1 November 2019, 6 bulan setelah perkemahan
Songhye menggebrak mejanya dengan keras, hal itu membuat Suhwa yang sedang fokus pada bukunya terkejut. Dengan berat hati Suhwa menutup bukunya dan menoleh kearah Songhye duduk. Wajah gadis itu tampak murung dengan ponsel yang biasanya selalu berada di tangannya kini tergeletak diatas meja.
"Ada apa?" tanya Suhwa yakin ada sesuatu terjadi pada Songhye.
"Aku bertengkar dengan Jimin di room chat."
"Bertengkar lagi?" Suhwa sedikit heran pasalnya kemarin mereka berdua juga bertengkar dan saling diam satu sama lain.
"Kemarin aku mengajak Jimin menonton bioskop, dan mencoba meminta maaf padanya soal pertengkaran kami kemarin. Tapi ia menolak dengan alasan harus menjaga neneknya yang sakit. Namun, salah satu temanku memberi tahu melihat Jimin berada di sebuah cafe dengan seorang perempuan. Aish ... Sikap Jimin akhir-akhir ini juga semakin cuek," jelas Songhye panjang lebar.
Mendengar hal itu Suhwa sedikit terkejut namun tak butuh waktu lama bagi Suhwa untuk menetralkan ekspresinya. Ia bangkit dan menepuk-nepuk punggung Songhye lalu berlalu pergi.
Didepan pintu kelas Taehyung menghadang Suhwa yang akan keluar. Ia menarik tangan Suhwa dan mengajaknya kembali masuk kedalam kelas. Taehyung mendudukkan Suhwa di kursi milik Jimin lalu duduk di hadapannya.
"Tolong bantu aku mengerjakannya," pinta Taehyung sambil menyodorkan sebuah buku pada Suhwa.
Suhwa tersenyum lalu mengiyakan permintaan Taehyung. Mereka berdua menghabiskan waktu bersama hingga bel tanda pulang sekolah berbunyi.
___***___
31 Oktober 2019
Bulan purnama bersinar sangat terang diatas langit malam. Suhwa yang sudah siap untuk bertemu dengan seseorang lagi-lagi mengecek penampilannya didepan sebuah kaca. Jendela kamar yang dibiarkan terbuka membuat cahaya bulan menyelinap masuk dan ikut menyinari tubuhnya bersama dengan cahaya lampu kamar. Sebelum benar-benar meninggalkan kamarnya, suhwa menutup jendela lalu pergi dengan sebuah tas kecil bertengger di punggungnya.
Suhwa sebenarnya masih cukup asing dengan hal aneh yang dialaminya enam bulan terakhir. Semenjak gerhana matahari yang terjadi disaat ia berkemah, setiap cahaya bulan menyinarinya, kulit Suhwa berubah menjadi sangat halus dan lebih putih pun dengan jerawat di wajahnya seketika hilang membuat wajahnya terlihat jauh lebih cantik.
Tak butuh waktu lama bagi taksi yang ditumpanginya untuk tiba di cafe yang sudah mereka janjikan. Di sana Park Jimin sudah menunggunya. Suhwa melambai lalu duduk dihadapan Jimin.
"Ya, kau terlambat tiga menit," keluh Jimin sambil memandangi jam tangannya.
"Kemarin kau bahkan terlambat tiga puluh menit dan aku tidak mengeluh."
"Aish, itu karena pacarku memintaku untuk membelikannya pizza. Gadis itu memang kenakan."
"Apa kalian bertengkar lagi?" tanya Suhwa yang sebenarnya sudah mengetahui bahwa tadi pagi keduanya memulai perang dingin, namun Jimin tak menyadari bahwa gadis dihadapannya adalah Suhwa terlebih ketika Suhwa mengaku namanya adalah Luna yang dalam bahasa Spanyol berarti bulan. Ya, benda langit yang memberinya kecantikan dengan sinarnya.
"Ya, karena pizza yang kubelikan tidak sesuai keinginannya. Karena itulah tadi pagi ia terus mengomeliku. Siapa juga yang akan tahan dengannya," keluh Jimin.
"Aku ingin memesan minuman, kau ingin pesan apa?" Suhwa mencoba mengganti topik pembicaraan mereka.
"Samakan saja denganmu," jawab Jimin sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Scelta
Fanfictionentah sebuah keberuntungan atau bencana, tapi kulitku yang buluk dan wajah berjerawat ku hilang dalam sekejap.