2

5 0 0
                                    

Disaat yang sama, bandara Soekarno-Hatta mulai ramai dipenuhi oleh fans dari Aaron Carlton. Siapa itu Aaron Carlton?

Meski memiliki fans yang banyak, Aaron dikenal memiliki sifat yang dingin dan pemarah. Indonesia, bahkan London, tempat di mana dia tinggal mengetahui  hal itu dengan pasti.

"Mohon untuk tetap tertib,"
"Mohon ketertibannya,"
"Dek, jangan melewati batas," ucap para petugas airport ditemani dengan suara teriakan para fans.

--

Sementara itu di dalam.

(Percakapan dalam bahasa Inggris)
"Tunggu Aaron, ada banyak fans kamu di luar" ucap Delvin, manajer dari Aaron sebelum keluar dari pintu keluar.

"Lalu bagaimana?" tanya Aaron.

"Seharusnya tidak begini kan? Seharusnya pendaratan Aaron tidak dipublikasikan." omel Delvin pada Aryo, liaison officer (LO) yang akan menemani Aaron selama di Indonesia.

"Maafkan kami, kami juga tidak mengetahui bagaimana hal tersebut terbongkar." ucap permintaan maaf dari Aryo.

"Ya sudah, mau bagaimana lagi." ucap Aaron.

"Aaron." tegas Delvin.

"Aku tidak peduli. Aku hanya ingin cepat-cepat sampai hotel dan tidur." katanya dengan muka datar.

"Kau harus bertanggung jawab. Saya tidak mau ada kejadian seperti ini terulang lagi, mengerti?" tegas Delvin kepada Aryo. Aryo membalas dengan anggukan sambil menyuarakan suara permintaan maaf.

--

"AARONNN AAAAA"
teriakan para fans mulai berseru saat Aaron mulai menampakkan batang hidungnya di area pintu keluar airport.

Aaron menggunakan masker hitam dan topi dengan tujuan agar tidak terlalu dikenal, tetapi usahanya gagal. Meski sudah menyembunyikan muka dengan masker, penggemar memang selalu mengetahui selebriti kesukaannya.

Aaron dan Delvin buru-buru memasuki mobil. Mobil pun melaju ke hotel.

"Untungnya tidak ada media," syukur Delvin.

"Iya, untunglah," balas Aryo.

Sementara Delvin dan Aryo menunggu kata-kata dari Aaron, Aaron sudah menutup matanya dari tadi, menandakan bahwa dia tidur.

***

"Umur 27 tahun. Aku benar-benar tidak menyangka akan sampai pada umur ini. Banyak banget pelajaran dari keluarga dan teman-teman yang aku dapatkan." ungkap Tatiana.

Alina berjalan ke arah buffet dan berfokus pada jenis makanan yang mau diambilnya. Terdapat nasi goreng yang tidak memakai kecap. Kesukaan Alina. Alina mengambil piring dan menuangkan 2 sendok centong nasi ke atas piring.
Enak nih kata Alina dalam hati.

"Terima kasih karena sudah datang ke pesta ulang tahunku. Selamat menikmati makanan-makanan yang tersedia. Don't forget to live your life to the fullest! Cheers!" kata Tatiana sambil bersulang.

Para hadirin yang menikmati pesta membalas sulangan dari Tatiana.

'Live your life to the fullest, ngehe tai kambing. Urusin tuh dosa lu.' omel Alina.

--

Alina mulai merasa bosan, meski sudah menikmati nasi goreng kesukaannya.

Ah, pengen pulang. Kapan acaranya selesai? Gue bener-bener mau pulang dan tidur. Ada banyak kegiatan yang bisa gue lakukan, kenapa gue malah ke sini. Ke ulang tahun musuh lagi.
Omel Alina dalam hati.

"Eh ada rumor Aaron Carlton terlihat di bandara Soetta loh," ucap salah satu artis di dekat Alina.

"EH IYA? MANA LIAT LIAATT!" balas temannya.

Alina mengetahui Aaron Carlton sebagai penyanyi terkenal, namun dia tidak pernah mengikuti beritanya. Dan lagi pula, itu hanya rumor. Alina tidak tertarik pada berita-berita rumor. Rumor bisa menjadi hoaks.

Tanpa disadari Alina, Tatiana menghampiri Alina dan menyapanya.

"Alina" sapa Tatiana

"Tatiana." ucap Alina terkaget.
"Ah iya, selamat ulang tahun."

"Terima kasih. Bagaimana kabarmu?"

"Baik, kabarmu?"

"Baik, aku dan Peter finally official."

Peter.
Peter.
Mantan pacar Alina. Pria yang menjadi ayah kandung dari anak yang pernah dikandung Tatiana. Pria yang sudah berselingkuh di belakang Alina.

Tidak ada yang bisa mengalahkan rasa benci Alina kepada Peter. Namun, Alina tidak memarahinya.

"Itu dia Peter! Peterr!" panggil Tatiana.

Oh Tuhan. Aku ingin keluar dari sini.

"Tatiana. Kamu-" Peter terkaget melihat keberadaan Alina. "Alina. Hai" sapa Peter.

"Hai Peter."

"Bagaimana kabarmu?"

Berani-beraninya kamu bertanya kabar kepadaku.

"Baik. Bagaimana kabarmu?" senyum Alina.

Aku ingin melihatmu mati, Peter.

"Baik." balas Peter.

And I would gladly be the one to kill you. Literally.

"Baik dongg, pacar aku gituloohh," Tatiana tiba-tiba memotong.

Disgusting. I hate you. I hate you all.

"Baguslah. Aku doakan kalian sukses untuk ke depannya." ucap Alina.

"Terima kasih, Lin" senyum Tatiana.

"Baiklah, aku ke sana dulu ya." kata Alina, langsung meninggalkan mereka.

Peter tidak mengetahui berapa kali dia dibunuh dalam pikiran Alina. Meski begitu, Alina hanya bisa menyimpan rasa dendam, sedih, dan kecewa. Alina tidak pernah memarahi Peter atas dosa yang dia perbuat. Alina tidak mau ada orang yang membencinya, bahkan orang yang dia benci.

Aku tidak tahan. Aku ingin pulang.

Alina selama ini hidup dalam kepalsuan. Alina selama ini terlalu baik kepada semua orang dan tidak mengeluarkan sifat aslinya. Alina menumpuki perasaan dendamnya. Alina menyakiti dirinya sendiri.

Alina melangkah keluar dari hall A dan menelpon manajer sekaligus sahabatnya sejak masih di bangku kuliah.

"Kenapa beb?" tanya Patricia, manajer dari Alina.

Patricia sedang di apartemennya dan menonton drama Korea kesukaannya, berhubung dia sedang libur saat itu karena acara ulang tahun Tatiana.

"Beb, minum yuk."

"Wait, am I talking to Alina, the celebrity or Alina, my best friend?"

"Saat ini best friend. Tapi besok pagi kayaknya bakal balik ke ritual. Jadi, minum?"

"SOJU?"

"Hadeh soju mulu maunya. Kebanyakan nonton drakor lu. HAYOOO" dan telpon pun ditutup.

30 menit kemudian, Alina masih menunggu Patricia. Alina bahkan lebih memilih menunggu Patricia selama 5 jam di ruang tunggu hotel, dari pada masuk kembali ke ruangan hall A.

Handphone Alina bergetar, sebuah pesan masuk.

Patricia: Gue udah nyampe nihh, lobby wehh

Alina langsung melangkah menuju pintu keluar.

FakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang