Can I Leave?

1.5K 223 29
                                    

Happy reading purplehearties~
Maafkan aku yang suka lama up ini:(



xxx

Setelah selesai dengan segala urusan tugas kelompok, akhirnya Lisa sampai di rumah dengan tubuh lunglai seakan tak bertenaga. Rumahnya seperti biasa, terlihat sunyi. Ayah dan ibu tirinya pasti masih bekerja--dengan membawa anak-anak mereka. Sementara Lucas, kakaknya pasti sedang hang-out bersama teman-temannya. Ya, Lisa benar-benar sendiri.

Lisa benci ini.

Ia benci saat dimana dia ditelan dalam kesepian. Tak ada yang bisa ia ajak bicara. Ah, rasanya ia sudah lelah menangis. Lagipula hal itu hanya berakhir sia-sia.

Maka Lisa lagi-lagi menghela napas pelan dan berjalan perlahan menuju kamarnya yang terletak di bagian ujung rumah itu.

Keluarganya bukanlah keluarga konglomerat yang kaya raya hingga 7 turunan. Bisa dibilang, keadaan ekonomi ayah dan ibu kandungnya seimbang. Hanya saja, ayahnya terlilit hutang begitu banyak hingga membuat Lisa terkadang merasa tak enak saat meminta uang saku pada ayahnya.

Lisa terlihat membuka pintu kayu polos di hadapannya dan memasuki kamar minimalisnya itu. Kamarnya terlihat begitu sederhana. Hanya berisi beberapa perlengkapan penting seperti ranjang mini, meja belajar, dan juga lemari pakaian yang merangkap meja rias. Tak ada kamar mandi dalam seperti yang dimiliki temannya yang lain.

Setidaknya Lisa masih bisa bersyukur dia tidak berakhir hidup tak jelas di jalanan. Setidaknya dia masih bisa sekolah seperti remaja pada umumnya. Ya, Lisa hanya berusaha menyemangati dirinya sendiri.

Setelah mengganti seragam sekolahnya menjadi pakaian rumahan yang lebih santai, Lisa terlihat mengobrak-abrik isi tas sekolahnya.

Di genggamannya sudah terdapat cutter yang baru saja gadis itu beli.

Kau pasti sudah tahu bukan apa yang ingin dilakukan Lisa?

Lisa merasa hidupnya sudah buntu. Tapi ia belum boleh mati begitu saja. Lisa belum bisa membanggakan atau setidaknya membahagiakan kedua orang tuanya. Hanya itu yang menjadi tujuannya hidup hingga saat ini. Jika tidak, pasti gadis itu sudah tenang di akhirat sana.

Untuk mengurangi rasa bersalahnya, Lisa berusaha menyakiti dirinya sendiri. Tak jarang, setelah melakukan kesalahan sekecil apapun itu Lisa akan menjambak rambutnya ataupun membenturkan kepalanya ke tembok. Dan jika ia merasa tak puas dengan siksaan itu, Lisa akan melakukan self-harm dengan menyayat lengannya sendiri.

Seperti saat ini. Lisa terisak di kamar mandi rumahnya sambil membiarkan lengannya yang tersayat dialiri air dari wastafel. Bahkan, tangan putih pucat gadis itu masih memperlihatkan luka-luka yang belum kering. Namun Lisa seakan tak peduli dan kembali menorehkan luka baru disana.

Mata sembabnya perlahan memperhatikan bayangan cermin di hadapannya dengan intens. Bayangan itu seakan menertawakan keadaannya saat ini, begitu miris. Lisa tak terima dan berteriak frustasi sembari menjambak rambutnya.

"Dasar gadis bodoh! Kau itu hanya parasit! Kau tak berhak hidup. Pergilah ke neraka!!!"

Kalimat-kalimat itu terus menghantui Lisa. Entahlah ini hanya halusinasi tapi terasa begitu nyata di benaknya. Lisa pun tak mampu menahan beban tubuhnya sehingga ia merosot perlahan dan lagi-lagi menjambak surai dark-brownnya.

Jamais Vu | taeliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang