Rose yang berjalan pelan dengan Wendy sambil mengobrol bersama.

" Ya... ottoke?" Batinnya sambil mencari cara agar dia tidak terlihat oleh Wendy disana.

Akhirnya Irene melangkah balik menuju ruangan Jisoo. Tapi tidak langsung ke sana karena niatnya untuk melewati tangga darurat saja.

Ceklek!!! Pintu Presdir di buka. Rose dan Wendy masuk ke dalam ruangan setelah di perbolehkan masuk.

" Perkenalkan... Son Wendy. Dia yang memasarkan lukisan pertama di galery." Jelas Rose. Jisoo mengangguk. Ia jabat tangan Wendy sambil memberikan senyuman hangatnya.

" Kim Jisoo. Saya Presdir seniman Seoul." Wendy mengangguk senyum.

" Kalau begitu, saya tinggal Presdir." Kata Rose yang malas untuk berlama-lama dengan Jisoo.

" Kenapa terburu-buru?" Tanya Jisoo memancing kekesalan Rose.

Akhirnya, keduanya saling pandang. Wendy melirik kedua orang itu dan ia mengangguk paham sekarang.

" Kamu kekasih Presdir?" Tanya Wendy.

" Ani." Jawab Rose segera.

" Mhh.... pandangan mata Presdir berbeda saat menatap mu." Ujar Wendy sambil melihat lagi ke luar mobil. Rose melihat ke arah pria ini. Ia tatap sejenak tanpa di ketahui oleh Wendy.

" Seharusnya aku yang bertanya padamu Wendy. Apa kamu tau kalau Irene sudah tunangan?" - Rose

***

" Irene?" Wendy melihat Irene yang baru saja keluar dari kafe. Dengan cepat pria itu meminggirkan mobilnya. Ia keluar dari dalam sana dan berlari menyusul cepat Irene di ujung sana yang mau masuk ke dalam mobilnya.

" Irene." Genggaman tangan Wendy membuat wanita itu menoleh kejut ke belakang. Irene langsung melepas kasar genggaman pria ini. Baru ingin masuk ke dalam mobil, Wendy menahannya.

" Irene wae?" Tanya Wendy.

" Awas Wendy." Irene mendorong tangan Wendy menjauh dari cegatannya.

" Irene,..kamu--"

" Sudahlah Wendy. Untuk apa juga kamu melakukan banyak untuk ku!?" Tanya Irene dengan nada tinggi nya. Wendy menatap wanita ini.

" Apa tidak boleh aku melakukannya?" Tanya balik Wendy. Irene terbungkam tapi masih terlihat kerut kening marahnya.

" Sudahlah Wendy. Tidak ada harapan apapun untuk bisa lebih dari sebatas sahabat." Kata Irene seraya ingin berlalu masuk ke dalam tapi Wendy menahan tangannya lagi sambil merundukkan kepalanya. Irene menoleh ke belakang. Melihat pria ini yang perlahan mengangkat kepalanya dan ia tatap mata Irene. Melihat Irene dengan sorot mata lurusnya.

Moon ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang